NovelToon NovelToon
Senandung Penantian

Senandung Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Oksigen TW

Cerita ini benar karya orisinil Author.

✅️ Bijak dalam membaca
✅️ Mohon saran dan kritik yang membangun
❌️ Tidak boomlike dan lompat bab

Uswa wanita yang penuh luka, menemukan secercah cahaya dalam sorot mata Hanz, seorang nahkoda yang ia temui di dermaga.

Gayung pun bersambut, bukan hanya Uswa yang jatuh hati, namun Hanz juga merasakan getaran kecil di hatinya.

Seiring berjalannya waktu, rasa di antara keduanya semakin besar. Namun, Uswa selalu menemukan ketidakpastian dari kegelisahan Hanz.

Uswa pun terjebak dalam penantian yang menyakitkan. Hingga akhirnya, ia dipertemukan oleh sosok Ardian, pria yang berjuang untuk Uswa.

Lantas, kisah mana yang akan dipilih Uswa?

Tetap menanti Hanz yang perlahan memulihkan luka, namun selalu berakhir dengan ketidakpastian?

Atau membuka lembaran baru bersama Ardian yang jelas memiliki jawaban yang sudah pasti?

Ikuti kisah dan temukan jawaban Uswa pada cerita Senandung Penantian.

Cover by Ig : @desainnyachika
Ig : @oksigentw
TT : @oksigentw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksigen TW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Weekend yang harusnya menjadi hari istirahat, pelepas lelah, namun malah menjadi hari yang benar-benar melelahkan bagi Uswa. Kini ia tengah duduk sendiri, di salah satu kursi panjang yang menghadap ke laut, di tengah hutan bakau.

Di Kota Dumai yang memang berada di tepi laut, bahkan memiliki julukan sebagai Mutiara di Pantai Timur Sumatera, memiliki hutan bakau yang dikelolah menjadi tempat wisata. Hingga pada akhirnya, hutan bakau di tepi laut ini kerap dikunjungi oleh warga Dumai maupun luar Dumai.

Seakan keberuntungan sedikit berpihak pada Uswa, hutan bakau itu seakan sepi oleh pengunjung. Di sanalah Uswa duduk sendiri, melepaskan segala kepiluan, melalui deraian air mata yang terus mengalir.

Uswa termenung, menatap lautan yang mulai surut. angin yang menerpa, menggoyangkan dedaunan dan ranting, hingga menimbulkan derit nyanyian ranting dan dahan yang saling bergesekan. Hari itu, hanya nyanyian suara alam yang mampu menjadi pelipur lara baginya.

Lamunan demi lamunan berhasil membawa angan, memutar memori beberapa tahun lalu. Di mana Uswa dan keluarganya berhasil berdiri dari kesulitan ekonomi, bahkan sampai memiliki hutang yang menumpuk.

Mereka terus berjuang dan berdoa, saling bahu membahu, dan pada akhirnya doa dan usaha tidak mengkhianati hasil. Allah Ta'ala memberi kesempatan Uswa dan keluarga menyelesaikan masalah satu per satu. Hingga Allah Ta'ala menguji mereka dengan masalah yang benar-benar membuat Uswa terluka.

Saat itu, Uswa tengah mengadakan piknik bersama Santi, sahabatnya, di Alam Mayang di Kota Pekanbaru. Akan tetapi, piknik yang seharusnya bahagia, malah membuat Uswa membenci kegiatan yang bernama piknik.

Saat Uswa dan Santi tengah menikmati makanan dan minuman, sembari bercerita riang, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok pria yang sedang bermain bersama anak kecil berusia tiga tahun. Awalnya Uswa menyangka pria itu hanya mirip dengan ayahnya. Namun, pria itu diam mematung, saat mata keduanya beradu pandang.

Duaaarrr!

Bagaikan tersambar petir di siang bolong yang cerah, Uswa berdiri dari duduknya, melangkah perlahan mendekati di mana ayahnya berada. Dengan wajah yang sulit diartikan, Uswa sudah berada beberapa langkah dari ayahnya berdiri.

"Nak ..." lirih Hadi, yang tidak percaya bahwa anak bungsunya menemukannya sedang bermain dengan anak kecil, bahkan ada wanita yang menatap mereka dengan senyum bahagia.

Tenggorokkan Uswa seakan tercekat. Lidahnya keluh. Bibirnya pun seakan terkunci rapat. Sumpah serapah yang harusnya ia lontarkan, hanya sanggup diungkapkan melalui tatapan tajam penuh pertanyaan.

