'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Xannia dan Airin pergi ke salah satu pusat perbelanjaan.
Awalnya niat Xannia hanya untuk mengantar Airin saja, alhasil dia pun berbelanja baju yang akan di kenakan nya nanti malam.
"Ini pertama kalinya kau datang ke club bukan ?" tanya Airin setelah menelan makanannya.Setelah berbelanja pakaian, akhirnya mereka menuju ke restoran untuk mengisi perut mereka yang lapar.
"Hmm..." gumam Xannia sebagai jawaban.
"Tapi, sebelumnya aku sudah pernah masuk ke Bar," ujar Xannia.
"Itu berbeda," sahut Airin tertawa.
Mereka akhirnya berbincang-bincang sembari menyantap makanan.
Setelah selesai mereka berjalan kembali menuju parkiran dimana mobil Xannia terparkir.
Xannia menjalankan mobilnya menuju rumah Airin.
"Untung hari ini kakakku sedang ke Itali. Jadi, kita akan bebas malam ini," ujar Airin.
"Kau punya kakak?" tanya Xannia yang baru mengetahuinya.
"Ya... Kakakku laki-laki dan dia sangat suka mengatur," jawab Airin sambil mencebik.
"Nanti kalau dia sudah pulang akan ku kenalkan kau padanya," ujar Xannia.
"Kakakmu belum punya pacar?" tanya Xannia di sela-sela menyetirnya.
"Belum, dia terlalu kaku untuk berurusan dengan perempuan, apalagi dia terlalu sibuk. Tapi, masih bisa mengaturku... Airin kau tak boleh begini, Airin kau tak boleh memakai itu," ujar Airin sambil menirukan kakaknya.
Xannia bahkan sampai tertawa melihatnya.
"Itu artinya dia sangat menyayangimu," sahut Xannia.
"Ya aku tahu ... Tapi, karna dia lah aku jadi tak punya pacar, dia selalu menyeleksi setiap pria yang datang kerumah," gerutu Airin.
"Sudah jangan membahasnya lagi, aku malas," ucap Airin
Dan tak terasa akhirnya mereka sampai di depan rumah Airin.
"Kau hanya tinggal berdua dengan kakakmu?" tanya Xannia setelah masuk kedalam rumah Airin yang sepi.
"Hmm... Orang tua kami bercerai dan aku lebih memilih ikut dengan kakakku dari pada harus tinggal bersama orang tuaku yang sudah memiliki keluarga masing-masing," jawan Airin.
"Aku paling malas jika harus hidup dan tinggal dengan saudara tiri," lanjutnya.
"Sorry..." ucap Xannia merasa bersalah dengan pertanyaannya barusan.
"It's oke ... Aku sudah berdamai dengan itu," sahut Airin.
"Kau mau minum?" tanya Airin yang mengambil air di dalam lemari pendingin.
Xannia menganggukkan kepalanya dan menerima air minum dari Airin.
Lalu, tiba-tiba ponsel Airin berbunyi saat dia akan memakan camilannya.
"Kau duluan saja ke kamarku, naik tangga dan belok kiri, pintu kedua," ujar Airin.
"Aku harus mengangkat telepon dari kakakku dulu," lanjutnya.
Xannia menganggukkan kepalanya dan berjalan kearah kamar Airin yang tadi di tunjukkan oleh gadis itu.
Setelah menemukannya Xannia langsung masuk kedalam dan ternyata pintunya tak di kunci.
Ia berjalan masuk kedalam kamar mandi sambil membawa pakaian gantinya.
Lima belas menit kemudian xannia sudah keluar dari kamar mandi dan mendapati Airin yang sudah ada disana.
"Kau sudah selesai?" tanya Airin dan mendapat anggukkan dari Xannia
Airin masuk kedalam kamar mandi sedangkan Xannia mulai merias dirinya dengan make-up yang tipis dan tak terlalu mencolok.
Rambutnya dia biarkan tergerai begitu saja, guna menutupi bahunya yang terbuka.
Satu jam kemudian kedua gadis itu sudah siap dan akan segera berangkat.
"Kau bilang pada kakakmu akan pergi ke club?"Tanya Xannia.
Airin tertawa mendengar pertanyaan Xannia
"Tentu saja tidak," sahut Airin.
"Ingat pesanku Xannia, jangan sampai mabuk ... Oke?" ujar Airin memperingati temannya.
"Aku tahu, kau sudah mengatakannya beberapa kali," tutur Xannia jengah.
Ia mulai melajukan mobilnya menuju club terbesar di kota itu.
