Berceritakan tentang karakter utama kita, yang dipindahkan ke dunia lain. Dia sangat senang sekali mengetahui bahwa, dia telah dipindahkan ke dunia lain, seperti di Komik, Manga, dan Novel yang dulu pernah dia baca. Mereka akan mendapatkan jari emas atau sistem, untuk membantunya menjadi kuat dan tak terkalahkan. Tapi... "APA-APAAN INI!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Terjebak
"RRRRRRR!"
"Su-suara apa itu? Eraman yang begitu mengerikan." Eraman itu membuat bulu kuduknya berdiri.
Cahaya merah terpancar, itu mengarah ke Zane, "A-apa itu?"
"RAAAAAAAAAAA!!!!!!" Auman dari sosok tinggi besar itu membuat Zane ketakutan.
'Ma-mahkluk apa itu? A... A-aku tidak bisa menggerakkan tubuhku!' tubuh Zane tiba-tiba membeku saking takutnya, bahkan dia tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun.
Sebelum bisa bereaksi, ia langsung mati tanpa tau sebab dari kematiannya.
"AAARRRGHHH!"
Zane terbangun dengan posisi terbaring, seperti pertama kali dia datang ke tempat ini.
"Huff... Huff..." dia terbangun dengan nafas yang terengah-engah.
"A-apa aku bermimpi? Tapi itu sangat nyata untuk di sebut mimpi," Zane kebingungan, sambil melihati kedua tangannya.
"Ya... Yaa! Ini pasti mimpi, uufffhaaa... Tenang Zane tenaaaannngg." Dia berusaha menenangkan dirinya, dengan menarik nafas dan hembuskan. Tapi, tiba-tiba....
"RRRRRR!!"
Eraman itu muncul kembali, "HA! Su-suara ini!" Zane sangat panik mendengarnya, dia langsung reflek menengok ke kanan dan kirinya.
"RRRAAAA!!" Auman keras kembali terdengar dan....
"HAAAAA... Apa barusan itu? a-apa yang baru saja terjadi?" Zane kembali terbangun lagi dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Dia bingung dengan apa yang terjadi, kejadian itu terus berulang-ulang.
Setelah eraman dan auman keras, Zane akan terbangun kembali seperti sebelumnya, kejadian ini menyiksa pikiran Zane, merusak mentalnya.
Dia terus bertanya-tanya, "A-apa yang terjadi padaku? Setelah eraman dan auman, aku akan terbangun kembali, dengan posisi yang sama dan tidak berubah!"
kejadiannya terus berulang-ulang lagi dan lagi, diselimuti dengan ketakutan akan gelap, di tambah dengan suara yang akan membuatnya kembali.
Pikiran Zane semakin... Semakin kacau, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan, dia mencoba menggunakan akal sehatnya, untuk bisa mengerti dengan apa yang sedang ia alami.
"A-apa yang terjadi sebenarnya? Setelah eraman dan auman... Aku akan kembali ke posisi awal...." Zane mengigiti jari kukunya, meringkuk ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran.
"Apa ini? Kenapa? Dimana ini? kenapa aku?Dan suara-suara apa itu," begitulah yang ada di kepalanya, Zane terus bertanya-tanya, dan terus bertanya-tanya.
mental dan pikiran dia semakin rusak, ia terus mengalami pengulangan yang tiada akhir, sampai pada suatu ketika....
"A-aku... Bisa melihat... Ya, aku bisa melihatnya! Hehe... Sumber eraman itu."
Setelah pengulangan tiada akhir itu, sampai si Zane. Terbiasa dengan gelapnya tempat ini, tubuhnya mulai beradaptasi.
Walaupun sedikit, bisa melihat dalam kegelapan, "eraman itu dari mahkluk berkaki empat, ekornya sangat panjang dan besar... Aku melihatnya, sungguh!"
"Si-sial! Dia seperti Godzilla!" setelah mengetahui sesosok dibalik eraman dan auman yang membuatnya, melakukan pengulangan terus menerus.
Rasa penasaran pun terjawab. Tapi, apa dengan mengetahui siapa dalangnya, apa membuat semuanya berakhir? Tentunya tidak, itu mungkin awal dari penderitaan Zane.
"RAAAAA!!!"
Zane kembali mendengar raungan itu lagi. Tapi sekarang, dia tidak langsung kembali.
"AAARRGGHHH!!" Zane menjerit kesakitan, keluar darah dari telinganya, 'i-ini sakit sekali... Gendang telingaku... sepertinya pecah.'
Zane yang memegangi kepalanya yang sakit, tanpa dia sadari, monster itu melancarkan serangan dan mencabik-cabiknya, 'argh... Sial!'
Zane kembali lagi ke awal, "AAHHH... Huff... Huff... Ra-rasa sakitnya hilang!" sekali lagi Zane bangun dengan kebingungan.
