Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Ayah dan Putri Kesayangan
Rania mengendarai motor matic putihnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah mall di pusat kota Bandung. Jalanan agak macet karena ini hari sabtu. Orang-orang menyambut akhir pekan dengan suka cita, melepas penat yang dirasakan selama hari-hari kerja menuju tempat-tempat wisata, mall, atau cafe dan resto. Namun, Rania kali ini tidak sedang menuju tempat-tempat tersebut untuk healing. Rania tidak sabar bertemu dengan seorang laki-laki yang sudah menunggunya di sebuah toko buku besar, Athena Books, yang ada di Plaza Mall.
Sekitar setengah jam kemudian Rania sampai di parkiran. Rania memarkirkan motornya di basement mall tersebut. Kemudian ia berjalan ke arah lift dan masuk ke dalam lift tersebut dan menekan tombol L4 untuk langsung menuju ke toko buku.
Sambil menunggu lift membawanya ke lantai empat, Rania sesekali melihat ke dinding lift yang terbuat dari kaca yang memantulkan bayangannya. Ia memperbaiki rambutnya yang panjang dan hitam sepunggung yang agak berantakan akibat helm yang digunakannya barusan. Ia mengendus kaus putihnya dan menemukan bau asap kendaraan di sana, lalu ia mengambil sebotol parfum mini di dalam tas kecilnya dan menyemprotkannya ke beberapa titik di bajunya.
Ding!
Lift terbuka di lantai empat dan Rania segera menuju ke Athena Books di sebelah barat. Memasuki Athena Books Rania mengedarkan matanya ke seluruh toko buku yang lumayan besar itu. Matanya terus mencari sosok laki-laki yang sudah sangat ia rindukan. Ia terus berjalan masuk lebih dalam ke toko tersebut Rania terus mencari laki-laki itu. Langkah Rania terhenti di depan lorong yang memuat buku-buku yang berkaitan dengan fotografi.
Matanya tertuju pada sosok pria tinggi sekitar empat puluh tahunan dengan rambut hitam, hidung mancung dengan janggut dan kumis tipis, memakai kaos putih polos dan celana jeans agak belel, dipadukan dengan sepatu gunung. Pria itu sibuk membulak-balikan sebuah buku kumpulan foto. Rania tersenyum dan menghampiri pria itu.
"Pap," Rania memanggil pria tersebut. Pria itu menoleh, mata kecoklatannya memandang Rania dan senyumnya pun muncul di bibirnya yang dikelilingi bulu-bulu tipis.
"Sayangnya Papa udah dateng?" Pria itu memeluk Rania dengan sangat erat. Mencium kedua pipi Rania beberapa kali dan memeluknya lagi.
"Pap, malu ih. Rania udah gede!" protes Rania seraya agak mendorong pria itu, menyadari banyak mata yang tertuju pada mereka.
"Duh tempat umum ini. Cari tempat lain kek, ngamar aja sekalian," sindir seorang wanita paruh baya kepada temannya. Namun suaranya cukup nyaring untuk didengar oleh Rania.
"Tuh kan, Papa sih," protes Rania dengan wajah cemberut.
"Abis papa kangen banget sama anak kesayangan Papa, udah berapa bulan coba kita gak ketemu," ucap Rendra agak keras sambil merangkul Rania dan mengacak-ngacak rambut putrinya itu, agar terdengar oleh wanita yang tadi mengira Rendra dan Rania adalah sepasang kekasih.
Kedua wanita itu mendengar ucapan Rendra dan merasa malu lalu pergi terburu-buru. Orang-orang yang tadi terkaget-kaget karena melihat adegan mesra Rendra juga segera membubarkan diri karena ternyata mereka telah salah paham.
"Papa tuaan dikit kenapa sih gayanya. Biar kalo jalan sama Rania Papa gak disangka pacar Rania terus," Rania memberikan saran pada sang ayah sambil menyisir-nyisir rambutnya yang acak-acakan.
"Emang gaya papa harus gimana sih, Ran? Papa mah pake baju yang bikin papa nyaman aja. Tapi walaupun papa ganti gaya baju ke yang lebih tuaan juga percuma, muka papa gak bisa bohong kalau papa masih ganteng," ujcap Rendra dengan percaya dirinya.
"Ya Tuhan. Pede banget punya papa. Papa gak nyadar ya Rania jadi punya kenangan buruk gara-gara penampilan Papa," Rania geleng-geleng kepala.
"Kenangan buruk gimana sih, Sayang?" Rendra bertanya dengan nada yang serius.
"Papa gak inget? Berapa kali coba waktu Rania SMP sampai SMA, Rania dikira pacaran sama om-om gara-gara penampilan papa gak kayak ayah-ayah lain. Pas Kuliah apalagi Rania selalu dibilang serasi sama papa, kayak mahasiswi yang tinggal nunggu lulus aja soalnya pasti udah lulus udah ada yang bakal langsung ngajak nikah," mengingat kenangan buruk itu.
Rendra terkekeh mendengar keluhan sang putri. "Abis gimana dong, Ran? Papa 'kan cuma beda delapan belas tahun sama kamu. Tapi papa mah gak apa-apa sih. Justru papa seneng nanti kamu punya anak, kamu punya cucu, papa juga masih muda," ucap Rendra dengan bangganya.
