NovelToon NovelToon
Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sasyaaya

Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memulai Hal Baru

Dengan naskah yang akan diterbitkan, Keisha merasa hidupnya mulai menemukan arah baru. Dia berjanji untuk terus mengejar impiannya, tetapi dia juga ingin menjaga hubungan dengan Dimas dan Naya. Satu malam, saat mereka berkumpul untuk merayakan keberhasilan Keisha, suasana menjadi ceria.

“Jadi, apa rencana kamu selanjutnya, penulis terkenal?” tanya Dimas, menggoda. “Apakah kamu akan mengadakan tur buku dan menandatangani autograf di mal?”

“Pastinya! Di sana, aku akan membuat stand 'Tanya Jawab Keisha' dengan biaya masuk gratis. Siapa pun yang ingin bertanya tentang apa saja, mulai dari kehidupan cinta sampai resep memasak, bisa datang!” Keisha menjawab sambil tertawa.

Naya menyela, “Dan jika kamu sudah tidak terkenal lagi, kita bisa mengubahnya menjadi 'Kedai Kopi Keisha', tempat kamu hanya menjual kopi dengan nama-nama karakter dalam bukumu!”

Keisha mencibir. “Jadi, setiap cangkir harus ada nama Dimas? Itu pasti bikin peminat berkurang!”

Ketiga sahabat itu tertawa bersama, menciptakan momen kebahagiaan yang menghangatkan hati.

---

Meskipun merayakan keberhasilan, Keisha masih merasa terjebak dalam perasaannya. Dia melihat Dimas dan Naya semakin dekat. Keisha merasakan campuran bahagia dan cemburu ketika melihat mereka saling mendukung.

Suatu hari, Dimas meminta pendapat Keisha tentang rencana kencannya dengan Naya. “Aku berencana mengajak Naya makan malam. Apa menurutmu dia suka dengan tempat yang ada live music?”

Keisha mencoba tersenyum, tetapi suaranya terdengar canggung. “Kedengarannya bagus. Tapi hati-hati, jangan sampai lagu yang dinyanyikan membuat Naya menangis! Kamu tahu kan, dia gampang baper.”

Dimas tertawa. “Benar juga! Dia pernah nangis gara-gara mendengarkan lagu 'Pupus' di radio. Padahal, itu cuma iklan tentang pupus tanaman!”

Keisha merasa sedikit lega, tetapi hatinya tetap terasa berat. Dia ingin jujur pada Dimas, tetapi tidak ingin merusak persahabatan mereka.

---

Sementara itu, Naya berusaha menghibur Keisha. “Ayo, kita harus cari cara untuk mengalihkan perhatianmu dari Dimas. Bagaimana kalau kita ikut kelas yoga? Itu bisa membantu kita rileks.”

“Yoga? Aku tidak bisa membayangkan diriku yang mengangkat kaki sampai ke langit, mungkin aku hanya akan jatuh dan menghancurkan reputasi kita!” balas Keisha sambil tertawa.

Mereka berdua mendaftar kelas yoga, tetapi saat pertama kali masuk, Keisha merasa sangat kaku. Ketika instruktur meminta semua orang untuk berdiri dalam posisi 'pohon,' Keisha merasa seperti pohon yang tidak bisa berdiri.

“Keisha, kenapa kamu mirip tiang listrik?” Naya berbisik, berusaha menahan tawa.

“Karena tidak ada angin yang bisa menggoyangkan aku!” jawab Keisha, dan keduanya tertawa terbahak-bahak, mengabaikan instruktur yang mengingatkan mereka untuk fokus.

---

Ketika Dimas dan Naya pergi kencan, Keisha memutuskan untuk menghadiri acara penulis di kafe. Dia mengajak teman baru yang ditemuinya di kelas menulis, seorang penulis komedi bernama Rudi.

“Jadi, apa yang kamu suka tulis?” tanya Rudi dengan senyum lebar.

“Semua yang lucu dan konyol! Kadang aku hanya ingin menulis tentang kegagalan dan bagaimana kita bisa tertawa setelahnya,” jawab Keisha.

