Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Pilihan sulit
Setelah Roni ditangkap, kini Darren bernapas lega. Akhirnya, kebenaran terungkap dan dia bisa membersihkan namanya. Dia berterima kasih kepada Pak Haris dan Dipa yang telah membantunya mengungkap kejahatan Roni.
"Terima kasih banyak, Pak Haris dan Mas Dipa. Tanpa kalian, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya." Darren berkata dengan tulus.
"Sama-sama, Mas Darren. Kami semua senang bisa membantumu. Kamu adalah orang baik dan jujur, sangat pantas mendapatkan keadilan," jawab Pak Haris.
"Benar kata Pak Haris, Mas. Kebaikan pasti akan selalu menemukan jalannya, meski terlambat," timpal Dipa.
Darren mengangguk, kemudian mengajak mereka berdua untuk meninggalkan tempat itu. Sekarang dia merasa tenang, tetapi dia tahu, harus lebih berhati-hati di masa depan. Dia juga berjanji akan terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya, sebagai balasan atas kesetiaan mereka.
Darren menghentikan sepeda motornya di depan sebuah rumah makan padang, diikuti oleh Dipa di belakangnya. (Pak Haris dibonceng Darren)
"Kita makan dulu, ya. Saya tahu pasti Pak Haris dan Mas Dipa sudah lapar," ucap Darren sambil tersenyum.
"Maaf, atas ketidakpekaan saya ini. Mari..." ajak Darren dan mempersilakan mereka berdua jalan di depan.
Darren kemudian memesan makanan dan minuman untuk mereka bertiga, lalu bergabung bersama keduanya.
Tak lama kemudian makanan dan minuman pesanan Darren pun datang. Mata Dipa berbinar saat melihat rendang dan ayam pop tersaji di meja. "Wah, rendangnya menggugah selera sekali! Terima kasih, Mas Darren, sudah mengajak kami makan di sini," ucap Dipa dengan senyum lebar, tak sabar ingin segera menyantap hidangan kesukaannya itu.
Selesai makan, Dipa bersandar sejenak di kursinya. "Wah, kenyang sekali! Rendangnya juara, Mas. Sudah lama saya tidak makan seenak ini," puji Dipa, dia benar-benar merasa puas.
Pak Haris tersenyum melihat reaksi Dipa, sedangkan Darren tertawa kecil sambil menatap pemuda itu. "Syukurlah, kalau Mas Dipa suka. Lain kali kita bisa mampir lagi kemari." Dia senang bisa berbagi kebahagiaan.
*
Laporan Darren langsung mendapatkan respons positif. Setelah melakukan penyelidikan mendalam dan mengumpulkan bukti-bukti yang kuat, polisi kemudian melimpahkan kasus Roni ke pengadilan.
Di ruang sidang, Roni tampak gelisah. Tatapannya kosong, jauh berbeda dengan sosoknya yang arogan dulu. Darren dan Dipa hadir sebagai saksi kunci, siap memberikan keterangan yang sebenarnya.
"Saudara Roni, apakah Anda mengakui perbuatan Anda?" tanya hakim dengan suara tegas.
Roni terdiam sejenak, lalu dengan suara lirih menjawab, "Saya mengaku bersalah, Yang Mulia."
Pengakuan Roni membuat suasana sidang semakin tegang. Jaksa kemudian membacakan tuntutan hukuman yang cukup berat, mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh perbuatan Roni.
Setelah mendengarkan semua keterangan dan pembelaan, hakim akhirnya menjatuhkan vonis. "Terdakwa Roni dinyatakan bersalah dan divonis hukuman penjara selama lima tahun."
Putusan hakim disambut dengan kelegaan oleh Darren dan Dipa. Keadilan akhirnya ditegakkan. Mereka berharap, Roni dapat merenungi kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalani hukuman.
Setelah keluar dari ruang sidang, Dipa menepuk pundak Darren. "Akhirnya selesai juga, ya, Mas. Lega rasanya," ucapnya sambil tersenyum tipis.
Darren mengangguk. "Betul, Mas. Ini semua berkat Mas Dipa juga yang berani memberikan kesaksian."
