Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Hari ini Vanya resmi menjadi mahasiswi di kampus yang sama dengan sang kembaran. sebulan sudah berlalu sejak Vanka libur panjang dari kuliahnya. Ya walaupun selama liburan Vanka sibuk membantu sang ayah di perusahaan. Ia memang sudah di ajarkan bagaimana cara berbisnis. Sedangkan Vanya tentu saja menyiapkan segala yang di butuhkan untuk kuliah dan berbagai buku yang memungkinkan di butuhkan.
Di halaman rumah, Hasbi dan Hanan saudara sepupu si kembar telah tiba seperti biasa. Mereka memang selalu berangkat bersamaan, walaupun mereka berangkat dengan kendaraan yang berbeda. Vanka selalu menggunakan mobil, Hasbi menaiki vespa yang sudah di modifikasi, sedangkan Hanan menaiki motor Harley. Mereka bertiga memang memiliki kesukaan yang berbeda.
Siapa yang tidak jatuh cinta setiap melihat ke tiga lelaki tampan itu ketika mengendarai kendaraan kesayangan masing-masing. Yang satu terlihat seperti seorang CEO yang selalu turun naik mobil, yang satu persis seperti Aa Sunda yang sukanya hanya menaiki vespa saja, yang satunya lagi terlihat seperti ketua club motor. Hah, jika mendeskripsikan mereka bertiga, sepertinya waktu tidak akan cukup.
"Assalamualaikum ummah, baba, kita mau jemput Aa. Em, teteh juga sudah mulai masuk kuliah kan?" Hanan mewakili saudaranya. Mereka bertemu dengan Khalisa yang sepertinya memang ingin mengantarkan sang suami ke mobilnya.
"Wa'akaikumsalam nak, iya itu teteh sama Aa sebentar lagi bakalan turun. Kalian cakep-cakep pisan." Khalisa memuji ke dua keponakannya. Namun sepertinya sang suami sedikit cemburu. Membuat ke dua keponakan mereka terkekeh geli melihat kelakuan paman mereka.
"Tetap tampan mas mu ini loh dek." Khalisa langsung mencubit pinggang sang suami. Bisa-bisanya narsis di depan anak-anak. Vanka dan Vanya yang baru saja tiba pun ikut menimpali.
"Iya baba yang paling tampan." Daffa langsung tersenyum lebar sembari menaik turunkan alisnya menatap ke dua keponakannya. Khalisa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang suami. Daffa memang narsis sejak memiliki anak-anak mereka. Bahkan sikapnya yang dulu cool sewaktu muda sudah hilang di makan usia.
Mereka tak lama mengobrol, karena satu persatu berangkat meninggalkan Khalisa sendirian di rumah mewah itu. Satu persatu menaiki kendaraan masing-masing. Dan Vanya sendiri sesuai kesepakatan di antarkan oleh sang supir. Ia tak ingin di kenali sebagai saudara tiga serangkai. Biasanya orang-orang ingin di akui oleh ketiga lelaki tampan tersebut. Namun justru Vanya kebalikannya.
Ketiga pemuda itu mengikuti kendaraan yang membawa Vanya di belakang. Mereka tampak iring-iringan memenuhi jalanan ibukota. Vanya menikmati perjalanan menuju kekampus. Rasanya ia sangat bahagia bisa menjadi seorang mahasiswi. Setelah proses pendaftaran sebelumnya juga lumayan panjang.
Saat tiba di lampu merah, Vanya melihat sebuah kendaraan roda dua menyalip mobilnya. Perawakan lelaki itu seperti tak asing. Namun Vanya sama sekali tak mengingat di mana mereka bertemu. Hingga tak terasa mobil yang membawa Vanya tiba di gerbang kampus. Sesuai mandat nona muda, sang supir berhenti di ikuti oleh ke tiga pemuda tampan yang sedari tadi mengiringi keberangkatan Vanya. Vanya langsung menoleh dan memberikan isyarat agar mereka duluan saja. Mau tak mau ketiganya melewati Vanya.
"Non yakin turun di sini?" Sang supir terlihat khawatir. Namun Vanya meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Vanya seperti biasa dengan hobinya ingin mengenakan sepatu roda mengelilingi kampus tempat ia menempuh jenjang pendidikan.
"In Syaa Allah yakin pak. Udah bapak pulang saja, hati-hati ya pak, Assalamualaikum." Setelah memasang sepatu roda itu, Vanya langsung meninggalkan sang supir.