Rudi tertawa. “Kalau gitu, kita bisa berkolaborasi! Aku bisa menulis tentang kesalahan kencan, dan kamu bisa menulis tentang bagaimana menghindari baper.”

Ketika mereka berbincang, Keisha merasa lebih baik. Rudi membuatnya tertawa dengan lelucon-leluconnya, seperti saat dia menceritakan tentang kencan pertamanya yang berakhir ketika dia tersandung dan jatuh ke dalam kolam.

“Jadi, kamu bilang kamu tidak pernah berkencan lagi?” Keisha bertanya sambil tertawa.

“Ya, aku lebih suka tinggal di rumah dengan popcorn dan film komedi! Tidak ada risiko terjatuh di kolam!” jawab Rudi.

---

Sementara itu, hubungan Dimas dan Naya mulai mengalami ketegangan. Naya merasa Dimas semakin sering membicarakan Keisha, dan ini membuatnya merasa cemburu.

“Dimas, kenapa kamu selalu membahas Keisha? Apakah kamu masih memikirkan dia?” tanya Naya, merasa tersakiti.

“Aku hanya merasa bangga padanya! Dia telah berusaha keras untuk mencapai impiannya,” jawab Dimas, tidak menyadari ketegangan yang muncul.

Naya menghela napas, “Tapi kamu harus ingat, aku juga ada di sini! Kita punya rencana untuk masa depan kita, kan?”

Dimas terdiam, menyadari bahwa perasaannya terhadap Keisha memang belum sepenuhnya hilang. Dia tahu bahwa dia harus berbicara dengan Keisha untuk menyelesaikan perasaannya.

---

Setelah mendengar pertengkaran Dimas dan Naya, Keisha merasa bersalah. Dia tidak ingin menjadi penyebab ketegangan di antara mereka. Dia memutuskan untuk menulis tentang perasaannya di dalam buku, berusaha mengalihkan perhatian dari cinta yang rumit.

Di tengah malam, Keisha menulis, “Cinta kadang seperti film horor. Kita terjebak di dalamnya tanpa tahu bagaimana keluar. Tapi kadang kita hanya perlu ketawa dan melanjutkan hidup.”

Dia tersenyum pada tulisannya. Saat keesokan harinya, dia menunjukkan karyanya kepada Rudi. “Bagaimana menurutmu?”

Rudi membaca dan tertawa. “Ini lucu! Kamu harus memasukkan lebih banyak momen konyol. Misalnya, bagaimana kalau kamu menambahkan karakter yang mencoba menyanyikan lagu cinta tetapi malah jatuh dari panggung?”

Keisha tertawa terbahak-bahak. “Kamu benar! Semua orang perlu melihat sisi lucu dari situasi yang sulit.”

---

Di tengah kebisingan acara penulis, Keisha akhirnya menyadari bahwa hidupnya tidak harus bergantung pada Dimas atau Naya. Dia dapat mengejar impiannya dan menemukan kebahagiaan sendiri.

Satu malam, saat bertemu dengan Dimas dan Naya untuk makan malam, Keisha berkata, “Aku ingin kita semua menjadi bahagia, terlepas dari apapun yang terjadi. Mari kita berusaha mendukung satu sama lain.”

Dimas tersenyum, “Keisha, kita selalu bisa menghargai satu sama lain. Dan jika kita harus mengambil langkah mundur untuk menemukan jalan kita sendiri, kita akan selalu bersama.”

Naya menambahkan, “Benar! Kita bisa menjadi tim, terlepas dari arah mana yang kita pilih.”

---

Keisha merasa seolah-olah beban di bahunya berkurang. Dia tahu bahwa apapun yang terjadi di masa depan, dia memiliki teman sejati yang akan selalu mendukungnya. Dengan senyuman, dia menyadari bahwa langkah-langkah kecil dalam hidup membawa kebahagiaan yang besar.

