'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setelah mobil yang di kemudikan oleh Kay sampai di lobby rumah sakit. Segera saja, Xannia langsung membuka pintu dan berlari masuk kedalam rumah sakit.
Sedangkan Kay, dia memarkirkan mobil milik Xannia terlebih dahulu, baru menyusul gadis itu.
Xannia menunggu di depan ruang ICU. Karna menurut perawat yang berjaga di depan ibunya masih berada di dalam ruang ICU.
Seorang perawat keluar dan menghampiri Xannia yang baru saja datang.
"Nona, silahkan tandatangani ini, ini berkas kematian ibu anda," ujar perawat tersebut.
Dengan enggan dan tangan yang gemetar Xannia pun menandatangani berkas tersebut.Setelah perawat itu masuk lagi kedalam, lutut Xannia seketika merasa lemas dan mati rasa.
Dia bersandar di dinding rumah sakit dan seketika tubuhnya berada di lantai.ia menangis, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tanpa suara.
Kay datang dan menyusul Xannia, gadis itu melihat tubuh rapuh milik Xannia dengan bahu yang gemetar menahan tangis.
Sedangkan dari arah Kay datang tadi, terlihat seorang pria paruh baya berlari dengan begitu tergesa-gesa menghampiri Xannia.
Pria yang tidak lain adalah ayah dari Xannia itu melihat tubuh putrinya yang menangis tersedu-sedu dengan menyembunyikan kepalanya di antara kedua kaki dan lengannya.
"Xannia?" panggil Martin, dia berjongkok di depan putrinya dan menyentuh bahu gemetar Anaknya itu.
Xannia langsung menepis tangan sang ayah yang menyentuh bahunya.
"Ada apa dengan ibumu? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit?" tanya Martin.
Martin baru saja kembali dan langsung pulang ke mansion, setelah tiba di mansion dia mendapat kabar dari pelayan jika istrinya masuk rumah sakit.
"Kenapa kau tidak menghubungi daddy jika terjadi sesuatu dengan ibumu?"
"Jawab daddy, Xannia! Jangan hanya diam saja," ujar martin yang mulai kesal dengan putrinya yang masih saja diam.
Xannia mendongakkan kepalanya dan memperlihatkan wajahnya yang sembab dan penuh air mata.
"Ini semua karna kau dad!" Xannia lantas berdiri dan menatap tajam pada sang ayah.
"Apa yang kau bicarakan Xannia?" tanya Martin yang terlihat bingung, karna memang dia baru datang.
Daddy minta maaf karna baru bisa datang sekarang. Lalu, kenapa kau tidak menghubungi daddy jika mommy-mu masuk rumah sakit," ujar Martin hendak menyentuh bahu putrinya.
Dan lagi-lagi xannia menghindar. "Kau bilang aku tidak menghubungimu? Hahaha... Aku bahkan menghubungimu sejak hari dimana mommy masuk ke rumah sakit," ucap Xannia di sertai dengan tawa hambar-nya.
"Andai kau tidak menyembunyikan apapun dari kami, dan andai kau bisa jujur padaku dan mommy! Semua ini tidak akan pernah terjadi pada IBUKU ..." bentak Xannia di akhir kalimatnya.
"Dan ... Dan anak itu," sambil tangannya menunjuk ke arah lain.
"Anakmu yang lain tidak akan mendatangi ibuku dan mengatakan sesuatu pada ibuku, semua ini tidak akan terjadi, jika saja kau jujur pada kami, marah Xannia dengan air mata yang terus mengucur.
Bola mata Martin membulat seketika ketika putrinya mengatakan tentang anak lain.
"Xaa--xannia apa yang kau bicarakan? anak apa?" elak Martin.
"Cukup dad! Tidak perlu kau tutupi lagi semuanya, aku sudah tahu semuanya," bohong Xannia, dia hanya ingin memancing sang ayah untuk mengatakan yang sebenarnya dari mulut pria paruh baya itu.
"Mau sampai kapan kau ingin menutupinya? Sampai mommy-ku meninggal? Dan sekarang ibuku sudah meninggal, apa kau masi---"
"XANNIA!!" bentak martin saat anaknya mengatakan hal yang tidak baik tentang istrinya.
"Kenapa? Memang benar kan? Mommy-ku sekarang sudah tidak ada. Dan semua itu karna anakmu dan juga kebohonganmu dad!"Xannia mengusap air matanya dengan kasar.
Xannia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak percaya dengan yang baru saja di dengarnya.
"Kau tak percaya? Tanyakan saja sendiri pada dokter,"
"Selama 5 bulan ini, mommy selalu menunggumu.dan selama itulah kau tidak pernah kembali,,,kemana saja kau,kesal Xannia bertanya kepada sang ayah.
