Sebelum membaca novel ini, diharapkan membaca novel BUHUL GHAIB, sebab ini ada hubungan dengan kisah sebelumnya, agar tidak bingung.
kisah Delapan orang bersahabat yang melakukan pertualangan ke sebuah pulau yang terkenal dengan keindahannya, tetapi bencana tiba-tiba memporak-porandakan rencana mereka karena kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelekaan, sehingga mereka terdampar disebuah pulau yang berbeda.
Dipulau itu mereka mengalami kejadian demi kejadian yang mengerikan dan membuat mereka harus bertahan hidup dari sebuah rahasia misteri yang sangat mengerikan.
sanggupkah mereka keluar dengan selamat? ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DA-3
Darmadi terdiam saat melihat sosok nan cantik jelita itu. Ia mematung memandangi wanita itu tanpa kedip.
Ya, wanita itu yang ia lihat saat dianjungan kapal. Belum sempat kesadarannya pulih, Wanita misterius itu melemparkan rusa buruannya ke hadapan Darmadi bersama dengan sebilah pisau sangkur, entah apa tujuannya.
Sesaat wanita ini melesat menghilang dalam sekejap saja.
"Heeey...," Andini menepuk pundak pemuda itu. Tentu saja hal tersebut mengagetkannya.
"Hah," ucapnya dengan debaran yang memburu.
"Liat apaan, sih?" tanya gadis itu penasaran. Ia melihat raut wajah pemuda itu memucat
"Tidak apa-apa," sahutnya berbohong. Ia tak ingin para sahabatnya mengetahui apa yang baru saja terjadi, sebab ini seperti mimpi.
"Wah, kamu dapat rusa, pinter juga kamu berburu." gadis itu berjongkok memungut rusa yang tergeletak diatas rerumputan.
Darmadi baru menyadari jika sosok misterius itu baru saja melemparkan seekor rusa buruan kepadanya.
Andini menyeret hewan buruan itu untuk keluar dari semak, dan ia terlihat kepayahan.
Darmadi melirik sebilah pisau sangkur yang tergelatak diantara rerumputan, dan itu pemberian dari wanita cantik yang tidak ia ketahui siapa namanya.
"Wih, rusa, besar banget," teriak Syahfitri saat mengetahui jika Darmadi mendapatkan rusa, dan mereka tak sempat berfikir bagaimana caranya pemuda itu dapat memburu rusa, sebab mereka sudah sangat lapar.
"Bawa rusa ini ke tempat kita berteduh. Aku akan mencari kayu bakar," titah pemuda itu pada dua orang gadis yang saat ini sedang menemaninya.
Keduanya mengangguk tanpa bantahan, dan mereka pergi keluar dari hutan untuk membawa hasil buruan mereka.
Sementara itu, Yudi dan juga Emy berhasil mengevakuasi seorang pria bertubuh tinggi yang kulutnya terlihat gelap dan ada bebberapa luka dibagian tubuhnya.
Mereka mencoba memapah tubuh pria yang mana merupakan bagian dari korban karamnya kapal.
Setibanya ditepian hutan. Mereka bergabung dengan Guntur, Mia dan juga Indira. Mia mulai tampak baikan, kesehatan mulai pulih meskipun luka dibagian kakinya masih tampak memar.
Yudi dan Emy menurunkan pria bertubuh tinggi itu untuk duduk dibatang kayu yang melintang dan sudah mati.
Dari kejauhan tampak Andini dan Syahfitri sedang kesusahan membawa rusa yang cukup besar. Melihat hal itu, Guntur datang membantunya.
"Alhamdulillah, besar juga rusanya, cukup buat makan kita," sambut Guntur dengan senang.
Kedua gadis itu merasakan nafasnya tersengal karena perjalanan mereka dengan beban rusa ditangan.
"Kita bersihkan disini sajan, Kang?" saran Syahfitri.
Guntur memandang sekitarnya, dan ia mengangguk.setuju, tetapi mereka tidak memiliki alat untuk menguliti daging rusa tersebut.
"An, si Darmadi kemana?" tanyanya pada gadis itu, saat tak melihat keberadaan pemuda yang selalu menjadi teman bertengkarnya.
"Cari kayu bakar," sahut Andini.
Guntur melirik tas selempang yang tak pernah lepas ditubuh Yudi. "Yud, ada pisau gak?" tanyanya.
Pemuda itu terdiam, lalu memeriksa tas kecil miliknya. Ia teringat jika ada pemantik api, rokok yang sudah basah, dan satu pisau lipat berukuran kecil, tai cukup tajam.
"Ada," ia mencoba menginformasikan keberadaan benda yang diminta oleh Guntur.
Pemuda itu beranjak dari tempatnya, dan menghampiri ketiga orang tersebut.
