Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.23
Di bawah terik sinar matahari dengan hembusan angin yang menerpa tubuh, membelai rambut tebal seorang pria berwajah tegas.
Sejuk yang dirasakan meski kegundahan hati selalu menghantui. Sebuah rasa yang akhir-akhir ini tiba-tiba hadir memenuhi relung hati.
Rasa itu semakin hari kian menjadi, kedekatannya dengan perempuan itu hingga terbawa suasana.
Di pagi itu Dirga berdiam diri di depan jendela merenungi kisah asmara dengan seseorang.
Hati yang dipenuhi kebimbangan, ingin mencapai misi namun hati berkata lain.
Cinta yang tumbuh dengan sendirinya tanpa disadari.
" Mana mungkin hati ini bisa berubah dengan mudah?"Lirihnya.
" Aku ingin mengungkapkan isi hatiku pada Kinan, tapi bagaimana jika dia menolak?"
"Tidak, ini bukan cinta, tapi tak lebih dari rasa kasihan." Monolog Dirga dengan kesendiriannya.
Di tengah-tengah tengah asik dalam lamunannya. Sebuah telepon mengejutkannya, namun diabaikan hingga seseorang yang menelpon terlihat guratan kecewa di wajah.
" Memang seharusnya aku tidak berharap lebih padamu, mas." Ujarnya tersenyum miris memikirkan nasibnya.
" Baiklah, karena mas sendiri yang tak ingin menjawab telepon ku, jadi jangan salahkan siapa-siapa jika aku pergi tanpa izin." ujarnya, namun demikian, Kinara tetap memberitahu Dirga jika hari ini dia keluar bersama temannya.
Hari ini Kinan sudah bertekad untuk jujur pada Fazha sahabatnya jika ia sudah menikah dengan seseorang, Fazha mengajaknya keluar dan hal itu adalah kesempatan baik untuknya mengatakan semua yang disembunyikan beberapa bulan terakhir ini. Bukan Kinan tidak ingin membeberkan pernikahannya, cuma Dirga tidak ingin ada yang mengetahuinya kecuali orang kepercayaannya, Kinara tidak mengerti apa maksud Dirga melakukan hal itu?"
Di pagi yang cerah Kinan menunggu seseorang untuk menjemputnya. Kini dia nampak lebih cantik nan dewasa terpancar di wajah. Semua yang menatap kagum dengannya, Kinan tak suka ditatap seperti itu, Suci berjalan menghindari orang-orang yang menatapnya.
" Ada apa dengan mereka ?Ada yang salah dengan pakaian ku? Tapi kenapa?" Pikirnya seolah risih ditatap seperti itu.
" Piik Piik...!"
Kinara terlonjak kaget dengan klakson tersebut, terdengar kekehan sahabatnya di telinga Kinan membuat ia kesal dengan hal itu.
" Faz, kamu membuat jantung aku hampir copot," ujarnya terlihat kesal.
" Maaf, mohon maaf tuan putri," ucap Fazha disertai candaan.
" Jangan selalu meledek aku seperti anak kecil, Faz ! Aku tersinggung soalnya.
Fazha tersenyum tipis dibuatnya.
"Aku kan sudah minta maaf, masa tidak dimaafin sih," ujarnya memelas.
" Ya sudah, aku maafin, " ujar Kinara kemudian masuk ke dalam mobil setelah Fazha membuka pintu untuknya.
" Aku di belakang aja deh, Faz.
" Kok di belakang sih, Kinan. Aku kan temanmu bukan sopir mu.
Kinan tidak bisa membantah lagi dengan ucapan Fazha sahabatnya.
Fazha melajukan mobil dengan kecepatan sedang, dia pun tak ingin terburu-buru sampai di restoran tersebut.
Beberapa kali Bram menelpon, Fazha tidak mengangkatnya. Saat ini jantungnya bertalu-talu melirik perempuan yang duduk di sampingnya.
" Fazha kenapa sih? Kok, tidak angkat-angkat.
Bram terlihat geram dengan kelakuan putranya itu, tapi bagaimana lagi tidak ada yang bisa dilakukan.
Dirga a melihat rekan bisnis yang sejak tadi gusar ikut menenangkannya.
" Mungkin putranya ada keperluan lain pak Bram, dan mungkin tidak bisa ditunda. Sebaiknya bapak tenangkan diri saja, saya tidak ada masalah menunggu.
Bram tidak enak hati sebenarnya pada Dirga, tapi karena harus ada persetujuan dari putrahnya, sehingga dia harus menunggu dengan sabar.
" Kamu pulang duluan aja, Bianca!" Ujar Bima, karena sejak tadi Bianca selalu menempel padanya. Niat hati ingin berangkat sendiri, tiba-tiba Bianca datang ke rumah Mahendra menemui Dirga.