Cukup lama ayah dan anak itu saling beradu pandang. Hingga diamnya Hadi adalah jawaban bagi Uswa. Tatapan penuh tanya, langsung berubah menjadi tatapan nyalang penuh kebencian.

"Diam adalah sebuah jawaban!" sinis Uswa, yang langsung berbalik, dan melangkah meninggalkan Hadi yang tetap bergeming di tempatnya.

Sesampainya di tempat ia berada bersama sahabatnya, Uswa langsung bergegas, mengajak Santi untuk segera pergi dari Alam Mayang. Santi yang mengerti dengan situasi, ia langsung bergegas membereskan barang-barang dan bergantian membonceng Uswa, meninggalkan Alam Mayang, menuju ke rumah Santi.

Air mata Uswa kembali menetes. Angan yang berhasil memutar kenangan pahit, membuat luka dalam batin Uswa semakin menyebar. Bahkan serangan panik mulai menyerang. Uswa mulai menggenggam tangannya, seolah mencakar dan menekankan kukunya dengan keras.

Dadanya sesak, ia ingin berteriak, namun seakan terhambat oleh ribuan ton baja yang menghimpit relung hatinya. Pedihnya pilu yang ia rasakan, mengalahkan rasa sakit yang timbul dari kuku-kuku yang menancap di kulit tangannya.

Tanpa Uswa sadari, seseorang menggenggam tangannya, menggantikan telapak tangan Uswa yang sudah luka karena kukunya sendiri. Uswa pun terkejut, hingga spontan menatap pria di hadapannya.

Pria yang baru ia temui kemarin. Pria yang memancarkan sorot kerinduan dari manik tajam. Pria yang sempat membuatnya terkesima pada pandangan pertama.

"Lepaskan, Mas! Tak seharusnya Mas menggenggam saya begini!" panik Uswa, berusaha menarik tangannya dari genggaman Hanz.

"Mas tau. Tapi, biarkan Mas menggantikan tanganmu yang sudah terluka itu." ujar Hanz, tanpa menatap wajah Uswa.

"Mas ..." lirih Uswa.

"Menangislah! Mas tidak akan melihatmu. Tapi, biarkan Mas menemanimu."

Kalimat Hanz begitu membuat Uswa terenyuh. Hatinya semakin pilu karena kehadiran pria yang baru ia kenal. Sedangkan Hanz, ia hanya menatap lautan, menggenggam erat jemari yang seakan tak berdaya.

Isak tangis Uswa semakin jelas di telinga Hanz, hingga ia bisa merasakan pilu yang mendalam dari wanita di sampingnya.

'Sudah berapa lama air matamu mengalir? Sudah berapa keras kukumu melukai dirimu sendiri? Jika aku tidak di sini, dan tak sengaja melihatmu sendiri di sini, aku tidak akan tahu betapa terlukanya dirimu.' batin Hanz, semakin erat menggenggam tangan Uswa.

Limabelas menit berlalu, isak tangis Uswa mulai mereda. Ia mulai tenang. Masih dalam genggaman Hanz, Uswa menatap pria di sampingnya.

"Saya harap, Mas melupakan kejadian yang baru Mas lihat ..." pinta Uswa, sedikit menekan di setiap kata.

"Tak perlu kamu minta, Mas akan melakukannya. Tapi, Mas harap kamu tidak melakukan ini lagi."

Hanz meraih tangan kiri Uswa yang terluka karena kukunya sendiri. Hanz mengusap luka yang membekas, kemudian ia menatap lekat wajah ayu yang menyimpan luka dalam.

"Kalau kamu mau melakukan ini lagi, Mas siap menggantikan tanganmu," imbuh Hanz, berusaha meyakinkan Uswa, meski terdengar seperti buaya darat, namun Hanz benar tulus adanya.

"Hahaha ... dasar buaya darat, ya. Hahaha ..." kelakar Uswa terdengar renyah, namun membuat hati Hanz terasa damai.

"Kamu pawangnya, dong." ledek Hanz, semakin membuat Uswa tertawa riang.

"Hahaha ... masuk pak Haji," imbuh Uswa, yang seakan melepaskan lelah yang baru saja ia alami.

"Wes, pripun penak e, Dek." ujar Hanz, membiarkan Uswa menikmati tawanya. (Sudah, bagaimana enaknya, Dek.)

"Betul kata kamu, Mas. Saya ini konyol, aneh ..." ujar Uswa, menatap tangannya yang masih dalam genggaman Hanz. "Apa tidak sebaiknya Mas lepaskan tangan ini?" tanya Uswa, yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban dari Hanz.

