Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.
Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.
Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.
Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GBTD BAB 33.
Aina sudah berdiri di atas panggung bersama suaminya. Dia mengambil gitar dan duduk di bangku yang sudah disediakan. Sementara itu, Arhan membantunya memegang mic, sebelah tangannya berada di pundak Aina.
"Selamat malam semuanya, terima kasih sudah memberi Aina kesempatan untuk bernyanyi di atas panggung ini."
"Terima kasih juga buat Mama, Papa, dan juga Abang. Untuk semua tamu undangan, silahkan mencicipi hidangan yang sudah disediakan!"
"Kali ini, izinkan Aina menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Andmesh Kamaleng yang berjudul Cinta Luar Biasa, semoga kalian semua terhibur!"
Aina mulai memetik gitarnya, pemain musik lain ikut mengiringinya. Seperti biasa, Aina menutup matanya menghayati isi dari lagu yang tengah dia bawakan.
"Waktu pertama kali, ku lihat dirimu hadir, rasa hati ini inginkan dirimu, hati tenang mendengar suara indah menyapa, geloranya hati ini tak ku sangka."
"Rasa ini tak tertahan, hati ini selalu untukmu."
"Terimalah lagu ini dari orang biasa, tapi cintaku padamu luar biasa, aku tak punya bunga aku tak punya harta, yang ku punya hanyalah hati yang setia, tulus padamu."
"Hari hari berganti kini cinta pun hadir, melihatmu memandang mu bagai bidadari, lentik indah matamu manis senyum bibirmu, hitam panjang rambutmu anggun terikat."
"Rasa ini tak tertahan, hati ini slalu untukmu."
"Terimalah lagu ini dari orang biasa, tapi cintaku padamu luar biasa, aku tak punya bunga aku tak punya harta, yang ku punya hanyalah hati yang setia, tulus padamu."
Aina membuka matanya saat di penghujung lagu, semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Suara Aina yang khas membuat suasana di dalam ruangan itu menjadi hangat.
Arhan mengecup pucuk kepala Aina dengan lembut, dia sangat bangga dengan istrinya. Aina tersipu malu sembari menatap Arhan dengan intens. Semua orang kembali bertepuk tangan melihat momen romantis itu.
"Terima kasih semuanya, acara selanjutnya Aina kembalikan pada MC."
Aina bangkit dari duduknya, kemudian menaruh gitar pada tempatnya. Sepasang pengantin baru itu saling menggenggam dan turun meninggalkan panggung.
...****************...
Hari sudah menunjukkan pukul 10 malam, acara selanjutnya adalah prosesi pemotongan kue. MC menuntun jalannya acara.
Saat hitungan ke satu, Arhan dan Aina memotong kue bertingkat lima itu bersamaan. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah.
Setelah kue terpotong, dilanjutkan dengan acara suap-suapan. Tangan Arhan dan Aina saling menyilang menyuap potongan kue itu ke mulut masing-masing. Lagi-lagi suara tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu.
Atas kejahilan MC, Arhan dan Aina diminta memakan sepotong kue bersamaan. Saat potongan kue tersebut berada diantara bibir keduanya, Arhan membuka mulutnya lebar. Dia melahap habis kue tersebut beserta bibir Aina yang merekah. Suara tepuk tangan kembali bergemuruh memenuhi seisi ruangan. Membuat Aina terkejut dan menekuk wajahnya malu.
...****************...
Satu persatu acara selesai dilaksanakan, kini sudah saatnya kedua mempelai melempar buket bunga. Para gadis sangat antusias dan berbaris di depan pelaminan. Nayla pun tidak mau kalah, dia ikut nimbrung diantara para gadis lainnya.
Aina dan Arhan sudah berbalik. Saat MC selesai menghitung mundur, kedua mempelai melempar bunga tersebut penuh suka cita. Nayla berhasil mendapatkan bunga tersebut. Semua orang bertepuk tangan dengan meriah, membuat Nayla malu karena semua mata tertuju padanya.
...****************...
Semua acara sudah selesai dilaksanakan. Sebagai acara penutup, MC meminta Aina dan Arhan untuk berdansa. Pasangan lain juga ikut menemani keduanya.
Di tengah kehangatan semua pasangan yang ikut berdansa. Tiba-tiba seorang wanita yang tengah berdansa dengan suaminya menginjak gaun pengantin Aina.
Tubuh Aina hampir saja terperosot, untung saja Arhan dengan cepat mendekapnya hingga hal memalukan itu tak sempat terjadi.
