Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 3
Grace tengah bersiap-siap dan kini berada di depan cermin meja riasnya, berfikir betapa sempurnanya pemilik tubuh ini, dia memiliki tubuh yang bagus tidak gemuk atau kurus, sedang saja dan seperti gitar spanyol, lalu wajah yang putih mulus tidak ada cacat sedikitpun, terlihat sangat cantik, pipi chubby dengan sedikit kemerahan, bulu mata panjang dan lentik, alis tebal nan indah rasanya tidak perlu pakai pensil segala, bola mata coklat, bibir tipis, di tambah tubuhnya yang sedikit pendek menambah kesa menggemaskan dirinya, dan terakhir rambut panjang hitam kecoklatan nya yang bergelombang.
"Ahrg, beruntung nya aku ae, sudah kaya, cantik lagi hihihi nana nanana" kata grace
Grace merasa kagum, berputar dan berpose, berfikir membandingkan dirinya dengan sebelumnya bukannya sedih malah sangat bahagia, bagaimana tidak di kehidupan sebelumnya ia hanya gadis sederhana, kehidupan sederhana, wajahnya manis dan cantik tetapi masih ada pori pori yang mengganggu dan kulitnya yang kuning langsat. Tentu dengan kejadian transmigrasi ini membuat nya bahagia, apalagi transmigrasi ke tubuh sempurna dan kaya seperti ini.
"Grace, sudah siap?" tanya Genta dari balik pintu kamar Grace. Suaranya terdengar lembut, tapi ada sedikit ketegangan di baliknya.
Grace yang sedang masih mengagumi tubuh barunya terkejut mendengar suara Genta
"Sudah, Genta," jawab Grace, sambil tersenyum tipis. "Aku sudah siap." Dia berusaha bersikap biasa, tapi hatinya berdegup kencang. Dia tidak tahu bagaimana bereaksi di situasi ini.
Genta mengangguk, matanya menatap Grace dengan intens. "Kau yakin? Kau tidak merasa gugup?"
Grace mengerutkan kening. "Gugup? Kenapa harus gugup?" Dia berusaha bersikap biasa, tapi hatinya berdegup kencang. Dia tidak tahu bagaimana bereaksi di situasi ini, bagaimana pun dia bukan pemilik aslinya setiap kali ketika berhadapan dengan lelaki tampan yang kini telah menjadi kakaknya.
'Sial, tampan banget sih ni cowok pengen deh gue pacarin, tapi sayang banget ini kakak atau saudara kembarnya pemilik asli, hah sudahlah aku sudah berada di tubuh ini yang mana artinya apa yang milik pemilik aslinya sudah menjadi miliknya semangat Grace' batin Grace dan menyemangati dirinya sendiri.
Genta terdiam sejenak, matanya menatap Grace dengan penuh selidik dan perhatian. "Aku hanya... aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."
Grace tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Genta. Jangan khawatir." Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan Genta bahwa dia baik-baik saja, berharap Genta tidak curiga.
Genta menghela napas, tidak yakin di tambah melihat sikap Grace berbeda dengan sebelumnya, yang selalu menjawab pertanyaan nya dengan sinis dan arogan.
'mungkinkah, amnesia membuat berubah atau berbeda ya, sudahlah lebih baik. Kami berangkat' pikir Genta
"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat."
Mereka turun ke lantai bawah dan menuju ruang makan. Sarapan sudah disiapkan di meja makan. Ada roti panggang, telur dadar, dan jus jeruk dan susu coklat
"mari makan?" tanya Genta, sambil menatap Grace.
Grace mengangguk kan kepalanya dan bergumam, memilih makan dan minum. Melihat itu Genta juga ikut makan dan menikmati hidangan.
Setelah selesai sarapan, mereka keluar dari rumah dan menuju ke mobil. Genta membuka pintu mobil untuk Grace.
"Ayo, Grace," kata Genta.
Grace mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Genta menutup pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi.
"Sekolahnya tidak terlalu jauh," kata Genta, sambil menyalakan mesin mobil. "Kita akan sampai dalam waktu 15 menit."
Grace mengangguk. Dia menatap kosong ke luar jendela. Dia merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Dia tidak percaya bahwa dia sudah kembali ke sekolah. Dia tidak tahu bagaimana beradaptasi dengan kehidupan barunya.
"Grace, kau tidak apa-apa?" tanya Genta, sambil menatap Grace yang terlihat murung.
Grace menoleh ke Genta, matanya berkaca-kaca. "Aku... aku gugup, Genta."
Genta menghela napas. "Tenanglah, Grace. Aku akan selalu ada di sisimu."
Genta mengulurkan tangannya dan mengelus lembut rambut Grace. Grace merasa sedikit tenang mendengar kata-kata Genta. Dia merasa seperti memiliki seorang pelindung.
