Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Mengagumi
...Tidak ada yang bisa membuatku berpaling selain kepada dia yang memang aku cinta dan takdir sang ilahi. ...
...--- Annisa Mardhatillah ---...
Webinar bersama Gus Habibi kemaren siang masih melekat keras dibenak Annisa. Cara Gus itu tersenyum, menyapa dan tertawa. Sungguh, Gus itu membuat gadis yang bernama Annisa itu gila pada pandangan pertama.
Annisa, tentunya tidak akan mengakui jika, Ia terperangkap akan keindahan dan ketampanan Gus Habibi.
Seperti yang saat ini, Ia alami. Gadis itu berbari diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Sesekali, Ia mengusap wajahnya dengan gusar.
"Aduh! Aku kenapa sih?! Kenapa juga aku kebayang-bayang wajah Gus itu?!" monolognya sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya.
"Aku harus tanya, Bunga nih, aku harus mastiin, apakah waktu Bunga kenal Gus Habibi itu, Ia juga kebayang-bayang gini?" lanjutnya heran sendiri.
Annisa, meraih ponselnya yang kebetulan berada disebelahnya. Ia, menekan tombol panggilan dan mengeraskan speakernya.
"Assalamualaikum, ada apa nelpon?" ketus Bunga saat telepon tersambung.
Annisa memutar bola matanya malas, Ia tau sekali bahwa sahabatnya ini sedang kesal dengannya, "Waalaikumsalam, kamu masih kesal sama aku?" tanyanya polos.
"Iya lah!"
"Hmm, aku gak peduli sih, lagian kenapa juga kamu harus kesal gitu? Toh, aku gak ngelukain idola kamu kan?!" ujarnya tak peduli.
"Ish! Ichaa, kamu tu yah! Bisa gak sih, ngehargain aku sebagai seorang sahabat?!"
"Ish iya iya, aku minta maaf, maaf ya, Bunga bangke, udah kan?!"
"Kamu ngehina aku?!" ucap Bunga tak terima.
Annisa terkekeh, "Ya gak lah! Kan aku gak sayang, eh sayang maksudnya."
"Ck! Ngapain kamu nelpon aku? Tumben!" tanya Bunga kembali sadar mengapa Annisa menghubunginya. Biasanya gadis itu tidak mau menghubungi terlebih dahulu.
"Oh iya, aku lupa, kamu sih! Sebenarnya tujuan aku nelpon kamu cuman mau nanya reaksi kamu ketika pertama kali ngeliat Gus Habibi, apa yang kamu rasakan saat pertama kali ngeliat dia?"
"Ya kagum lah, kan dia cakep banget."
"Cuman itu? Gak ada yang lain?" tanya Annisa lagi.
"Yang lain, maksudnya?" heran Bunga.
"Aku curiga deh,"
"Curiga ke siapa?"
"Curiga kalau Gus Habibi itu pake pemikat atau pemanis gitu."
"Astagfirullah, Ichaa! Kamu ini yah! Souzon mulu."
"Ya gimana gak souzon coba? Kamu tau aku kan? Masa Ia aku bisa kebayang-bayang wajah dia trus! Gak banget kan?!" adunya.
Terdengar kekehan dari sebrang sana, "Ya makanya jangan terlalu mati rasa, bilang gak ini itu lah, taunya baper sendiri sampai kebayang-bayang gitu." ledek Bunga.
"Apaan sih! Aku rasa dia itu pake pemikat we, masa Ia, langsung kebayang-bayang gitu. Gak pernah sejarahnya aku ngebahagiain orang ya! Sekelas Maher Zain aja aku gak tertarik apalagi Gus itu." ucapnya.
"Bukan kamu yang gak tertarik sama Maher Zain, tapi Maher Zain yang gak tau kamu idup apa ngak. Maher Zain, juga gak peduli kamu siapa, hewan, rumput, tai, atau hantu dia gak peduli, Ichaaa." geram Bunga.
"Huft! Ya, gitulah perumpamaannya Bunga teratai! Aku gak bisa gini trus, masa Ia aku ngebayangin dia yang gak aku kenal sih, aku kan tersiksa. Lama-lama aku bisa gila kalau kek gini trus."
"Ya wajarlah kamu kebayang Gus Habibi terus, orang dia emang selalu memikat hati siapapun termasuk hati manusia batu kek kamu."
"Apaan sih! Udahlah, orang aku mau lanjut bobo lagi, cerita sama kamu gak ada solusinya."
"Yeee, untung aku dengarin! Harusnya aku yang kesal, karena kamu ganggu aku nonton livenya Gus Habibi."
"Hah, Gus pake pemikat itu lagi ngelive?"
"Gus Habibi, Ichaaa! Iya, dia baru mulai ngelive. Udah ah, aku mau nonton live dia dulu. Bye!" Sambungan telepon pun terputus dan dengan cepat Annisa langsung membuka aplikasi instagramnya dan masuk dengan akun fake yang Ia buat.
Ia mulai bergabung kedalam live Gus Habibi, terlihat dilayar pipih miliknya, Gus itu sedang berada di Cafe dengan beberapa temannya.
