Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.
Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!
dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur, Bangun, Kembali Jadi Menteri… Kan?
Malam tiba. Setelah seharian mencoba menerima kenyataan bahwa ia sekarang adalah Nijar Nielson, NPC bocil pedagang toko kelontong, Aditiya akhirnya merebahkan diri di atas kasur kecil di kamar belakang toko.
Kasurnya tipis, agak keras, dan berbau sedikit kayu. Tidak ada pendingin ruangan, hanya sebuah jendela kecil yang membiarkan angin malam masuk.
"Astaga… Aku yang biasanya tidur di ranjang empuk dengan AC dingin, sekarang malah kayak anak kos kere." Aditiya mengeluh dalam hati.
Ia menatap langit-langit kayu di atasnya, lalu mulai merangkum kejadian hari ini.
Ia terbangun di dunia game MMORPG yang ia mainkan.
Ia bukan karakter utama, bukan pahlawan, bukan petualang hebat, tapi seorang NPC bocil.
Ia tidak punya akses ke menu game, skill, atau bahkan inventaris pemain.
Ia harus menjual barang di toko, bahkan tubuhnya otomatis bergerak layaknya NPC saat melayani pelanggan.
Aditiya menarik napas panjang. "Oke, ini memang aneh. Tapi… ini pasti mimpi. Pasti."
Ia menutup matanya dan meyakinkan dirinya sendiri.
"Kalau aku tidur di sini, aku pasti akan bangun di dunia nyata. Aku akan kembali menjadi Menteri Pertahanan Aditiya Iskandar. Aku akan kembali ke kantor, bertemu jenderal, menghadiri rapat penting… dan aku akan hapus game ini dari HP-ku!"
Ia mengulang kalimat itu seperti mantra dalam kepalanya.
"Ini hanya mimpi. Hanya mimpi. Hanya mimpi."
Beberapa menit berlalu. Aditiya mulai mengantuk. "Ya… saat aku bangun nanti, aku pasti…"
Zzz…
---
Cahaya pagi masuk melalui jendela kecil kamar. Burung-burung berkicau di kejauhan.
Aditiya menggeliat di kasurnya, lalu perlahan membuka mata. Ia menguap, mengusap wajahnya, dan berkata dengan suara serak, "Akhirnya, mimpi aneh itu selesai juga."
Ia duduk perlahan…
…lalu melihat tangannya yang masih mungil.
…kakinya yang masih pendek.
…dan suara di luar yang terdengar seperti Lizna sedang menyapu toko.
Aditiya membeku.
"Jangan bilang…"
Ia menoleh ke samping. Kamarnya masih sama, kasurnya masih keras, dindingnya masih kayu, dan… ia masih Nijar Nielson.
"TIDAAAA!!!"
Teriakan bocilnya menggema ke seluruh toko.
Dari luar, Lizna yang sedang menyapu hanya mendesah sambil berkata, "Nijar, kalau mimpi buruk, jangan teriak-teriak. Kasihan pelanggan nanti takut masuk toko."
Sementara itu, Aditiya hanya bisa terduduk di kasur sambil memegang kepalanya.
"Aku… masih NPC?! Mimpiku ternyata bukan mimpi?! Aku masih terjebak di sini?!"
Hari ini, Menteri Pertahanan yang dulunya memimpin strategi perang dunia nyata, harus menerima kenyataan bahwa ia tetap seorang bocil NPC penjual potion.
Setelah berhasil menerima kenyataan—meskipun dengan hati yang hancur—Aditiya akhirnya mencoba menguji batasnya sebagai NPC.
"Oke, kalau aku memang NPC, apakah aku hanya bisa tinggal di toko, atau bisa jalan-jalan?" pikirnya.
Sebelum toko buka, Aditiya mencuri kesempatan untuk keluar dan menjelajahi Kota Kemiren, kota utama tempat para pemain baru memulai petualangan di (CLO).
Saat melangkah keluar dari toko, jantungnya berdebar.
"Ayo, Nijar… eh, maksudku, ayo, Aditiya! Tes pertama: bisakah aku menjauh dari toko?"
Langkah pertama… berhasil.
Langkah kedua… berhasil.
Langkah ketiga… masih lancar.
"Aku bisa bergerak bebas! Aku bukan NPC statis!"
Aditiya tersenyum penuh kemenangan. "Baiklah, ayo kita eksplor kota ini!"
