Dia Anakku
“Aku Irfan Mahesa, hari ini menjatuhkan talak pada Naura Arashya, mulai detik ini lepas tanggung jawabku sebagai suamimu!”
Tidak ada hujan, tidak ada badai akan tetapi terdengar jelas suara petir yang begitu menggelegar di dalam ruang rawat inap di salah satu rumah sakit bersalin. Tubuh wanita muda itu gemetar hebat bagaikan hawa yang begitu dingin melingkupi tubuhnya yang masih rapuh.
“M-Mas ... tidak ... Mas, a-aku salah apa Mas! Kenapa Mas Irfan menalakku seperti ini?” tanya wanita yang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki, namun sayangnya bayi itu dinyatakan telah meninggal dunia saat lahir.
Pria yang memiliki paras tampan meletakkan dua amplop coklat besar di atas nakas. “Ini uang mut’ah dan nafkah masa idahmu, bisa kamu gunakan untuk menyelesaikan kuliahmu,” ujar Irfan begitu dingin.
Naura sudah tak tahan lagi, baru saja dia kehilangan bayi laki-lakinya, sekarang suaminya yang begitu baik padanya selama setahun belakangan ini, tiba-tiba menjatuhkan talaknya tanpa memberitahukan alasannya.
Ingin rasanya ia menahan pria yang sudah menjadi suaminya selama setahun, tapi apa daya dirinya yang masih masa pemulihan habis dioperasi belum bisa banyak bergerak, untuk bangun saja masih belum bisa.
“A-apa salahku Mas, kenapa kamu menceraikan aku!?” tanya Naura terisak dalam tangisannya. “Apa karena anak kita telah tiada, lalu Mas menceraikan aku begitu saja!!” cecarnya.
Pria tampan itu menatap datar dan dingin ke arah wanita yang telah menemaninya selama satu tahun ini. “Maaf, hubungan kita hanya bisa sampai di sini. Permasalahan penguburan, aku yang akan mengurusnya.” Itu bukanlah sebuah jawaban yang diinginkan oleh Naura, ia ingin yang lebih jawabannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Tatapan Irfan lalu beralih ke mantan ibu mertuanya. “Ibu Laila sebelumnya aku minta maaf tidak bisa membahagiakan anak ibu,” ucap Irfan tanpa merasa ada beban berat.
Ibu Laila hanya bisa menitikkan air matanya, sama seperti putrinya, padahal hatinya ingin marah pada menantunya itu. Orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya diceraikan setelah melahirkan oleh suaminya. Padahal Ibu Laila sangat tahu jika rumah tangga anaknya tidak ada masalah dan selalu terlihat harmonis.
Tanpa banyak berkata lagi, Irfan meninggalkan wanita itu dan menulikan kedua telinganya, walau teriakan dan histerisnya Naura terdengar sampai keluar ruang rawat.
***
“A-aku salah apa Bu! Kenapa aku diceraikan Bu, apa karena anakku telah tiada?” tanya Naura lirih. Ibu Laila langsung memeluk anaknya. “Maafkan Ibu, Naura ... Ibu juga tidak tahu.” Wanita paruh baya itu tadi tidak bisa menahan kepergian menantunya tersebut.
Kini kedua wanita itu menangis bersama, dan meratapi kehidupannya. Ibu Laila yang sudah menjanda lama karena suaminya berselingkuh, sekarang anaknya menjadi janda tanpa ada alasan. Apakah janda itu seperti penyakit turunan atau karma turun menurun dalam keluarganya?
“Kenapa nasibku malang seperti ini Bu, aku jadi janda sekarang.” Tidak ada wanita yang mau menjadi janda di usia muda, namun pada kenyataannya Naura yang baru saja menginjak usia 20 tahun menjadi janda. Menolak pun tak bisa, karena suaminya sudah menjatuhkan ucapan talak.
Bagaimana akan masa depannya? Apalagi wanita muda itu baru saja melahirkan, jahitannya saja belum mengering.
Naura tiba-tiba menertawakan dirinya sendiri, lalu berteriak histeris kembali, tatapannya terlihat kosong
“Nak ... istighfar nak ... Istighfar, sebut nama Allah, Nak,” pinta Bu Laila mulai ketakutan melihat pola anaknya. Dengan suara teriakan Naura, Dokter yang bertugas dan perawat langsung masuk ke ruang rawat inap, dan mengecek kondisi Naura yang masih teriak histeris.
Dokter Usman terpaksa memberikan suntikan obat pemenang, dan tak lama wanita itu tidur.
Bu Laila tergugu menatap anaknya yang terlihat rapuh, di hari yang sama putri satu-satunya kehilangan orang yang dicintainya, anak dan suaminya.
“Maaf Bu, kalau boleh saya tahu, apakah ada masalah dengan pasien?” tanya Dokter Usman sangat berhati-hati. Bu Laila langsung menganggukkan kepalanya.