"Saya hanya melakukan apa yang seharusnya, Mas. Semoga Roni benar-benar menyesali perbuatannya," sahut Dipa.
Darren menghela napas. "Saya juga berharap begitu. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan pernah memiliki sifat dengki dan merugikan orang lain."
"Benar, Mas. Mari kita jadikan ini sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik dan jangan merasa iri dengan keberhasilan orang lain," kata Dipa, mantap.
Darren tersenyum. "Benar, Mas. Karena setiap orang sudah mendapatkan jatah rejekinya masing-masing. Jadi tidak perlu takut tertukar."
"Sebaiknya kita kembali bekerja. Masih banyak hal yang harus kita selesaikan." Mereka berdua kemudian berjalan meninggalkan gedung pengadilan, membawa harapan baru yang lebih baik.
*
*
*
Sementara itu di perusahaan Al Gha Corp.
Seorang wanita cantik berjalan dengan langkah gemulai memasuki lobi perusahaan. Kedatangannya menjadi pusat perhatian beberapa karyawan yang kebetulan berada di sana.
Ia berjalan menuju resepsionis dengan percaya diri yang tinggi dan sedikit angkuh, lalu berkata pada pegawai tersebut. "Aku ingin bertemu dengan pimpinan perusahaan ini Darrel Naratama."
"Apa Anda sudah membuat janji, Nona?" tanya resepsionis itu, tetap profesional.
Wanita itu menghela napas kecil, lalu menjawab dengan nada sedikit menuntut, "Katakan saja pada Darrel, tunangannya datang. Dia pasti akan langsung menemui saya." Wanita itu menyunggingkan senyum tipis, tetapi matanya menunjukkan ketidaksabaran.
Sementara di ruangannya, Darrel tampak serius dengan berkas-berkas di hadapannya yang meminta untuk dikerjakan. Keningnya berkerut dalam, menandakan betapa rumitnya masalah yang sedang ia hadapi. Sesekali dia memijat pelipisnya, mencoba mengusir penat yang mulai menyerang.
Tiba-tiba, interkom di mejanya berdering. Darrel menghela napas, lalu menekan tombol jawab. "Ya, ada apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen.
"Maaf mengganggu, Tuan. Ada seorang wanita yang mengaku tunangan Anda ingin bertemu. Apa perlu saya mempersilakannya masuk?" suara resepsionis terdengar dari seberang.
Darrel terdiam sejenak. "Tunangan? Mungkinkah Nancy datang kemari, tapi untuk apa?" pikirnya.
"Baiklah, suruh dia masuk," jawab Darrel akhirnya, dengan rasa penasaran yang mulai menggelitik. Dia merapikan sedikit penampilannya, lalu bersiap menyambut tamu yang tak diundang itu.
Pintu ruangannya terbuka, dan Nancy masuk dengan anggun. Darrel tertegun melihatnya. Nancy tampak lebih cantik dari terakhir kali mereka bertemu. Namun, di balik kecantikannya, Darrel bisa melihat jelas kemarahan dan kekecewaan yang mendalam di mata Nancy.
"Nancy?" gumam Darrel, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Nancy tersenyum sinis. "Kenapa? Apa kamu tidak senang aku datang? Atau kamu sudah lupa kalau kita ini sudah tunangan?"
Darrel menghela napas. "Tapi, bukankah pertunangan kita sudah dibatalkan. Mami..."
"Aku tidak peduli dengan orang tuamu! Aku mencintaimu, Darrel! Tolong percayalah padaku," potong Nancy dengan cepat. "Aku tidak seperti yang mami kamu tuduhkan. Ini hanya salah paham." Airmata mulai menggenang di pelupuk matanya.
Darrel berdiri dari kursinya dan mendekati Nancy. "Aku...."
Namun, ucapannya terhenti. Darrel ragu untuk menjawab. Dia merasa terjebak di antara situasi yang sangat sulit dan menyakitkan. Memilih memperjuangkan cinta yang baru tumbuh kuncup atau baktinya pada kedua orangtua?
Silakan like dan komennya🤗
itu menurutku doang lho yaaa, ...🏃♀️🏃♀️🏃♀️