---
Kota Kemiren terlihat jauh lebih hidup dibanding saat ia melihatnya di layar HP. Bangunan batu bergaya abad pertengahan berjajar rapi, jalanan dipenuhi NPC penjual, pandai besi, petualang, dan pemain yang sibuk bertransaksi atau mencari quest.
Aditiya mengamati semuanya dengan rasa kagum.
"Jadi begini ya rasanya ada di dalam game… Tapi tetap saja, aku lebih suka balik ke dunia nyata."
Saat melewati alun-alun kota, ia melihat seorang blacksmith memalu besi dengan gagah, seorang penyihir NPC tua sedang menjual buku sihir, dan sekelompok pemain pemula yang sedang latihan dengan pedang kayu.
Di satu sudut, ia melihat seorang petualang berbaju zirah menendang tong sampah kayu, seolah-olah mencari item tersembunyi.
Aditiya menggeleng. "Kebiasaan player barbar… Main asal mukul benda di kota."
Saat asyik mengamati, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.
"Hei, bocil! Mau beli roti?"
Seorang NPC penjual roti tua menatapnya dengan senyum ramah.
Aditiya kaget. "Aku bisa beli barang juga?"
Tiba-tiba tangannya bergerak otomatis, mengeluarkan beberapa koin dari saku kecilnya dan menyerahkan ke si penjual.
"Eh?!"
Detik berikutnya, Aditiya sudah memegang roti di tangannya.
Dia menatap roti itu dengan perasaan campur aduk. "Jadi NPC juga bisa belanja… Apakah aku punya sistem ekonomi sendiri?"
Tanpa pikir panjang, ia menggigit roti itu.
"... Enak."
Aditiya sedikit terharu. "Setidaknya aku bisa makan beneran di sini."
Tapi ketika ia asyik makan, tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di kepalanya—
[Item "Roti Gandum" dikonsumsi]
Aditiya terdiam.
"Hah? Ada notifikasi di kepalaku?!"
----
Aditiya duduk di atas bukit kecil di pinggiran Kota Kemiren, angin sepoi-sepoi menerpa rambut bocilnya yang berantakan. Dari sini, ia bisa melihat seluruh kota yang dulu hanya ia kenal sebagai tempat respawn dan transaksi di layar HP-nya.
Kota Kemiren tampak begitu hidup. Jalanan batu, rumah-rumah dengan atap merah, pasar yang sibuk, dan adventurer yang lalu-lalang membawa pedang dan tongkat sihir.
Tapi yang lebih membuatnya kagum adalah daratan luas yang terbentang di luar kota.
Di kejauhan, hutan lebat tampak menghijau di bawah sinar matahari. Lebih jauh lagi, gunung-gunung tinggi menjulang, kabut tipis menyelimuti puncaknya. Di sisi lain, laut biru berkilauan di bawah cahaya matahari, dengan beberapa kapal layar kecil bergerak di kejauhan.
“Aku… benar-benar ada di dunia ini.”
Rasanya seperti mimpi, tapi ini bukan mimpi.
Aditiya menarik napas panjang. Untuk pertama kalinya sejak ia bangun di tubuh bocil ini, ia merasa sedikit tenang.
"Jadi… aku bukan Menteri Pertahanan lagi, ya?"
Ia melirik tangannya yang kecil, lalu mengepalkan tinjunya. "Aku Nijar Nielson. Bocil NPC pedagang."
Menerima kenyataan ini memang berat. Tapi kalau ia terus menyangkal, ia hanya akan terjebak dalam kebingungan.
Tiba-tiba, pikirannya kembali ke notifikasi aneh yang muncul saat ia makan roti tadi.
[Item "Roti Gandum" dikonsumsi]
"Kalau aku benar-benar NPC, kenapa ada notifikasi di kepalaku?"
Ia mulai berpikir keras.
Biasanya, NPC tidak punya akses ke sistem pemain. Mereka hanya menjalankan skrip yang sudah ditentukan oleh game. Tapi dia? Dia bisa melihat notifikasi.
Pertanyaannya sekarang—
"Apa aku hanya NPC biasa? Atau… apakah aku bisa punya skill seperti pemain?"
Aditiya menatap ke langit biru, matanya penuh dengan tanda tanya.
"Apa mungkin aku bisa berkembang lebih dari sekadar NPC?"
Jika ada satu hal yang pasti, ia harus mencari tahu jawabannya sendiri.