Di tengah tawa dan cerita, mereka merayakan kebersamaan mereka. “Kita harus menulis buku tentang persahabatan dan cinta yang penuh liku-liku, dengan judul 'Jangan Jatuh di Kolam'!” Keisha mengusulkan, membuat mereka semua tertawa.

“Dan di dalamnya kita bisa mencantumkan tips menghindari kencan yang gagal!” Dimas menambahkan, disambut gelak tawa oleh Naya dan Keisha.

Keisha menatap ke arah sahabat-sahabatnya, merasa bahagia bahwa mereka semua telah melewati banyak hal bersama. Dan meskipun perjalanan ini penuh dengan naik turun, dia tahu bahwa ini adalah bagian dari petualangan yang lebih besar yang menunggu mereka di depan.

---

Keesokan harinya, Keisha bangun dengan semangat baru. Dia memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan sahabatnya dan membahas proyek buku baru mereka. Saat bertemu di kafe kesukaan mereka, Keisha dan Naya sudah duduk menunggu Dimas.

“Jadi, sudah siap untuk menulis buku tentang kencan yang gagal?” tanya Naya sambil memesan cappuccino.

“Siap! Tapi kita perlu mencantumkan pengalaman kita masing-masing,” jawab Keisha. “Aku sudah mengumpulkan beberapa momen konyol.”

“Seperti apa?” tanya Naya, penasaran.

“Misalnya, saat aku hampir jatuh dari sepeda ketika melihat Dimas dan malah berakhir di semak-semak,” Keisha tertawa, mengenang momen itu.

“Jangan lupa tentang aku yang berusaha menggoda cowok di gym, tapi malah terjebak di mesin pemotong rumput!” Naya ikut tertawa.

Dimas tiba-tiba muncul, “Apa yang kalian bicarakan? Jangan bilang kalian sedang merencanakan proyek buku tentang kegagalan kencan yang bikin malu!”

“Eh, ada ide bagus nih! Coba bayangkan, setiap kali kita mengalami kegagalan, kita dapat pelajaran. Seperti saat Naya hampir ditabrak oleh petugas keamanan karena salah masuk ruang latihan!” Keisha menyindir, membuat Naya tertawa terbahak-bahak.

“Untungnya, petugasnya baik hati. Dia malah menawarkan bantuan untuk mengangkat barbel!” Naya menambahkan dengan nada dramatis.

---

Sementara itu, meskipun Keisha berusaha untuk tidak memikirkan Dimas, dia tak bisa menghindari kenyataan bahwa perasaannya semakin rumit. Saat Naya dan Dimas mulai berbagi lebih banyak waktu bersama, Keisha merasa sedikit terasing.

“Keisha, kamu baik-baik saja?” tanya Naya saat mereka beristirahat setelah kelas menulis.

“Aku? Tentu saja! Hanya saja, mungkin aku butuh lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan... kamu dan Dimas,” jawab Keisha dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

Dimas, yang sedang duduk di samping mereka, merasakan ketegangan. “Keisha, kamu tahu kamu bisa bercerita padaku, kan? Aku selalu ada untukmu.”

“Aku tahu, Dimas. Tapi aku juga ingin melihat kalian berdua bahagia,” jawab Keisha sambil berusaha tidak menunjukkan ketidaknyamanannya.

Naya berusaha mengalihkan perhatian mereka. “Yuk, kita bahas ide untuk buku kita! Kita harus memasukkan momen-momen lucu yang pernah kita alami!”

“Seperti saat Keisha mencoba membuat kue dan malah membuat seluruh dapur berantakan? Itu bisa jadi chapter yang bagus!” Dimas menyela sambil tertawa.

“Bisa juga ditambahkan resepnya sebagai bonus! ‘Resep Kue Kegagalan’!” Keisha menyusul dengan lelucon.

---

Meski mengaku mendukung, perasaan Keisha terhadap Dimas terus membayangi pikirannya. Suatu malam, saat mereka berkumpul untuk diskusi lebih lanjut tentang buku, suasana menjadi semakin menegangkan.