Gus Habibi menggunakan kaos hitam polos yang entah kenapa terlihat sangat menggemaskan.
Entah kenapa, bulan sabit yang ada diwajahnya tercipta tak kala melihat Gus Habibi tertawa karena membaca salah satu komenan fans dilive nya.
"Ini Gus, beda banget ya? Gak terlalu koko banget. Suka deh aku." liriknya tanpa sadar.
"Astagfirullah, sadar Cha! Sadar!" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Eh, Gus! Gara-gara kamu, aku jadi orang aneh, awas aja ya! Aku sumpahin kamu buat gak dapat jodoh, sok kecakepan banget!" monolognya.
Tak mau semakin larut dengan kegilaan yang Ia ciptakan sendiri, Annisa memilih keluar dari live sang Gus dan mencoba mengalihkan isi otaknya kepada yang lain, berharap, bayangan Gus Habibi tidak kembali melekat dibenaknya.
Annisa, keluar dari aplikasi instagramnya dan memilih membuka aplikasi tiktok dihpnya berharap bisa melupakan sejenak kegilaannya.
Baru saja masuk ke beranda tiktok, bukannya konten nyanyi atau lainnya yang Ia lihat melainkan konten dakwah sang Gus yang saat ini Ia hindari.
Bukannya sistem tiktok ini, apa yang paling banyak kita lihat itu yang bakal keluar terus? Lantas kenapa Gus Habibi yang keluar? Annisa tidak pernah melihat atau mencari tau konten gus itu.
Sungguh, tidak ada yang bersahabat dengannya saat ini.
"Dih, apaan nih? Kenapa Fyp aku langsung Gus Habibi sih?!" gerutunya dan langsung menggilir konten selanjutnya dan Ia kembali menemukan sosok Gus Habibi yang kali ini di JJ kan.
"Aduh! Kenapa ada JJ segala sih?! Mana like dan komennya banyak banget. Ini keknya bukan akun dia deh." lirihnya sembari kepo akan isi komentar video itu.
"Emang pada gila semua nih, manusia! Masa mereka bilang Gus Habibi pacar, atau suami segala. Dikira si Gus bisa membelah diri apa? Mana mungkin Gus satu untuk semua, kek SCTV aja." protesnya tak kala membaca komen-komen fans Gus Habibi yang terlalu lebay menurut Annisa.
"Tapi kalau diliat-liat dia emang tampan sih, dan sabi lah kalau dijadikan misua, tapi gak harus selebay itu kali juminten! Ya kali, kalian keroyokan buat dapetin dia. Mana pake bilang ga ridho kalau Gus Habibi nikah, emang ngadi-ngadi kalian we. Fans, ya fans aja! Gak usah ngatur gitu. Capek aku teh!" kesalnya.
"Okey, stop! Sudahi pencarian tentang Gus Habibi! Gak ada gunanya dan gak akan ada untungnya untuk aku ngepoin dia! Harusnya aku dengarin dakwahnya bukan liatin orangnya atau komentar aneh-aneh fansnya! Dan tidak masalah juga kalau aku mendengarkan dakwahnya, toh, itu banyak manfaatnya."
Annisa, sudah memutuskan untuk tetap mendengarkan dakwah dari sang Gus yang viral saat ini.
Baginya konten yang Gus Habibi bagikan tidaklah hal yang sia-sia melainkan bermanfaat untuk banyak orang, terlepas dari tidak atau iyanya kita mengidolakan sesuatu.
Tidak fans, bukan berarti tidak suka kan?!
Selagi kebaikan, kenapa tidak?
*****
Sore ini, Annisa sudah berada di kampus untuk mengikuti perkuliahan 2 sks. Seperti biasa, gadis tomboy yang tidak menggunakan gamis itu berjalan percaya diri dengan kemeja hitam yang tertiup angin hingga menampakkan kaos putih didalamnya.
"Ichaaa, udah dateng dari tadi?" tanya Bunga yang baru saja datang.
"Gak juga, Btw, penampilan aku hari ini kece gak?"
"Kece sih, tapi karna aku udah sering liat jadi bosen, palingan yang beda cuman kemeja doang, kaos sama celananya itu itu aja, sesekali yang berubah." protes Bunga pada pakaian Annisa yang tak jauh dari kemeja, kaos dan jeans + sepatu All-stars (Hitam-putih) tak hanya sepatu saja yang hitam putih, melainkan kemeja dan kaos juga hitam putih, adapun warna lain, percayalah pasti itu warna gelap seperti navy, coklat dan hijau army. Sedangkan celananya, Annisa hanya memiliki satu warna saja, yaitu hitam. Sebanyak apapun celananya pasti hitam pemenangnya.
Ditambah lagi, lengan tangan kemeja dilipat hingga berada dibawah siku sedikit, plus lima gelang karet hitam yang dipergelangan tangannya yang dikolaborasi dengan jam tangan ditangan kirinya.
Annisa mendengus kesal mendengar penuturan sang sahabat, "Ini itu cakep tau, simpel dan casual! Gak ribet dan anti badai."