Tepat pukul 12 malam, acara resmi ditutup. Satu persatu dari tamu undangan mulai berpamitan dan meninggalkan pesta. Airlangga dan Leona berdiri di depan koridor melepas kepergian tamu mereka.
...****************...
Kini ruangan itu sudah kosong, yang tersisa hanyalah keluarga inti dan para pelayan yang sedang sibuk membereskan meja.
Airlangga dan Leona sudah lebih dulu meninggalkan ruangan. Nayla pun menghampiri kedua pengantin dan ikut berpamitan. Namun Aina menahannya, dia masih ingin Nayla di sana bersama mereka.
Sesuai permintaan Arhan, Nayla pun menyetujuinya. Sementara itu, Hendru meninggalkan mereka dan kembali ke kamarnya yang ada di paviliun depan.
Aina, Arhan dan Nayla ikut meninggalkan ruangan. Mereka sudah sangat lelah dan ingin beristirahat.
Sesampainya di lantai atas, Arhan dan Aina masuk ke kamar mereka. Sementara Nayla, dia juga masuk ke kamar yang ada di sebelahnya.
...****************...
Aina duduk di sisi ranjang memandangi wajah Aksa yang tengah terlelap. Sementara Arhan sedang berada di kamar mandi membersihkan diri.
Setelah Arhan keluar, kini giliran Aina yang masuk dan membersihkan tubuhnya. Tidak lama, Aina keluar dengan piyama yang dikenakannya.
Wajah Aina tampak begitu lelah, dia langsung saja naik ke kasur dan membaringkan tubuhnya begitu saja. Dia bahkan sudah menguap karena tak sanggup lagi menahan rasa kantuk nya.
Arhan ikut naik setelah puas memandangi wajah putranya. Dia berbaring di samping Aina dan menarik pinggang istrinya hingga tubuh keduanya saling menempel.
Arhan membawa Aina ke dalam dekapan dadanya, kemudian mengecup pucuk kepala Aina dengan sayang.
"Terima kasih Aina," ucap Arhan sembari mengusap punggung Aina pelan.
"Untuk apa Abang berterima kasih?" tanya Aina bingung.
"Karena Aina sudah mau menjadi istri Abang." jawab Arhan.
"Tidak perlu berterima kasih padaku, aku melakukan ini demi Aksa!" ucap Aina dingin.
"Jangan aku, aku gitu! Aina saja, biar enak didengar!" pinta Arhan.
"Ok, terserah Abang saja!" jawab Aina.
Arhan mempererat pelukannya, lalu mengecup kembali pucuk kepala Aina penuh kelembutan. Sebenarnya dia masih ingin bercengkrama dengan istrinya, tapi sepertinya Aina sudah sangat kelelahan.
"Sayang," ucap Arhan pelan.
"Hmm," Aina hanya bergumam.
"Kok jawabnya gitu sih?" tanya Arhan dengan wajah cemberut nya.
"Iya Abang, kenapa?" jawab Aina.
"Jangan tidur dulu dong!" pinta Arhan.
"Kenapa?" tanya Aina dengan suara serak, matanya sudah semakin berat.
"Apa Aina tidak menginginkan Abang malam ini?" tanya Arhan sedikit gugup.
"Tidak," jawab Aina singkat, rasa kantuk nya tak bisa ditahan lagi.
"Kok tidak sih, bukankah kita berdua sudah sah menjadi suami istri?" Arhan menghela nafas berat, lalu membuangnya kasar.
Aina tak menyahut lagi, tanpa Arhan sadari ternyata istrinya sudah terlelap saking capeknya.
"Sayang, kok diam aja sih?" Arhan tak menyadari kalau dia hanya bicara sendiri seperti orang gila.
Arhan mengusap wajahnya kasar, lalu mengangkat dagu Aina. Setelah memandangi wajah istrinya, barulah dia menyadari kalau istrinya sudah tertidur dengan lelap.
"Ya ampun sayang, kok cepat sekali sih tidurnya?"
Arhan menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali, dia tersenyum sendiri melihat wajah polos istrinya yang sangat manis. Kemudian menelan ludahnya kasar.
"Kenapa wajah Aina secantik ini sih? Membuat hati Abang berdebar-debar jika menatapnya."
Arhan bergumam sendiri sembari menyentuh wajah Aina dengan lembut. Mulai dari pipi, dagu, hidung, hingga bibir merah istrinya yang sangat menggoda.
Saking tak tahannya melihat bibir ranum itu, Arhan pun melu*matnya penuh kelembutan. Rasanya sangat manis, sebab Arhan tau bahwa hanya dia lah yang pernah menjamahnya.