“Dimas, kamu harus berhati-hati saat menyusun rencana kencan dengan Naya. Jangan sampai dia merasa kamu lebih mendukungnya dibandingkan aku!” Keisha tiba-tiba mengungkapkan, merasa emosional.

“Aku tidak ingin membuatmu merasa seperti itu, Keisha. Aku menghargai hubungan kita. Tapi Naya juga teman baikku,” Dimas menjawab dengan nada lembut.

Naya menambahkan, “Keisha, kamu selalu bisa bergabung dengan kami. Kita bisa jadi trio hebat!”

“Tapi aku tidak ingin menjadi 'penghalang' antara kalian. Aku tahu kamu suka Dimas, Naya. Aku tidak mau jadi penyebab masalah di antara kita,” Keisha berkata, air mata mulai menggenang di matanya.

Dimas merasa bersalah. “Keisha, kamu bukan penghalang. Justru, aku senang kita semua bisa saling mendukung. Kita akan menemukan cara agar semuanya berjalan baik.”

---

Di tengah ketegangan itu, mereka memutuskan untuk menulis surat untuk diri mereka sendiri di masa depan, membahas harapan dan impian masing-masing.

“Kalau kita bisa berbicara dengan diri kita di masa depan, apa yang ingin kamu katakan?” tanya Naya.

“Kalau aku bisa berbicara dengan diriku di masa depan, aku ingin memberi tahu dia untuk tidak takut untuk mencintai,” jawab Keisha.

Dimas menambahkan, “Dan untuk tidak menyesali langkah-langkah yang diambil. Kita semua pasti pernah jatuh, tapi yang terpenting adalah bangkit kembali.”

Naya tersenyum, “Dan aku ingin memberitahu diriku agar lebih terbuka dalam hubungan. Jangan takut untuk berbagi perasaan.”

Mereka saling berbagi tulisan, dan suasana terasa lebih hangat. Meski ada ketegangan, mereka tetap bersyukur bisa saling mendukung satu sama lain.

---

Beberapa minggu kemudian, saat mereka sedang makan siang bersama, Dimas tiba-tiba mengungkapkan keinginannya untuk berbicara.

“Aku merasa kita harus membahas situasi ini,” Dimas mulai, wajahnya serius.

Naya menatap Dimas, “Apa yang ingin kamu katakan?”

“Keisha, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menghargai persahabatan kita. Tapi aku juga ingin mengambil langkah ke arah yang lebih serius dengan Naya,” Dimas berkata pelan.

Keisha terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang. “Oh... aku mengerti. Aku hanya ingin kalian bahagia.”

“Jadi, kita tetap bisa berteman, kan?” Dimas bertanya, berharap tidak ada yang berubah.

Naya menepuk tangan Keisha. “Kita akan selalu saling mendukung, betapapun sulitnya!”

“Aku akan mencoba untuk mendukung kalian berdua,” Keisha menjawab, meskipun hatinya terasa berat.

---

Setelah pembicaraan itu, Keisha merasa bingung. Dia tidak ingin kehilangan Dimas, tetapi dia juga ingin melihatnya bahagia dengan Naya. Dia memutuskan untuk fokus pada impiannya dan menulis lebih banyak.

Saat mengerjakan buku, Keisha merenungkan, “Jika hidup ini sebuah cerita, kita semua adalah penulisnya. Dan mungkin, saat ini, aku perlu menulis tentang keberanian.”

Naya menghampiri Keisha, “Hei, mau ngapain kita di akhir pekan? Mungkin bisa pergi ke acara literasi?”

“Bagus juga! Kita bisa mencari inspirasi dari penulis-penulis hebat,” jawab Keisha.

Mereka sepakat untuk menghadiri acara tersebut, berharap bisa menemukan ide baru untuk buku mereka. Saat mereka bersiap-siap, Keisha merasa sedikit lebih ringan. Dia tahu perjalanan ini masih panjang, tetapi dia yakin bisa melewati semua rintangan dengan dukungan teman-temannya.

---

1
Cesar Cesar
Jalan cerita hebat.
OsamasGhost
Ini novel asyik banget thor, keep going!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!