Kumpulan Cerita Pendek Kalo Kalian Suka Sama Cerpen/Short Silahkan di Baca.
kumpulan cerita pendek yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan manusia dari momen-momen kecil yang menyentuh hingga peristiwa besar yang mengguncang jiwa. Setiap cerita mengajak pembaca menyelami perasaan tokoh-tokohnya, mulai dari kebahagiaan yang sederhana, dilema moral, hingga pencarian makna dalam kesendirian. Dengan latar yang beragam, dari desa yang tenang hingga hiruk-pikuk kota besar, kumpulan ini menawarkan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, harapan, dan kebebasan. Melalui narasi yang indah dan menyentuh, pembaca diajak untuk menemukan sisi-sisi baru dari kehidupan yang mungkin selama ini terlewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfwondz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lukisan Tang Hidup.
Di sebuah kota tua yang tersembunyi di balik kabut malam, berdiri sebuah rumah besar dengan dinding-dinding tinggi yang tampak suram di bawah cahaya rembulan. Rumah itu telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, meskipun ada desas-desus tentang berbagai kejadian aneh yang selalu beredar di antara penduduk sekitar. Satu desas-desus yang paling sering diceritakan adalah tentang sebuah lukisan yang konon bisa hidup.
Yusuf, seorang pelukis muda yang sedang mengalami krisis kreativitas, mendengar tentang rumah tua itu dari seorang teman sesama seniman di sebuah kafe seni. Katanya, di dalam rumah itu terdapat sebuah lukisan legendaris yang dianggap memiliki kekuatan mistis. Sebagai seseorang yang selalu mencari inspirasi, Yusuf merasa tertarik.
“Apa yang membuat lukisan itu begitu istimewa?” tanya Yusuf dengan nada skeptis saat berbincang di kafe.
“Lukisan itu konon bisa bergerak, hidup, bahkan berbicara dengan orang-orang yang menatapnya terlalu lama,” kata temannya, Zaki, dengan suara rendah.
Yusuf tersenyum tipis, menahan tawa. "Kau bercanda, kan?"
“Tidak, ini serius, Yusuf. Ada banyak cerita tentang lukisan itu. Banyak orang yang pergi ke sana dan... tidak kembali. Mereka bilang lukisan itu memikat siapa pun yang menatapnya."
Meskipun skeptis, Yusuf merasa dorongan aneh dalam dirinya. Mungkin saja cerita ini adalah jawaban dari kebuntuannya. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah tua itu keesokan harinya.
---
Malam itu, Yusuf berdiri di depan rumah besar yang sudah lama tidak dihuni. Pintu kayunya berderit pelan ketika ia mendorongnya. Bau debu dan kayu tua segera menyerbu hidungnya. Rumah itu gelap, hanya diterangi oleh sisa cahaya dari bulan yang menembus kaca jendela yang kotor.
Setelah menelusuri lorong-lorong yang panjang, Yusuf tiba di sebuah ruangan besar yang tampaknya pernah digunakan sebagai ruang galeri. Di dinding paling ujung, berdiri sebuah lukisan besar yang terbungkus kain putih. Lukisan itu tampak mencolok di antara debu-debu dan bayangan yang menyelimuti ruangan.
Dengan hati-hati, Yusuf mendekati lukisan tersebut. Tangannya meraih kain penutupnya, dan perlahan ia menarik kain itu hingga terjatuh ke lantai. Mata Yusuf langsung terbelalak. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita dengan gaun hitam yang elegan, namun ada sesuatu yang aneh. Mata wanita dalam lukisan itu seakan-akan menatap langsung ke arah Yusuf, seolah-olah hidup.
“Indah,” gumam Yusuf, kagum.
Tiba-tiba, lampu di ruangan itu berkedip dan suhu turun drastis. Yusuf merasakan bulu kuduknya berdiri. Namun, matanya tetap terpaku pada wanita dalam lukisan itu. Ada perasaan aneh yang menjalar di dalam tubuhnya. Ia merasa seakan-akan wanita dalam lukisan itu mulai bergerak, meski hanya sedikit.
"Siapa kau?" bisik Yusuf, tanpa sadar ia berbicara pada lukisan.
Saat itu, mata wanita dalam lukisan berkilat, dan bibirnya yang sebelumnya tak bergerak mulai melengkung membentuk senyum. "Kau yang datang kepadaku," jawab suara lembut namun penuh misteri.