Di sepanjang perjalanan yang mereka lakukannya hanya mengobrolkan hal-hal random.
Hingga tidak sampai setengah jam mobil Xannia sudah sampai di area parkiran club.
Mereka keluar dari mobil dan menghampiri seorang wanita yang sudah menunggu mereka.
"Kenapa kalian lama sekali," gerutu wanita karna terlalu lama menunggu kedua temannya itu.
"Aku menunggu Airin, dia sangat lama dalam berdandan," timpal Xannia.
"Aku harus terlihat cantik... Kau tahu," ujar Airin
"Ayo masuk," ajak wanita itu yang tak lain adalah Cia, teman Xannia di perusahaan.
"Kau baru pertama kali kesini kan, Xann?" tanya Cia.
"Iya, apakah aneh? Kenapa dari tadi pertanyaan kalian sama terus," jawab Xannia.
"Jangan sampai mabuk," ujar Cia.
"Oh God ... Bahkan Airin sudah mengatakan itu sejak di rumahnya, apa tak ada kata-kata lain?" ucap Xannia yang lagi-lagi merasa jengah.
Sedangkan kedua wanita itu hanya tertawa.
Saat sampai di depan pintu masuk club mereka di hadang oleh petugas keamanan berbadan besar.
"Mereka pergi denganku," ujar seorang pria
Dari dalam club pada pria besar itu.
Penjaga keamanan itu pun langsung memberi jalan dan membiarkan Xannia beserta kedua temannya masuk.
"Hai, honey ..." sapa Cia pada kekasihnya.
Pria itu bahkan memeluk dan mencium bibir Cia di hadapan Xannia dan Airin.
"Hal seperti ini biasa terjadi disini," teriak Airin di dekat telinga Xannia karna suara musik yanga keras.
"Telingaku rasanya mau pecah, disini sangat berisik!" teriak Xannia pada Airin.
"Ayo ikuti aku," ujar kekasih Cia.
Ketiga wanita itu pun mengikuti kekasih Cia menuju lantai dua.
"Disini lebih baik," ucap Xannia mendudukan dirinya di sofa.
Di lantai dua suara musik tak begitu keras,berbeda dengan lantai satu yang memekakkan telinga.
"Kalian mau minum apa?" tanya kekasih Cia.
"Apa saja honey. Tapi, siapkan satu yang alkoholnya rendah," jawab Cia.
"Baiklah, tunggu sebentar," katanya dan berlalu pergi.
"Kau mengenal dia dimana?" tanya Airin
"Disini," jawab Cia.
"Jadi kau sering kesini?" timpal Xannia
"Tidak juga, hanya sesekali jika sedang penat," sahutnya.
Dan tak lama kemudian kekasih Cia pun kembali sembari membawakan minuman.
"Nikmatilah, aku akan ke tempatku dulu," ujar kekasih Cia.
"Aku ikut honey," kata Cia.
"Kalian disini-lah dulu, aku tak akan lama,"
Ucap Cia pada kedua temannya itu.
Mereka berdua pun mengangguk dan membiarkan Cia mengikuti pacarnya.
Xannia mulai meminum minuman yang ada di hadapannya.
"Rasanya sangat aneh," gumam Xannia karna belum terbiasa dengan yang namanya alkohol.
Maklum saja sedari kecil Xannia sudah sangat diwaspadai oleh ayah mengenai pergaulannya.
Dan hari ini Xannia merasakan kebebasan ada di depan matanya.
Hanya untuk kali ini saja Xannia ingin melupakan semua masalahnya.
"Xann," panggil Airin.
"Hmm..." gumam Xannia yang pandangannya mulai berubah sayu.
"Oh God! Sudah berapa gelas yang kau minum ?" tanya Airin pada Xannia yang sepertinya sebentar lagi akan mabuk.
"Jangan minum lagi," cegah Airin.
"Aku akan ke toilet sebentar," ujar Airin dan mendapat anggukkan dari Xannia.
"Ingat! Jangan minum lagi dan tunggu aku disini, jangan pergi kemana-mana," kata Airin.
"Iya, kenapa kau bawel sekali," sahut Xannia.
Airin pun pergi ke toilet dan meninggalkan Xannia sendirian.
Lalu, pandangan Xannia tampak melihat sosok yang di kenalnya naik ke lantai yang sama dengannya dan mendudukan dirinya di meja yang tak jauh dari tempat Xannia duduk.
Xannia pun beranjak dari duduknya dan menghampiri orang tersebut.
"Mari kita lihat, siapa yang akan menikah lebih dulu," gumam Xannia sembari terus berjalan.
Bersambung.......