"Syukurlah, setidaknya kita dapat menggunakannya." Guntur meraih pisau kecil tersebut dan mulai mengerjakan hewan buruannya untuk mereka santap nantinya, para gadis membantu mempersiapkan apa yang dibutuhkan.
Saat bersamaan, Emy tanpa sengaja melihat sebuah benda berbentuk pipih bundar berwarna silver menggantung dileher pria yang tadinya mereka tolong. Ada sebuah lambang berbentuk segitiga, tetap entah apa artinya, yang pastinya perasaannya mulai tak nyaman.
Ia beranjak dari duduknya dan bergabung bersama Mia dan Indira.
Sementara itu, Darmadi mengumpulkan ranting katu untuk dijadikan bahan bakar dan merasakan sebuah kejanggalan yang terjadi. Dimana tampak jalan setapak yang sepertinya biasa dilalui oleh orang-orang.
Deeeeeegh....
Perasaannya mulai tak nyaman. Ia melihat sesuatu yang ada dibalik rimbunan tumbuhan perdu dan benda itu lebih mirip sebuah tugu.
Ia melangkah dengan perlahan. Lalu mencoba melihat apa yang tersembunyi didalam semak tersebut.
Ia menyingkapnya, dan...,
Deeeeegh....
Kembali jantungnya seolah hendak lepas saat melihat apa yang ada disana. Sebuah tugu berbentuk kepala pria setinggi dua meter dengan rupa yang sangat mengerikan berdiri kokoh disana.
Tugu itu seperti pahatan yang terbuat dari batu dan ini sangat mengerikan.
Dibawah tugu batu itu terdapat sebuah sesaji yang terlihat sudah membusuk, dan diperkirakan sudah tiga harus yang lalu jika dilihat dari proses pembusukannya.
Hal yang paling mengerikan lainnya, sesaji itu terdiri dari alat kela--min pria yang lengkap.
"Hah..!" Darmadi bergerak mundur. Ia merasakan jika mereka dipulau ini tidak sendirian, melainkan ada penghuni sebelumnya.
Pemuda itu mencoba menenangkan dirinya, ia bersikap awas dan waspada. Kedua matanya mengedarkan pandangan kesegala arah, ia merasakan jika ia dan para sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.
Sementara itu, Yudi membongkar ponselnya. Ia mencoba memeriksa alat canggih tersebut. Ia berharap dapat menghubungi keluarganya agar mengirimkan bantuan untuk membawa mereka kembali pulang.
Guntur sudah selesai dengan tugasnya dan dibantu para gadis. Sedangkan Darmadi berjalan dari dalam hutan dengan membawa kayu bakar.
Ia membuat perapian. Lalu mengambil tongkat kayu milik Yudi sebagai media untuk menu-suk daging rusa agar menjadi rusa guling meski tanpa bumbu, yang pastinya hanya rasa asin yang ada..
"Aku haus," Mia merengek. Jujur saja mereka sabagai haus dan belum mendapatkan air tawar.
"Yud, tolong cari air, tidak mungkin kita minum air asin," Guntur meminta tolong pada rekannya.
Yudi baru saja selesai memperbaiki ponselnya. Meskipun belum berfungsi, tetapi setidaknya ia mencoba membersihkan dari air asin yang merendamnya.
"Bentar," sahut pemuda itu, lalu menyimpan ponsel miliknya dan beranjak menuju hutan untuk mencari air tawar.
"Aku ikut," ucap Darmadi.
Yudi mengerutkan keningnya. Ia merasa janggal dengan pemuda itu. Tidak seperti biasanya begitu perhatian. Tetapi saat ini tak ada waktu untuk bertengkar.
"Eheeem," Emy berdehem.
"Apa?" ucap Yudi dengan nada sinis.
"Tumben akur," ledek Emy dengan mencibir.
Yudi memanyunkan bibirnya, dan tak menggubris ledekan sahabatnya.
Darmadi mengekorinya dari arah belakang. Keduanya menyusuri jalanan hutan. Mereka mencoba mencari dimana sumber mata air tawar. "Kenapa ada jalanan setapak? " Yudi berguman lirih.
"Tetap waspada," sahut Darmadi, dengan nada penekanan.
"Perasaanku tudak enak. Apakah kuta selamat dari kandang macan masuk kandang hari..."
Sssssttt....,
Craaaaaaas...
Sebuah pisau sangkur melesat dan mengenai seekor ular sanca yang hampir saja menyergap Yudi.
"Hah!" yudi tercengang dan kedua matanya membola saat melihat apa yang sedang terjadi.
"Oh, My God! Hampir saja aku jadi santapan ular dan juga pisau sialanmu!" racaunya dengan deguban jantungnya yang memburu.
kok berhenti ceritanya...
mna lanjutannya????
𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐤𝐥𝐢𝐧𝐠..
hahaha 4 biji masih di bagi lagi hahahahaa
dan mereka daoat nyebrang dengan selamat..
❤❤❤