"Iya deh Rania sekarang cuma bisa doain semoga papa dan mama sehat terus sampai Rania punya anak cucu," doa Rania tulus.
"Aamiin. Nah gitu dong," Rendra mencubit hidung Rania.
"Tumben Papa ngajak Rania ketemu di sini. Biasanya juga langsung ke rumah eyang?"
Rendra tersenyum dan mengambil sebuah buku di bagian fotografi. Buku itu landscape dan berukuran A4 dengan sampul foto-foto pemandangan yang indah. Judul bukunya Best Picture of Rendra. Rania dengan sumringah memandang ke wajah sang ayah dan mengambil buku tersebut kemudian mulai membulak-balikan halaman demi halaman.
Di buku tersebut berisi tentang gambar-gambar yang diambil oleh Rendra selama beberapa tahun terakhir. Selain mengelola agen perjalanan milik orang tuanya yang sekarang dikelola penuh olehnya, Rendra sering datang ke tempat-tempat di dunia hanya untuk memotret. Bukan negara-negara yang banyak dikunjungi wisatawan seperti Korea Selatan, Perancis atau pun Italia, tapi negara-negara di Afrika, Asia tenggara, dan Amerika Selatan. Rendra lebih banyak memotret keindahan dari tempat-tempat yang belum banyak dikenal oleh orang lain.
"It's really amazing Pap, congratulation!" puji Rania yang memang sudah terbiasa bilingual dengan kedua orang tuanya saat berbicara. Rania terpana dengan gambar-gambar yang dipotret oleh sang ayah. Hal-hal yang dipotret adalah hal-hal biasa sebenarnya, tapi pengambilan angle dan moment yang tepat membuat foto itu menjadi sangat luar biasa. Rendra hanya tersenyum bangga mendengar pujian dari putri kesayangannya.
"Thank you, Sayang. Papa seneng banget kamu suka. Dan lihat halaman terakhir." Rendra membimbing Rania untuk langsung menuju halaman terakhir. Di halaman terakhir adalah biodata singkat dari Rendra. Tidak ada yang spesial di biodata tersebut, namun yang ingin diperlihatkan Rendra adalah background dari halaman tersebut menggunakan foto Rania.
Foto itu adalah foto yang diambil waktu Rania SMA. Rania menggunakan seragam putih dengan logo OSIS di bagian saku. Rambutnya yang tidak berbeda jauh model dan juga panjangnya terlihat tertiup angin. Rania tertawa lepas sambil menyelipkan sebuah bunga daisy ke telinganya. Foto yang diambil secara candid itu diambil oleh Rendra saat Keluarga kecilnya itu pergi ke sebuah restoran. Pulang sekolah pada hari terakhir ujian nasional Rania dijemput olehnya dan mereka datang ke sebuah restoran outdoor untuk merayakan Rania yang telah menyelesaikan ujian akhir sekolahnya.
"Pap kok masukin foto aku?" protes Rania karena Rendra tidak izin terlebih dahulu untuk memajang fotonya. Namun dalam hati Rania sangat kagum dengan kemampuan ayahnya dalam memotret, karena di foto itu dia menjadi sangat cantik dan fotonya juga sangat indah.
"Maaf deh kalau Papa gak bilang dulu sama kamu, tapi Papa suka banget sama foto kamu yang itu. Papa juga pengen orang-orang yang baca dan menikmati karya papa itu tahu kalo kamu adalah anak kesayangan Papa," ujar Rendra seraya mengusak rambut sang putri.
"Bucin kok sama anak sendiri sih Pap," canda Rania kepada papanya yang saat itu berbicara dengan wajah yang serius.
"Dasar kamu ya, gak ada romantis-romantisnya sama Papa sendiri. Ya kalau gak ke anak sendiri Papa bucin sama siapa dong?"
"Ya sama Mama dong," jawab Rania enteng. Ekspresi Rendra langsung berubah, tidak bisa diartikan.
"Papa tuh kebiasaan. Kalau aku ngomongin mama pasti jadi beda. Lagian bercanda kok pap, Rania gak akan minta kalian buat rujuk kok. Rania udah dewasa sekarang Pap, udah dua puluh tiga tahun. Udah ngerti masalah mama sama papa." Mendengar ucapan Rania, Rendra hanya tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Rania lagi.
"Ya udah Rania mau beli bukunya. Rania ke kasir dulu ya." Rania segera menuju kasir sebelum ayahnya menawarkan untuk membelikannya. Sebenarnya Rendra bisa saja memberikan buku itu secara gratis karena penerbit memberikannya buku itu khusus untuk Rendra. Tapi Rendra tahu, Rania pasti tidak mau menerima hal yang cuma-cuma walaupun itu dari ayahnya sendiri.
Kasir agak mengantri pada saat itu, ada tiga orang di depan Rania. Ia pun berdiri di belakang ketiganya dengan sabar dan menunggu giliran. Tiba-tiba seseorang menyentuhkan jarinya ke bahu Rania. Rania menoleh dan melihat seorang remaja laki-laki memandangnya dan berkata, "Boleh kenalan gak?"
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