"Iya terserah kamu aja, untung kamu gak fans sama Gus Habibi, kalau sampai fans aku pastikan kamu merubah semua penampilanmu. Secara, penampilanmu sekarang betolak belakang sama dia." ucap Bunga yang apa-apa mengaitkan sesuatu dengan idolanya.
"Ish! Kamu tu ya! Kenapa juga harus bawa-bawa Gus Habibi? Gak ada ngaruhnya juga." kesal Annisa yang apa-apa dikaitkan dengan Gus itu.
"Hahaha, iya maaf, kan aku cuman ngasih tau doang, mana tau suatu saat kamu mau nyalonkan diri menjadi fans dia."
"Terserah! Aku mau ke kelas dulu, cape ngomong sama orang gila kek kamu. Otaknya cuman Habibi dan Habibi." kesal Annisa berlalu pergi menuju kelas.
"Ya haruslah! Kan aku mau memanifestasikan Gus Habibi, biar jadi suami aku, dan kalau benar dia jadi suami aku, kamu harus fans sama dia secara dia bakalan jadi sahabat kamu juga, Cha!" ucap Bunga yang kini berjalan disebelah Annisa.
"Jika itu mimpi maka aku akan dengan senang hati menurutinya sahabatku tersayang, tapi jika itu nyata, innalillahi saja dulu Bunga kembang sepatu!"
"Ish! Kamu ini gak bisa banget bikin aku senang."
"Kamu terlalu terobsesi buat jadiin dia suami, seharusnya kamu itu mencintai dakwahnya bukan pendakwahnya. Jangan berfikiran lebih untuk menjadi bagian dari hidupnya karena faktanya bukan kamu saja yang melangitkan namanya dan jangan bikin Allah bingung atas kemauanmu. Hari ini minta gus Habibi, besok nampak yang waw minta yang waw. Harus ya, semuanya di kagumi?"
Bunga hanya terdiam saat mendapat penuturan seperti itu dari seorang Annisa yang pasalnya tak pernah berkata panjang kali lebar.
"Aku juga yakin, kalau Gus Habibi tau para fans nya sefanatik ini pasti dia gak suka. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan membagi pengetahuan yang Ia miliki untuk orang lain, dan itu tidak lebih tidak kurang. Kagumi apa yang Ia sampaikan, praktekan dan terapkan dikehidupan sehari-hari bukan malah mencintai atau menginginkannya secara berlebihan." lanjut Annisa yang kini posisinya mereka sudah berada didalam kelas.
Kelas belum dimulai, Annisa dan Bunga memilih bangku paling terakhir karena percakapan mereka belum usai.
"Emang salah kalau aku menyukai dia? Salah kalau aku menginginkan suami seperti dia?" tanya Bunga merasa kecil saat mengingat bahwa dia hanyalah wanita biasa sedangkan idolanya orang yang sangat istimewa.
Annisa menggeleng, "Tidak ada yang salah, tidak ada yang tidak mungkin. Kita sebagai manusia hanya bisa berserah, sekalipun kita mencintai seorang mahkota raja. Kamu mencintai Gus Habibi, tidaklah salah, semua wanita muslimah, pasti menginginkan suami seperti dia tapi perlu diingat, jangan hanya menginginkan yang baik tapi lupa bahwa diri belum sebaik itu. Tugas kita hanya memperbaiki diri agar Allah temukan kita pada orang yang baik. Jangan hanya berandai tapi tidak berubah."
"Yaudah deh, mulai saat ini aku akan berubah menjadi lebih baik lagi biar bisa jadi ist--"
"Gak usah ngadi-ngadi! Berubah itu karna Allah dan kemauan diri sendiri bukan karena orang lain. Gak usah gila! Aku aduin Gus Habibi baru tau rasa, biar di blok dan dicoret dari KK fans dia." ancam Annisa membuat Bunga berdelik ngeri.
Tidak ada salahnya jika kita mencintai seseorang yang jauh diatas kita. Tidak ada salahnya kita menginginkan dia untuk hidup kita agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hanya saja, apakah kita bisa menyeimbanginya? Apakah kita bisa menjadi baik sesuai apa yang ia ajarkan nanti kepada kita? Apakah kita siap dibimbing olehnya? Sedangkan kita masih malas-malasan, masih rebahan dan masih menjadi orang yang dongkolan.
Apakah tidak ada keberatan hati jika kelak Ia mengatur waktumu? Mengatur jam tidur, memintamu menghafal Al-Qur'an atau sekedar membaca bersamanya setelah sholat, memintamu memakai pakaian yang memang diperintahkan dalam islam sedangkan kamu tidak pernah memakai itu? Memintamu bangun disepertiga malam, sedangkan kamu tidak melakukan itu sebelumnya atau tidak istiqomah dalam hal itu.
Jika kamu siap, maka pertahankan rasa itu, tapi jika dirasa masih belum maka cobalah untuk memperbaiki diri sebelum bertemu dia yang akan menjadi pelengkap ibadahmu.
Mari berkaca pada diri sendiri, kamu mengidolakan dia karena dia banyak dikagumi, karena ketampanan dan hartanya atau memang karena ilmunya?
Terkadang nafsu bisa menjelma menjadi cinta.