" Tidak kok, aku ingin pulang bersamamu." Ujar Bianca santai.
Dirga menghelah napas dalam-dalam, rasa kesal dalam hati melihat keras kepala Bianca.
* * *
Bram mondar-mandir di depan meja makan sesekali melirik jam tangan yang ada di lengannya. Rasa tidak sabar menunggu putrahnya bersama calon menantu sesuai yang dikatakan sang putra.
"Alhamdulillah, akhirnya Fazha datang bersama calon tunangannya," ujar Bram merasa lega melihat keduanya sampai di restoran tersebut.
Mendengar itu Dirga mengalihkan perhatiannya sejenak pada putra Bram, namun belum nampak wanita calon menantu rekan bisnisnya itu.
Fazha dengan santun membuka pintu mobil untuk sang putri terkasih.
Semua orang-orang menatap ke arah yang sama menunggu seseorang turun dari mobil seolah sedang menjemput artis papan atas.
" Kenapa harus tempat seperti ini, Faz ?"
" Aku tidak suka di tempat ramai kayak gini, "protes Kinara, melihat orang-orang di sekitarnya memperhatikan dirinya.
" Tidak apa-apa, Kinara. Sekali-kali kita makan di tempat elit seperti ini." Ujar Fazha terdengar santai.
" Assalamualaikum..! " sahut Fazha dan Kinan pada Bram.
" Waalaikumsalam..!" Bram menyambut kedatangan keduanya dengan hangat.
Dirga a yang sedang menelepon diikuti oleh Bianca, samar-samar mendengar suara wanita yang dia sangat kenali.
" Deg."
Tanpa sengaja kedua mata mereka bersirobok.
Jantung Kinan berdetak hebat kala melihat siapa yang ada di depannya.
Sama seperti Dirga, dia tidak menyangka dia bertemu oleh istrinya sendiri di tempat ini dan bersama seorang pria, lalu mengaku sebagai calon menantu rekan bisnisnya sendiri.
Berdesir dada Dirga ketika Bram menyebut wanita cantik di depannya adalah calon istri putrahnya.
Dirga masih terdiam mematung menatap tajam Kinan dengan wajah kecewa. Tangan kini dikepalkan menahan rasa cemburu yang bergemuruh dalam dada.
" Siang pak Dirga," santun Kinan menyapa Bima yang masih menatap Kinan.
Dirga gelagapan menyambutnya, namun ia berusaha menetralkan hati yang terasa hancur.
Hati Dirga terasa panas ketika melihat perhatian kecil Fazha memberi tempat duduk untuk Kinara.
" Kenalkan, ini Kinara Putri temanku sekaligus..!"
"Uhuk uhuk"
Fazha menjeda ucapannya seketika mendengar Kinara terbatuk-batuk, dengan cekatan ia mengambil air minum untuk wanita pujaannya.
Bianca tersenyum licik melihat semua itu, hal ini adalah sebuah kesempatan untuk membuat Dirga tidak menyukai perempuan bernama Kinara.
" Dirg, kamu baik-baik saja kan?" Bianca berusaha memanasi Kinara, memperlihatkan kedekatannya dengan Dirga. Bianca ingin agar Kinarabtahu diri bahwa dirinyalah yang pantas untuk Dirga.
Kinara merasa sesak melihat pemandangan itu, seorang wanita bergelut manja di lengan suaminya sementara Dirga hanya membiarkan hal itu di depannya sendiri.
Ingin meninggalkan tempat itu segera mungkin, namun ia masih menghargai temannya itu, Fazha begitu baik padanya dan tidak pantas untuk dikecewakan.
" Kinan, kamu ingin makan apa ?" Tanya Fazha lembut membuat Dirga semakin cemburu.
" Aku ikut kamu saja, Faz. "Ujar Suci, dan tidak berani memandang wajah Dirga yang sesekali meliriknya.
Bianca tersenyum sumringah melihat Kinan tertangkap basah, dia bisa melihat dari tatapan amarah pada sahabatnya itu.
" Pak Dirga dan nona Bianca ingin pesan apa ? Tidak usah sungkan!" Bram terlihat sangat bahagia sekali.
" Tidak pak, aku sudah kenyang setelah apa yang kulihat hari ini," ujarnya menyindir Kinara istrinya.
Kinan menelan salipanya mendengar ucapan suaminya yang sedikit menohok.
Dia pun sebenarnya masih sangat marah, setelah malam itu, dia belum sempat membicarakan foto-foto mesra suaminya bersama wanita yang ada di sampingnya sekarang.
Dirga selalu menghindarinya, tidak pernah menemuinya lagi, menelpon pun tak diangkat. Jadi apakah ini adalah kesalahan Kinara ?"