Semua mata tertuju kepada Vanya, gadis ceria yang begitu cantik berhasil menjadi bahan perhatian orang-orang. Apalagi dengan keunikannya yang mengenakan sepatu roda. Ia tak peduli dengan pandangan orang-orang. Telinga pun tersumbat oleh wireless. Jika orang-orang berpikir ia sedang mendengarkan musik, jawabannya salah. Wireless itu di gunakan Vanya untuk membantu ia me-muroja'ah hafalannya. Mulutnya juga tak henti komat-kamit mengulang bacaan ayat suci Al-Qur'an.
Vanya yang berpakaian hitam putih layaknya seorang maba, tiba di gedung fakultas psikologi. Ia langsung menyimpan sepatu roda miliknya di dalam ransel dan juga wireless miliknya, dan bergabung dengan teman-teman yang lain.
"Eh kamu, anak baru." Seorang wanita yang juga cantik menunjuk Vanya. Vanya pun menoleh ke kiri dan ke kanan. Ia pikir orang di sekitarnya yang di panggil.
"Saya kak!" Senior itu terlihat kesal. Siapa lagi kalau bukan Vanya.
"Iya kamu! Saya lihat kamu tadi datang menggunakan sepatu roda. Kamu fikir ini teh tempat bermain. Gaya-gayaan lagi. Mau mencaper kamu. Siapa nama kamu!" Vanya hanya tersenyum di katakan seperti itu. Vanka yang mengawasi adiknya dari jarak dekat ingin menghampiri mereka, namun ia di tahan oleh dua sepupunya. Jangan sampai mereka melanggar kesepakatan dengan Vanya kalau tidak ingin di diamkan oleh wanita cantik itu.
"Kenapa teh dengan saya? Memangnya ada aturan di kampus ini? Lagian Saya pakai sepatu roda biar enggak capek jalan kaki. Saya tidak bisa membawa kendaraan kak. Jadi alternatif satu-satunya ya menggunakan sepatu roda. Kalau tadi saya lari, pasti saya akan terlambat dan akan mendapatkan hukuman."
Ternyata Vanya selain cantik, ia juga gadis yang pemberani. Semua yang ada di sana termasuk para senior kaget mendengar jawaban Vanya. Sesama maba mendukung Vanya. Memang tidak ada aturan tertulis melarang mahasiswa menggunakan sepatu roda.
Senior yang bernama Ayu itu terlihat malu. Namun ia tak ingin terlihat kalah oleh anak baru. Namun lagi-lagi ada yang membela Vanya.
"Berani ya kamu!"
"Udah deh Yu, lagian apa yang di katakan dia benar kok. Ayo kita mulai saja masa pengenalan nya. Ayo semuanya berkumpul dan buat tiga berbanjar."
Seorang lelaki tampan yang di yakini seorang presiden mahasiswa itu tampak ikut membela Vanya. Ayu menjadi semakin kesal saja. Ia merasa kepopulerannya akan tersaingi oleh Vanya. Ayu sendiri mengakui jika Vanya begitu cantik. Apalagi dengan penampilan yang terlihat anggun dan sedikit tomboy.
Mereka berbaris mengikuti arahan. Beruntung Vanya membawa semua yang di perintahkan seniornya. Sehingga tidak ada celah ia akan mendapatkan hukuman. Namun lagi-lagi dari kejauhan seseorang memperhatikan Vanya. Sedangkan Vanka dan ke dua sepupunya setelah memastikan Vanya baik-baik saja meninggalkan tempat.
......................
"Hay, aku Irena. Kamu teh namanya siapa?"
"Aku Vanya. Senang berkenalan dengan kamu." Vanya langsung mendapatkan teman baru. Saat jam istirahat mereka di berikan kesempatan untuk makan siang. Vanya yang sudah mendapatkan teman pergi bersamaan dengan Irena ke kantin.
Vanya melihat para mahasiswi di sana bersorak saat tiga lelaki yang ia kenal ikut makan di kantin yang sama dengannya. Padahal kantin fakultas masing-masing ada. Vanya yakin Vanka dan dua kurcacinya ingin memperhatikan dirinya. Vanya sebenarnya tak ingin terlalu di khawatirkan, namun ia pasrah asalkan tak ada yang tahu siapa dia.
"Vanya, itu mereka ganteng-ganteng banget. Pasti mereka idola kampus." Vanya tak tertarik. Sudah biasa baginya melihat pemandangan tersebut di rumah. Karena duo kurcaci selalu datang ke rumah menemui Vanka. Sedari kecil mereka memang sudah terbiasa bermain bersama.
......................
...To Be Continued...
kalau shaka anak siapa ya thor?