"Terima kasih, Genta," kata Grace, sambil tersenyum.
Genta tersenyum tipis. "Sama-sama, Grace."
Mobil melaju meninggalkan rumah. Grace menatap kosong ke luar jendela. Dia merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Dia tidak percaya bahwa dia sudah kembali ke sekolah. Dia tidak tahu bagaimana beradaptasi dengan kehidupan barunya, berfikir dan menghela nafas 'hah, daripada pusing memikirkan ini lebih baik aku nikmati dan jalankan saja.'
......................
Mobil berhenti di depan gerbang sekolah yang megah, besar dan indah dengan warna hitam dan emas berkilau. Genta mematikan mesin mobil dan menoleh ke Grace. Grace menatap kagum sekolah itu, 'Sial mewah banget, berkelas lagi, pasti khusus anak anak orang kaya yang bisa sekolah di sini' pikir Grace
"Kita sudah sampai," kata Genta, sambil tersenyum. "Kau siap?"
Mendengar pertanyaan Genta, Grace mengangguk, matanya bersinar kagum tertuju ke gerbang sekolah dan sekolahan nya. Dan dia merasa gugup, hidup kali ini benar benar berbeda bagaimana ia bersekolah di sini dan apa yang akan ia lakukan benar benar bingung dan gugup
"Grace?" tanya Genta, sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Grace. "Kau tidak apa-apa?"
Grace menoleh ke Genta, menarik nafas pelan dan hembuskan. "hah, tidak... aku hanya gugup."
Genta menghela napas. "Tenanglah, Grace. Aku akan selalu ada di sisimu." Dia mengulurkan tangannya dan mengelus lembut rambut Grace. Grace merasa tidak biasa dan menghindar, bukan tanpa sebab di kehidupan sebelumnya ia sangat anti dengan laki laki manapun termasuk keluarga nya sendiri ia tak biasa merasa di sentuh oleh lelaki walau itu saudara nya sendiri.
Melihat sikap Grace, Genta hanya tersenyum tipis dan memilih keluar.
Genta membuka pintu mobil dan keluar. Dia kemudian berjalan ke sisi Grace dan membuka pintu mobil untuknya.
"Ayo," kata Genta, sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Grace keluar dari mobil.
Grace mengangguk dan keluar dari mobil. Dia merasa sedikit canggung.
"Terima kasih," kata Grace, sambil tersenyum tipis.
Genta tersenyum tipis. "Sama-sama, Grace."
Mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk sekolah. Grace menundukkan kepalanya, merasa malu di lihat banyak orang.
"Grace, kau tidak apa-apa?" tanya Genta,
Grace menoleh melihat Genta dan tersenyum tipis, lalu menundukkan kepala. "Aku... Tidak papa kau tidak perlu khawatirkan aku."
Genta menghela napas. "Baiklah" Dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Grace.
"Hmm," gumam Grace
Mereka berjalan berdampingan menuju pintu masuk sekolah. Grace menundukkan kepalanya, merasa malu di lihat banyak orang.
"Hei lihat itu kak Genta datang" ucap salah satu siswi melihat Mobil mewah genta tiba di parkiran
"Hhei pangeran ku akhirnya tiba juga'
semakin hari pangeran ku semakin tampan'
"Eh eh liat liat siapa itu'"ucap salah satu siswi melihat Genta membukakan pintu dan terlihat seorang gadis familiar keluar tapi wajahnya tidak kelihatan
"Siapa tuh?"
"Gak tau, murid baru kali ya?"
"Kok dari badannya kayak kenal?"
"Badannya mirip Grace bukan ya"
"Gak mungkin, Grace kan selalu pake masker."
"bisa aja Grace buka masker"
"Iya juga ya"
"Bener juga ya, tapi kok mirip banget sih."
"Kayaknya bukan Grace deh."
"Cantik banget sih, lebih cantik dari Grace."
"Ya, tapi gak ada aura sombongnya Grace."
"Kok Genta pegang tangannya sih?"
"Hmm, apa Genta punya pacar baru?"
"Gak mungkin, Genta kan gak pernah pacaran."
"Iya gak terima gue, Genta itu milikku"
"enak aja milik gue itu"
"Apa mereka saudara?"
"Gak mungkin juga, saudara kak Genta kan cuma Grace"
"Berarti itu Grace"
"mungkin, siapa tau kan cuma Grace yang bisa dekat Pangeran sekolah kita"
"Tapi, rasanya kaya iya"
"Tapi gue penasaran banget, siapa sih dia?"
Bisikan-bisikan para murid terdengar jelas di telinga Grace. Dia merasa semakin gugup. Dia tidak terbiasa dengan perhatian yang diberikan orang-orang padanya.
Grace berusaha tetap tenang memegang tangan kakak kembarnya menuju kelas menenangkan diri dan tidak menghiraukan kata kata dan bisikan para murid.