“Bisa Ibu ceritakan, karena kondisi pasien baru saja melahirkan, dan ini akan memperlambat pemulihan pasca melahirkannya?” Dokter Usman kembali bertanya.
“A-Anak saya baru saja diceraikan oleh suaminya,” jawab Bu Laila agak tercekat.
Dokter Usman meraup wajahnya dengan kasar, lalu mendesah panjang. Tidak menyangka wanita yang baru saja melahirkan, langsung diceraikan oleh suaminya. Jahitan di perutnya saja belum kering habis dioperasi, sekarang semakin ditambah rasa sakitnya, sungguh tega!
Dokter Usman yang kebetulan bukan dokter kandungan tapi tahu jika pasien tersebut baru melahirkan dari keterangan perawatnya, lantas ia tidak kembali bertanya, karena sudah langsung memahami kondisi Naura.
“Baik Bu, kalau begitu untuk saat ini kondisi pasien sudah terlelap karena saya berikan obat penenang. Nanti saya akan coba konsultasikan dengan psikiater untuk kondisi anak ibu, karena harus cepat di atasi, kalau semakin berlarut, anak ibu bisa kena mental.”
“Terima kasih Dokter,” balas Bu Laila, sebelum Dokter Usman berpamitan.
***
Butuh waktu lama Naura bangkit dari keterpurukannya, hampir selama enam bulan Naura lebih banyak mengurung dirinya di kamar, aktivitas kuliahnya terpaksa ambil cuti satu semester. Konseling ke psikiater saja harus didorong dan dipaksa terlebih dahulu oleh Bu Laila dan Alma—sahabatnya, agar wanita itu bisa menjalankan hidup secara normal.
Tidak bisa dielakkan kejadian enam bulan yang lalu membuat Naura terguncang hebat. Bayangan hidup bersama dan menjalankan biduk rumah tangga dengan Irfan hingga maut memisahkan hanya impian belaka. Sekarang sudah tidak ada.
Alma sendiri pun sebagai sahabat Naura membantu mencari keberadaan mantan suaminya Naura, alhasil pria itu bak hilang ditelan bumi. Sosok Irfan menurut cerita Naura bekerja di Jakarta, pulang ke Yogyakarta hanya seminggu sekali dan selama setahun sangat konsisten ritme pertemuan mereka. Sehubungan Naura kuliah di Yogyakarta sudah semester lima, Irfan memutuskan agar Naura tetap tinggal di sana, tidak perlu ikut tinggal di Jakarta.
“Kamu sudah yakin siap melanjutkan kuliahmu?” tanya Alma yang sedang menemani Naura di dalam kamarnya.
Naura, wanita yang memiliki paras cantik, kulit putih, hidung mancung, rambut panjang keriting, bola mata coklat sedang menatap nanar pada bingkai foto pernikahannya dengan Irfan. “Bukankah kamu menyarankan aku untuk kembali menjalankan hidupku, Alma. Air mataku sudah kering, kini waktunya aku mengejar ketinggalanku selama ini,” jawab Naura begitu tegas.
Alma mengulum senyum tipisnya, lalu mengusap pundak sahabatnya. “Ya, sudah waktunya kamu mengejar ketinggalanmu. Masa lalu jadikan pengalaman hidupmu, dan jangan sampai terulang lagi.”
Naura beranjak dari duduk di tepi ranjangnya, kemudian bergerak ke arah bingkai foto yang masih terpajang di dinding. “Hanya sampai di situ saja rasa cinta Mas padaku! Padahal Mas bilang sangat mencintaiku, ternyata bohong! Jika suatu saat kita dipertemukan kembali. Aku tidak akan pernah mau mengenalmu lagi, Mas Irfan!” tegas Naura, bingkai foto itu ia turunkan kemudian membantingnya ke lantai.
***
Bismillahirrahmanirrahim
Halo semuanya Kakak Readers, selamat pagi. Adakah yang kangen sama Mommy Ghina di sini? Ah, pasti gak ada yang kangen ya 🤭. Hari ini Mommy Ghina mau tes ombak dulu, kalau sekiranya banyak yang baca karya ini lanjut di sini, kalau sepi terpaksa deh 😁. Seperti biasa, tinggalkan komentarnya ya. Makasih sebelumnya, Lope-lope sekebon jeruk 🍊💋🤗
Yuk kita kenalan dulu ya MC FL-ML
Naura Arashya, usia 20 tahun waktu melahirkan dan masih menjadi mahasiswa.
Irfan Mahesa, usai 31 tahun saat menjatuhkan talak pada Naura.
Sofia Wulandari, usia 24 tahun, siapakah dia???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yus Warkop
bagus ceritanya momy,
aku paling gak suka sama laki" yg menyakiti perempuan, buat fsi irfan menyesal mom ,
2024-12-12
1
Masni Nahing
kren sekali jalan ceritanya saya suka dengan jalan ceritanya
2024-11-24
1
yuiwnye
sptnya anaknya Ndak meninggal tp dinikahi Krn mau punya anak aja dr Naura
2024-12-19
0