NovelToon NovelToon
Di Balik Penolakan

Di Balik Penolakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.

Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.

Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03. Awal Yang Canggung

Keesokan harinya, Clara merasa gugup. Sepanjang malam, ia berpikir tentang percakapannya dengan Nisa. Di satu sisi, ia ingin bicara dengan Dion, memperbaiki suasana yang kian renggang. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran besar—bagaimana jika Dion benar-benar sudah menyerah? Bagaimana jika Dion tidak mau lagi berurusan dengannya?

Di sekolah, Clara melihat Dion sedang duduk di bangku taman bersama teman-temannya seperti biasa. Tapi kali ini, Clara merasakan sesuatu yang aneh. Dion yang biasanya selalu mencuri pandang atau tersenyum padanya, kini justru tampak acuh tak acuh, seolah-olah Clara tidak ada di sana. Hal itu membuat perasaannya semakin tak nyaman.

"Nis, aku bakal coba ngomong sama Dion nanti," bisik Clara kepada Nisa saat mereka melewati Dion di taman.

Nisa menepuk bahu Clara dengan semangat. "Bagus. Aku dukung kamu, Clara. Pelan-pelan aja, pasti ada jalan."

Clara mengangguk, mencoba mengumpulkan keberanian. Ia memutuskan menunggu hingga jam istirahat, saat Dion mungkin sedang sendirian. Dia ingin bicara tanpa ada gangguan atau canda dari teman-temannya. Clara tahu ini bukan obrolan biasa. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi dia juga tak ingin terlihat terlalu terburu-buru.

Saat jam istirahat tiba, Clara melihat Dion sedang berjalan sendirian menuju ruang perpustakaan. Ini mungkin kesempatan yang tepat. Dengan hati-hati, Clara mengejar Dion dan memanggilnya.

"Dion!"

Dion berbalik, terlihat sedikit terkejut, tapi ekspresinya tetap datar. "Oh, Clara. Ada apa?"

Clara merasa canggung seketika. Biasanya, Dion akan menyambutnya dengan senyum lebar atau candaan ringan, tapi kali ini Dion terlihat dingin. Sikapnya tak seperti biasanya—bukan Dion yang ia kenal.

"Aku… aku cuma mau ngobrol sebentar. Ada waktu?" tanya Clara, berusaha tetap tenang.

Dion mengangkat bahu. "Boleh. Tapi kalau kamu buru-buru, gak apa-apa kok, kita bisa ngobrol lain kali."

Clara terdiam sesaat, bingung dengan respons dingin Dion. "Enggak, aku gak buru-buru. Aku cuma... mau nanya gimana kabar kamu."

Dion mengangguk pelan, namun tetap tanpa ekspresi. "Baik. Semua baik. Kenapa?"

Clara semakin merasa aneh dengan sikap Dion yang kini terlihat menjaga jarak. "Kamu kelihatan beda akhir-akhir ini. Kamu gak seperti biasanya."

Dion tersenyum tipis, tapi senyum itu terasa hambar. "Mungkin aku cuma lagi belajar buat gak terlalu ganggu hidup orang lain."

Kata-kata itu langsung menusuk Clara. Dia tahu maksud Dion. Dulu, Dion selalu berusaha mendekatinya, selalu mencoba membuat Clara tersenyum, meski sering kali Clara menolak atau mengabaikannya. Tapi sekarang, sepertinya Dion benar-benar menarik diri.

"Tapi kamu gak pernah ganggu aku, Dion," jawab Clara lirih, berusaha memperbaiki kesalahpahaman itu.

Dion menatap Clara sebentar, lalu menarik napas panjang. "Clara, aku udah cukup lama ngejar kamu. Dan aku sadar, selama ini kamu gak pernah nyaman dengan itu. Jadi, sekarang aku coba buat kasih kamu ruang. Mungkin... memang lebih baik kalau aku berhenti."

Clara merasa dadanya semakin sesak. Ini bukan yang dia harapkan dari percakapan ini. Dion yang dulu selalu ceria dan optimis, sekarang terlihat seolah sudah benar-benar menyerah.

"Tapi… Dion, aku nggak pernah minta kamu berhenti," Clara mencoba berbicara lebih hati-hati. "Aku cuma... mungkin aku terlalu kaku dulu. Aku gak ngerti perasaan aku waktu itu."

Dion menundukkan kepala sejenak, lalu menatap Clara dengan tatapan yang dalam, tapi dingin. "Ya, aku ngerti. Kamu gak perlu jelasin, Clara. Aku tahu aku banyak maksa dulu. Tapi aku gak mau bikin kamu ngerasa tertekan lagi. Makanya aku berhenti. Mungkin itu yang terbaik buat kita."

Clara terdiam. Dion benar-benar terlihat berbeda. Dulu, saat ditolak, dia selalu balik lagi dengan senyum dan candaan. Tapi kali ini, Dion tampak seperti seseorang yang sedang menjaga jarak, seolah tak mau terluka lagi.

"Jadi... kamu udah beneran gak mau deket lagi?" Clara bertanya dengan suara pelan, hampir tak terdengar.

Dion tersenyum kecil, tapi senyum itu tak menghangatkan suasana. "Bukan soal mau atau enggak, Clara. Ini soal apa yang terbaik buat kamu. Aku gak mau lagi jadi alasan kamu ngerasa gak nyaman atau tertekan. Aku cuma pengen kamu bahagia."

Clara merasa ada sesuatu yang retak di dalam dirinya. Dion benar-benar menjauh, dan kali ini, dia merasa kehilangan sesuatu yang berharga. Dulu, dia pikir lebih baik Dion berhenti, tapi sekarang, saat itu benar-benar terjadi, dia menyadari bahwa kehadiran Dion adalah sesuatu yang selama ini dia anggap remeh.

"Tapi Dion..." Clara mencoba berbicara lagi, namun Dion memotongnya dengan lembut.

"Udah, Clara. Gak apa-apa. Serius. Kamu gak perlu mikirin aku lagi. Aku fine. Kamu juga akan fine. Mungkin nanti kita bisa ngobrol lagi, tapi buat sekarang... aku rasa ini yang paling baik."

Clara menatap Dion dengan hati yang berat, tapi tak tahu harus berkata apa. Dion benar-benar berubah. Dan untuk pertama kalinya, Clara merasa takut—takut kehilangan sesuatu yang bahkan belum dia sadari sepenuhnya.

"Kalau gitu... makasih, Dion. Makasih udah jujur," ucap Clara pelan.

Dion mengangguk, lalu tersenyum kecil. "Sama-sama, Clara. Jaga diri, ya."

Clara hanya bisa menatap punggung Dion yang perlahan menjauh. Hatinya terasa campur aduk—antara perasaan kehilangan, penyesalan, dan kebingungan. Dion yang dulu selalu ada, kini tak lagi menginginkan tempat di hidupnya. Dan Clara harus menerima kenyataan bahwa semua ini mungkin kesalahannya sendiri.

Saat Dion menghilang dari pandangannya, Clara berdiri diam di tempat, merenungkan semuanya. Mungkin sekarang, dia yang harus mengejar. Tapi pertanyaannya, apakah dia sudah terlambat?

To be continued...

1
Kamsia
tuhhkan baperan clara ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!