Yusuf terkejut, mundur beberapa langkah. "Bagaimana... bagaimana mungkin?"
Wanita itu hanya tersenyum lebih lebar. "Kau telah membangunkanku. Sudah lama aku terperangkap di sini, menunggu seseorang untuk datang dan membebaskanku."
“Apa maksudmu?” Yusuf mencoba tetap tenang, meskipun suaranya bergetar. “Bagaimana mungkin kau berbicara? Kau hanya sebuah lukisan.”
Wanita itu tertawa pelan, suaranya menggema di ruangan kosong itu. "Aku lebih dari sekadar lukisan. Aku pernah hidup, seperti dirimu. Tapi aku dihukum, dijebak di sini karena kesalahan yang tak pernah kulakukan."
Yusuf merasa kepalanya berdenyut. Kisah ini mulai terasa tidak masuk akal. Namun ada sesuatu dalam tatapan wanita itu yang membuatnya sulit berpaling. "Bagaimana kau bisa terjebak di sini?"
Wanita itu menundukkan kepala sejenak sebelum menatap Yusuf lagi dengan sorot mata yang penuh penderitaan. "Seorang penyihir. Dia cemburu padaku. Kecantikanku, kehidupanku, semuanya diambil dariku, dan aku dijadikan bagian dari dunia ini... lukisan ini."
Yusuf menelan ludah. “Dan sekarang?”
“Aku bisa bebas,” kata wanita itu, matanya berkilat licik. "Tapi aku membutuhkan bantuanmu."
“Membantumu? Bagaimana caranya?” Yusuf tak sadar bahwa ia sudah terperangkap dalam cerita wanita itu, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
“Cukup mudah. Kau hanya perlu menyentuh lukisanku. Sentuhan dari seseorang yang masih hidup akan memberiku kekuatan untuk kembali ke dunia nyata. Kau ingin membantu, bukan? Kau kan seniman, kau memahami keindahan. Apa yang lebih indah dari menyelamatkan jiwa yang terperangkap?”
Yusuf ragu sejenak. Ada bagian dari dirinya yang berteriak agar ia segera pergi dari tempat itu. Namun, rasa penasaran dan keinginannya untuk menemukan inspirasi mengalahkan logikanya. Perlahan, ia mengulurkan tangannya menuju lukisan tersebut.
Saat jarinya hampir menyentuh kanvas, wanita itu tersenyum lebar, terlalu lebar untuk ukuran manusia biasa. Namun Yusuf tidak berhenti. Begitu jarinya menyentuh permukaan kanvas, seluruh ruangan bergetar hebat.
“Apa yang terjadi?!” Yusuf terkejut, berusaha menarik tangannya, tetapi seakan ada kekuatan tak terlihat yang menahannya.
Tawa wanita itu semakin keras dan mengerikan. "Kau terlalu mudah diperdaya, manusia. Aku tidak membutuhkan bantuanmu untuk keluar, aku hanya perlu tubuhmu."
Seketika, Yusuf merasa tubuhnya ditarik ke dalam lukisan. Tangannya menyatu dengan kanvas, perlahan-lahan tubuhnya terasa ditarik masuk. Rasa sakit yang luar biasa menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia berteriak, tetapi suaranya hanya bergema di dalam ruangan yang kosong.
---
Beberapa waktu kemudian, rumah besar itu kembali sepi. Di dalam ruang galeri yang berdebu, lukisan yang sebelumnya hanya menampilkan satu wanita kini berubah. Di sebelah wanita dengan gaun hitam itu, berdiri sosok pria yang terperangkap di dalam kanvas, dengan ekspresi wajah penuh ketakutan. Lukisan itu kini memancarkan aura yang lebih gelap dan menyeramkan.
Dan di suatu tempat dalam kedalaman kanvas itu, Yusuf berteriak, namun tak ada yang bisa mendengarnya.
---
Beberapa bulan kemudian, rumah itu kembali ramai dengan desas-desus. Seorang seniman lain mendengar cerita tentang lukisan misterius itu, dan seperti Yusuf, rasa penasaran membawanya ke tempat terkutuk itu. Tepat di tengah malam, ia berdiri di depan lukisan yang baru saja selesai diungkapnya. Matanya terpaku pada pria di dalam lukisan, yang sepertinya berusaha berbicara kepadanya.
"Apakah... apakah kau berbicara?" bisik seniman itu, seperti Yusuf sebelumnya.
Dan lingkaran itu pun berulang kembali.