"Maaf ...." Hanz refleks melepaskan tangan Uswa. Ia tersenyum kikuk, dan salah tingkah. Pria itu langsung mengalihkan pandangan, menatap ke kiri.

"Kalau kelamaan menggenggam, ntar jadi nyaman, Mas. Hahahaha ...." Lagi-lagi, tawa renyah Uswa membuat Hanz semakin salah tingkah.

"Jangan dilanjutkan, Dek. Mas malu," ungkap Hanz, tidak berani menatap mata Uswa yang sangat sembab.

"Seharusnya yang malu saya, Mas. Bisa-bisa ketahuan kacau denganmu, pria yang baru saya kenal kemarin sore." cicit Uswa, menatap lautan yang semakin surut.

Tatapan Uswa kembali sendu. Ia sungguh merasa malu pada Hanz. Ia tidak ingin perkenalan dengan Hanz meninggalkan kesan buruk pada Hanz.

"Dek ..." panggil Hanz. Uswa pun menatap Hanz yang semakin lekat menatap dirinya.

'Entah kenapa hatiku sudah merasakan getaran kecil saat itu. Saat sorot matamu yang penuh luka menatap sendu mataku. Saat itu, aku merasa jatuh hati pada pandangan pertama.' batin Hanz.

"Kenapa, Mas?" heran Uswa, karena tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Hanz.

"Jangan terluka lagi, ya?"

Sorot mata Hanz begitu dalam menatap Uswa. Entah apa yang dirasakan Uswa, satu yang pasti ia rasakan, nyaman.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Ketika seseorang menggenggam tanganku di saat aku terluka, maka air mataku akan semakin berderai....

...~Oksigen TW~...

...****************...

1
🌺Fhatt Trah🌺
jujur aja mas. jgn disimpen dlm hati
Oksigen TW: Entahlah, Hanz terlalu diam dengan perasaannya/Frown/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
uswa udah benci banget ya sama ayahnya
Oksigen TW: Antata benci dan takut, Kak😔
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
mata tidak mungkin bohong ya hanz
Oksigen TW: Betul banget/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
itu jawaban yg tepat
Oksigen TW: Tepat berujung salting/Chuckle/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cara penulisan authornya rapi. sukses dengan karya keren ini kk👍🏻👍🏻
Oksigen TW: Harus banyak belajar sama Kakak
Oksigen TW: Aamiin. Terima kasih, Kak
total 2 replies
🌺Fhatt Trah🌺
ayahnua punya istri yg lain kah
Oksigen TW: Iya, Kak😭
total 1 replies
mama Al
bunga untuk uswa

salam dari radar cinta Andara
Oksigen TW: Uswa : Terima kasih banyak, Kak😘
total 1 replies
mama Al
betul
Oksigen TW: Tapi, siap menanggung sakit yang luar biasa/Sob/
total 1 replies
mama Al
kau menggantungkan hubungan ini
Oksigen TW: Memang keterlaluan Hanz itu, Kak/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
🌹🌹 + subs sudsh meluncur. semangat ya thor
Oksigen TW: Waahh ... terima kasih, Kakak😘🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cieeee ... yg ditunggu-tunggu🤭🤭
berdebar debar pasti itu hati
Oksigen TW: Banget, Kak🤣
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
di mana itu kota Dumai Thor?
kukira dunia maia🤭
Oksigen TW: Di Provinsi Riau, Kak
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
aku mampir thor. nyicil dulu ya
Oksigen TW: Terima kasih, Kak e. Ntar saya mmpir balik.🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
inikah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?
untung gk jatuh ke dermaga ya Hanz, tapi jatuhnya ke hati Uswa🤭
Oksigen TW: Untung Hanz jago renang, jaga2 dia jatuh ke dermaga karena kekonyolan Uswa/Facepalm/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
bilang aja cantik, mas. pake basa basi lagi🤭
Oksigen TW: Basa basi berujung cinta/Facepalm/
total 1 replies
mama Al
3 iklan untuk author
Oksigen TW: Terima kasih, Kak🫶
total 1 replies
mama Al
bahasanya keren
Oksigen TW: Punya Kakak jauh lebih keren😭
total 1 replies
mama Al
Yadi ternyata suka gosip juga
Oksigen TW: Bukan main si Yadi, Kak😭
total 1 replies
mama Al
sabar uswa

laut kan sering tidak ada sinyal
Oksigen TW: Sedih ya, Kak😭
total 1 replies
Dewi Payang
10 iklan buat kak Author, cemangatz💪
Dewi Payang: Sama2 kak🫰🫰
Oksigen TW: Terima kasih banyak, Kak🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!