Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya,Misi Khusus Pertama
Malam itu, Dimas duduk di tepi ranjang sambil menghidupkan HP androidnya,dan mulai masuk ke aplikasi Game Cacing yang saat ini sebagai sarana alat pencetak uang setara ATM pribadi baginya di kamar kostnya yang sempit.
Cahaya layar biru memantulkan bayangan samar pada wajahnya yang lelah. Di meja , Nampak tumpukan buku dan kertas berserakan, menandakan perjuangan panjangnya sebagai seorang Mahasiswa semester enam program studi komunikasi bahasa Inggris dan bisnis internasional di salah satu universitas swasta di kota Solokarta.
Dimas mendadak kepikiran untuk menyelesaikan misi harian dalam game cacing. Karena dia masih punya satu kali kesempatan untuk main di hari ini. Dia sudah mencoba dua kali, dan satu kali juga dia gagal mencapai skor yang diinginkan.
"Dimas, kamu pasti bisa," gumamnya pada diri sendiri, mencoba menguatkan semangat yang sudah mulai menyala. Tangannya mulai bergerak lincah di atas layar sentuh HP androidnya, mengendalikan cacing digital yang harus bertahan dan tumbuh sebesar mungkin.
Baru beberapa menit permainan dimulai, konsentrasinya tiba-tiba terganggu oleh suara ketukan keras di pintu kamar kostnya.
“Dimas! Buka pintunya!” suara Ibu Kost terdengar tegas dari luar. Dimas menghela napas panjang, namun dia tidak bisa berhenti sekarang. Dengan setengah hati, dia berusaha untuk tetap fokus pada permainan.
"Dimas, saya tahu kamu di dalam!" Ibu Kost semakin keras mengetuk pintu.Dimas kehilangan fokus sejenak, dan cacing yang dikendalikannya hampir menabrak tubuh cacing lain.
"Asem!"
Dengan sigap, dia berhasil menghindar, tetapi adrenalin yang memuncak membuatnya semakin sulit berkonsentrasi.
“Apa lagi, Bu?” teriak Dimas akhirnya, merasa putus asa. Dia tahu jika tidak segera merespons, Ibu Kost akan semakin marah dan mungkin saja langsung masuk tanpa izin.“ Bagaimana dengan bayaran kost atau tawaran ku tadi ! Kalau tidak bayar besok atau menerima tawaranku, kamu harus pindah!” suara Ibu Kost penuh ancaman.
Dimas merasa kepalanya berdenyut, tekanan dari sore tadi masalah ini membuatnya hampir tidak bisa bernapas dan bahkan lupa menyerahkan uang kost.
Dengan penuh percaya diri, dia membuka tas dan mengambil 450 .000 IDR dan segera menyerahkannya kepada ibu kost.
Problem solved, Akhirnya setelah ibu kost pergi, Dimas kembali mencoba fokus pada permainan game cacing. Tapi, karena pikirannya telah terusik oleh berbagai masalah yang menimpanya: rayuan maut ibu kost yang diyakini belum akan berakhir di hari-hari mendatang, tugas kuliah yang menumpuk, dan sekarang misi game yang masih terasa sulit.
Hanya beberapa detik setelah insiden dengan Ibu Kost, cacing yang dikendalikannya menabrak tubuh cacing lain.
Layar game menampilkan pesan “Permainan Berakhir” dan yang lebih membikin hatinya kesal,dengan skor terakhir permainan hanya tiga ribu poin.berarti Dimas hanya mendapatkan Rp. 3000 saja. Dimas menatap layar dengan kecewa dan putus asa. Kesempatan ketiga telah hilang juga tanpa hasil yang memuaskan.
Dia merebahkan diri, mencoba untuk menutup matanya sejenak, seakan menenangkan diri. “Besok harus lebih baik,” bisiknya. Namun, di dalam hatinya, Dimas tahu bahwa tekanan yang berwujud rayuan dari ibu kost ini akan terus menghantui sampai dia menemukan jalan keluar dari masalah yang menimpanya ini. Misi hariannya memang belum berhasil dengan memuaskan, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja, dan InsyaAllah masih banyak hari esok.