"Se-semuanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa padaku? Kenapa ini?" keanehan di tempat ini membuat Zane bingung, penuh pertnyaan, dan tempat apa sebenarnya ini.
Kejadiannya kembali lagi berulang dan terus berulang-ulang, sampai di titik dimana Zane sudah tidak merasakan sakit lagi.
"RAAAAAA!!" Sampai lagi di momen raungan yang membuat Zane melakukan pengulangan tiada akhir. Tapi, sekarang berbeda, dia bisa menahannya.
"Raungan ini, walaupun sudah terbiasa mendengarnya, tetap saja. tekanannya sangat mengerikan." ia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"Setelah raungan, dia akan menyerang! dengan cakarnya." Zane sudah menghafal pola serangannya, dia segera bersiap untuk menghindar.
"Kali ini aku harus menghindar!" dengan tekad yang kuat dan senyum diwajahnya dia berhasil menghindari serangan cakar dari monster itu.
Tapi, apakah itu sudah berakhir, "yess berhasil... uh? Sial... AAAARRRGHHHH!!!" tentu saja itu belum berakhir, monster itu menyemburkan api dari mulutnya, membakar Zane tanpa tersisa, "AAARRGGHHH!!!!"
Untuk kesekian kalinya lagi, Zane kembali ke awal, "A-aku masih bisa merasakan rasa sakit di bakar hidup-hidup!" rasa terbakar hidup-hidup masih bisa terasa walaupun dia di kembalikan ke awal lagi.
"Sudahku duga! setelah aku mati, aku akan kembali ke awal, dengan tubuh yang utuh tanpa luka."
"Pengulangan ini membuatku gila, sungguh."
Sekarang setelah pengulangan yang terus menerus, Zane menyadari bahwa. Jika dia mati di sini, maka dia akan kembali ke awal lagi tanpa luka.
Dan itu terus berlanjut, rasa sakit demi rasa sakit, penderitaan demi penderitaan, berapapun Zane hancur berkeping-keping, terkoyak-koyak, terbakar hidup-hidup, dia akan terus hidup kembali.
Kejadian berulang-ulang itu terus terjadi, mati dan hidup kembali, mati dan terus hidup kembali. Zane sudah tidak merasakan sakit sedikit pun lagi, dia sudah kebal dengan rasa sakit.
"HAAAA... DASAR MONSTER SIALAN!" Zane sudah tidak menghindar-hindar lagi sekarang, dia lebih memilih untuk menyerang balik.
"HAAAA! BUK!" Zane berhasil mendaratkan pukulan untuk pertama kalinya tapi, "Cih, tidak ada rasanya sama sekali, sial... AARRGGHH!"
"Aku akan kembali bajingan! Tunggu saja! HAHAHA...."
Zane tau seberapa kali pun dia mati dia akan hidup kembali, jadi dari pada terus mencoba menghindari dan terus kabur dari serangan monster, ia lebih baik untuk menyerangnya.
Karena pertahanan yang baik adalah menyerang, walaupun pada akhirnya tetap saja gagal. Tapi, dia akan terus mencoba lagi dan lagi.
Terus menyerang dengan membabi buta, amarahnya bergejolak dengan keinginan kuat untuk menang.
Zane tau semua pola serangannya, jadi dia bisa menghindar dan menyerang, terus menghindar dan menyerang.
Entah karena suatu keberuntungan atau karena tekadnya untuk menang, dan keinginan untuk mencabik-cabik sang monster itu.
"HAAAAAA... TERIMA INIIII KEPARAAATT!!!" Pukulan terakhirnya berhasil mendarat pada titik lemah sangat monster.
"BUUGG! DUAAAR!!!" Monster itu pada akhirnya meledak dengan satu pukulannya.
"YOOOSSSAAHHHH!" Zane menarik satu lengannya dengan gembira dan penuh rasa puas, akhirnya dia bisa lepas dari penderitaan dan rasa sakit yang tiada akhir itu.
"Huhuhu...." Zane menangis terharu, bisa lepas dari genggaman monster yang selama ini menyiksanya.
Tapi, apakah itu akhirnya....
"RAAAAAAAA!!!
"AAARRRGGHH... Sial? Apa dia hidup kembali sepertiku?" setelah melepas dari menutup kedua telinganya, Zane melihat sekitarnya dan apa yang di lihatnya membuat dia terkejut setengah mati.
"A-apa-apaan semua ini! HA... HAHA... HAHA!"
Zane terkejut melihat banyak sekali monster yang sama, seperti monster yang tadi dia lawan sebelumnya. Mungkin ada sekitar seribu atau ratusan mungkin jutaaan, melihat itu seketika Zane menjadi gila.
Zane mengira dia sudah lolos dari lubang buaya. Tapi, dia malah masuk kandang harimau.
"AAARRRRGGGG!" Sekali lagi, Zane mati di bakar oleh semburan api dari ribuan monster, dan kembali melakukan pengulangan demi pengulangan tanpa akhir.
Bersambung....