Tapi, kau bahkan tidak kunjung datang, aku bahkan harus berbohong pada mommy tentangmu,"
"Ku pikir kau ayah baik dan suami yang setia untuk mommy. Tapi, kau baru saja menghancurkan perasaan mommy dengan pengkhianatan mu, kau bahkan menghancurkan semua kebahagiaanku. Dulu, aku bahkan selalu membanggakan-mu di hadapan semua teman-temanku, aku selalu menuruti semua perkataan dan juga keinginanmu termasuk bertunangan dengan pria pilihanmu. Karna aku tidak ingin kau kecewa padaku. Tapi sekarang, kau yang membuat aku kecewa padamu dad," ucap Xannia dengan sendu.
Kay yang sedari tadi mendengar setiap kata yang keluar dari mulut xannia tidak mampu lagi membendung air matanya.
"Xannia? Maafkan daddy, ini semua salah daddy. Itu semua kesalahan daddy dimasa lalu, jika saja daddy bisa memutar waktu, daddy ingin kesalahan itu tidak pernah terjadi... Maafkan daddy, Xannia!" ujar martin yang akhirnya membuka mulutnya.
"Aku tidak akan pernah bisa memaafkan mu dad! Jika saja kau bisa jujur padaku dan mommy, anakmu itu tidak akan pernah menemui mommy dan mengatakan yang sebenarnya," ucap xannia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Daddy tidak bisa berbuat apapun, daddy tidak bisa mengatakan itu pada mommy-mu. Karna---"
"Karna mommy memiliki riwayat penyakit jantung?" potong xannia
"xannia? Kau sudah tahu?" tanya sang ayah.
"Kau pikir dengan selama ini aku menemani dan menjaga ibuku sendirian membuatku tidak bisa mengetahui apapun?"
"Sedangkan kau bersenang-senang dengan anak dan istrimu yang lain!" tuturnya dengan kekecewaan yang sangat kentara di bola matanya.
"Daddy hanya tidak ingin kehilanganmu dan ibumu, jika daddy mengatakannya," ucap Xannia dengan wajah menyesal.
"Tapi sekarang semuanya sudah terlambat. Kau kehilangan ibuku dan juga kehilanganku," ucap xannia datar.
Dokter keluar dari ruang ICU dengan beberapa perawat yang mendorong brankar yang membawa tubuh ibunya.
"Aku akan memakamkan mommy di pemakaman keluarganya," ucap Xannia
Dengan di ikuti oleh Kay, ia pun meninggalkan sang ayah yang berdiri kaku sambil memandangi punggung putri kesayangannya.
"Maafkan daddy, Xannia..." gumam martin dengan pandangan nanar-nya.
Dengan masih dalam suasana berduka, Xannia mengantar kepergian sang ibu untuk yang terakhir kalinya.kay juga masih setia menemani temannya itu di masa-masa sedihnya.
Dengan menggunakan kaca mata hitam pandangan Xannia luruh kedepan melihat pusara sang ibu, tanpa memperdulikan keberadaan sang ayah di sampingnya.
Berita mengenai istri dari pengusaha Martin Allexander Clowin pun sudah menyebar kemana-kemana.
"Xannia?" panggil seorang wanita paruh baya sambil menepuk bahunya.
"Iya aunty?" jawab xannia datar, tanpa berpaling sedikit pun.
"Kau ingin tinggal dengan aunty?" tawar wanita itu, yang merupakan adik dari sang ayah.
"Tidak aunty. Aku akan tinggal sendiri," jawabnya.
Martin memandangi wajah datar putrinya dengan pandangan yang penuh penyesalan.
'Maafkan aku Amanda.. Aku mengecewakanmu dan putri kita, 'batin martin nanar.
Sementara itu dari kejauhan terlihat dua wanita yang berbeda usia tengah memandangi kerumunan tersebut.
Satu persatu semua pelayat meninggalkan area pemakaman itu, dan kini hanya tersisah martin, kay, Xannia, dan adik dari martin.
"xannia! Ayo kita pulang," ajak martin sambil menyentuh tangan putrinya.
Untuk kesekian kalinya, tangan martin di tepis oleh putrinya sendiri.
"Biarkan dia sendiri dulu kak, ini hari yang berat untuk Sydney," ujar Diandra, adik martin.
"Aku pergi dulu," ucap kay sambil menepuk bahu xannia.
"Terima kasih kay," ucap Xannia dengan pelan. Tapi, sorot matanya masih terfokus kedepan.
Mata martin memancarkan kesedihan menatap putrinya yang kini mulai membencinya.
"Ayo kak... Biarkan dia sendiri dulu, dan jangan memaksanya," ujar diandra membawa pergi sang kakak.
Kini, hanya ada xannia seorang yang menemani ibunya, Xannia membenarkan letak kaca matanya, dan setetes air mata mengucur dari balik kaca mata hitam yang dia gunakan.
'Aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan bahagia mom, 'batin Xannia sambil mengepalkan kedua tangannya.
Kebahagiaan yang Xannia rasakan selama hampir 22 tahun hidupnya kini harus di hancurkan oleh pengkhianatan dan kebohongan ayahnya sendiri.
Bersambung.........