Keesokan harinya, sekitar jam 09.15 wib
Ketika hendak pergi ke kampus, Dimas melihat ibu kost sedang mengobrol dengan tukang sayur di depan,segera Dimas menyembunyikan dirinya di balik dinding gerbang kost dan mulai menguping sembari menunggu ibu kost berlalu.
"Ibu sudah siap?" tanya Astrid, menjulurkan badannya ke luar pintu depan dari rumah kost di seberang yang spontan mengagetkan Dimas.
Di halaman, tampak Ibu Kost sedang tawar-menawar dengan Pak Narto, tukang sayur menoleh.
"Sudah, selesai belanja ini kita berangkat," jawab Ibu kost. Dan kepada Pak Narto ia berkata, "Cepat, mujairnya itu dibungkus!"
"lya, tapi Rp. 27.000 sekilo, Nyah ..." sahut Pak Narto mengambil plastik untuk pembungkus.
"Alaaa, 25.000 saja! Tidak boleh ya sudah. Cepat nih ... mau bareng si Astrid ke kampus nih ..." kata Ibu kost sambil melihat-lihat petai.
"Kok agak siangan sekolahnya Neng Astrid, Nyah?" tanya Pak Narto sambil mengambil beberapa ekor ikan mujair dan menimbangnya. " 26.000 dah, Nyah!"
"Astrid kan anak kuliahan ," jawab Ibu kost. Mengambil tiga tangkai petai dan menaruhnya di tumpukan belanjaannya. " 25.000 saja, ya? Kalau tidak boleh ya tidak jadi!"
"Wah, rugi, Nyah ... 26.000 dah. Tidak ada untungnya tuh ... saya ambil di tengah, Nyah?"
"Ya udah, keburu siang juga nanti ... nih uangnya, kembalinya 5000 IDR, ya?"
Setelah
Ibu kost bergegas masuk ke rumah. Aku segera keluar dari gerbang kost, Ku lihat Astrid sedang menuntun sepeda motor matic miyo 125 dari gerbang kost di sebelah. Ia melihatku dan mengangguk pelan sembari menuju ke halaman rumah ibu kost.
"As, Aku duluan ya? " sapaku sembari ngeloyor melangkahkan kaki pergi secepatnya.
Lho, kenapa tergesa-gesa Mas,?" tanya Astrid.
" Oh Aku Ada keperluan mendadak dulu,mampir kerumah temen ..." jawabku sambil lalu.
Akhirnya,setelah beberapa menit ..Dimas sampai di halte yang berjarak sekitar 200 m dari tempat kostnya, di situ duduk Seorang Prajurit TNS yang berperawakan Macho dengan seragam kamuflase lorengnya.
otot biceps di kedua lengan hampir menyerupai telur yang di tanam saja bagiku? "disampingnya duduk seorang Ibu Muda dengan anak perempuan kecil imut dan mengemaskan. serta beberapa gadis muda dengan seragam SMA.
Aku mendekat dan berdiri di samping Prajurit TNS(Tentara Nasional Solokarta) . ku anggukkan kepalaku saat Pak Tentara tersebut melihat ke arahku. dan Dia membalas dengan tersenyum.
Ting Tong!
????
Saat Dimas asik berdiri di halte bus Trans, menunggu dengan sabar kedatangan bus yang selalu tampak terlambat. dan menikmati , angin berhembus lembut di hari itu, yang membawa aroma khas jalanan kota yang ramai.
Tiba-tiba, sebuah suara yang selalu di nantikannya terdengar di dalam kepalanya.
Ting Tong!
"Misi Khusus: Menolong Ibu Kost dan Astrid dari gangguan para preman.
Lokasi : kurang lebih 75 m dari halte tempat Anda menunggu.
Tingkat misi : berbahaya?
Tempo : setengah jam setelah pemberitahuan di Terima tuan rumah.
Hukuman : denda Rp 10.000.000
"Dimas terkejut, hampir menjatuhkan ponselnya. " Menolong ibu kost dan Astrid?"
Tingkat misi : berbahaya???
hukuman : denda sepuluh juta???
gumamnya, sambil spontan menoleh ke sekitar seolah mencari keberadaan ibu kost dan Astrid.
.