Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-pura
Setelah sekesai shalat Maghrib, Saif bersiap memakai setelan jas dan merapikan rambutnya. Setelah itu, ia pun berangkat untuk menghadiri jamuan makan malam di sebuah resort. Ia sudah dijemput oleh sopir di depan hotel. Sopir tersebut membukakan pintu untuknya.
"Selamat malam, Tuan."
"Selamat malam. "
"Sudah siap, Tuan?"
"Iya, langsung berangkat.
Sedangkan di Indonesia, Tania sedang berada di rumah Mbak Dini. Ia sedang membimbing Cinta mewarnai gambar binatang. Tania benar-benar sabar dan telaten dalam mengarahkannya.
"Cinta, yang itu bukan kuning ini tapi kuning yang satunya."
"Oh, iya. Cinta lupa aunty."
"Ndak pa-pa, ayo lanjutkan."
"Okey."
Sambil menunggu Cinta selesai mewarnai, Tania berbalas pesan dengan Shasa. Tania tidak bisa menahan tawa saat membaca chat dari Shasa. Ia pun sampai menutup mulutnya.
"Aunty, kenapa ketawa sendiri?"
"Eh tidak kok. Maaf, tadi aunty balas chatnya bu lek."
"Oh... Cinta kira aunty ketawa sendiri, hehe... "
Beberapa saat kemudian, Mbak Dini datang dengan membawa handphone nya. Sepertinya ia sedang melakukan panggilan video call dengan seseorang.
"Tungu sebentar, bang. Tania, maaf mengganggu ya. Ini pak de nya mau nelpon Cinta soalnya."
"Oh iya, mbak. Ndak pa-pa kok."
Cinta langsung mengambil alih handphone dari tangan sang bunda.
"Assalamu'alaikum, Pak de."
"Wa'alaikum salam nduk."
Nampak jelas wajah tampan Saif di layar handphone. Ia juga masih berpakaian rapi dan berada di dalam sebuah restoran. Apa lagi Tania berada di samping Cinta. Ia pun dapat melihatnya.
"Pak de kangen sama Cinta? "
"Iya nih kangen banget psk de. Cinta lagi apa?"
Saif pura-pura tidak tahu, padahal memang sengaja telpon saat Cinta masih les.
"Ini lagi les sama aunty Tania."
Cinta justru mengarahkan kamera ke sampingnya. Nampak oleh Saif wajah Tania. Tania agak terkejut saat Cinta mengarahkan kamera kepadanya.
"Belajar apa, Cin?"
"Belajar mewarnai, Pak de. Pak se mau lihat hasilnya?"
"Boleh, nduk."
Cinta pun mengubah posisi kamera belakang dan memperlihatkan hasil kerjanya.
"Bagaimana, Pak de. Apa sudah rapi?"
"Wah iya, bagus."
"Pak de, Cinta kebelet pipis. Pak de, jangan tutup dulu ya telponnya. Sebentar saja!"
"Iya iya."
Cinta buru-buru pergi ke kamar mandi. Dan menitipkan handphone itu kepada Tania.
"Duh Cinta, ada-ada saja." Batin Tania.
Tiba-tiba Saif angkat bicara.
"Tadi siapa yang ngisi kelas saya?"
"Eh itu, Pak. Kak Ferdi."
"Oh... "
"Tuan Saif, anda sedang menelpon siapa?" Seseorang menegurnya.
"Oh ini keluarga saya."
Orang tersebut tidak sengaja melihat wajah Tania.
"Apa dia istri anda? Masih muda dan cantik sekali."
"Eh tidak, bukan."
"Jangan bohong, Tuan. Dari raut wajah anda sudah berbeda. Haha... "
Meski mereka berbincang dalam bahasa Inggris, Tania sangat mengerti.
Saif tidak tidak sempat membantah karena Cinta pun sudah kembali.
"Pak de. "
"Nduk, pak de masih ada kerjaan. Sudah dulu ya."
"Iya, pak de."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Tania dan Cinta melanjutkan kegiatannya. Entah kenapa Tania kecewa karena Saif cepat sekali menutup telponnya.
"Oh tidak, Tania. Apa yang kamu pikirkan?" Batinnya.
20 menit kemudian, waktu Tania sudah habis. Ia siap-siap untuk pulang. Tania pamit kepada Cinta dan Mbak Dini. Setelah itu, Tania pun naik ke atas motor dan melajukan motor dengan kecepatan sedang.
Kembali ke Singapore.
Saif baru saja sampai di hotel. Ia pulang lebih awal dibandingkan yang lain. Saif tidak ikut party karena ia sudah tahu pasti akan ada minuman keras. Saif lebih baik pamit pulang dan beristirahat. Yang penting ia sudah memenuhi jamuan makan malam.
Sampai di hotel, Saif langsung berwudhu: dan shalat Isya'. Setelah iru, ia membuka laptop untuk mengedit beberapa file karena besok ia akan melakukan pertemuan dengan salah satu perusahaan besar yang akan menjadi investornya.
Sudah larut malam, Saif pun sudah mengantuk. Namun saat ia membaringkan diri, ia tetap tidak bisa tidur.
"Ya Allah, ada apa ini?"
Ia berbalik ke kanan dan ke kiri namun tetap belum bisa tidur. Saif membuka galery di handphone nya. Ternyata tdi ia sempat men screenshot foto Shasa bersama Tania. Itu pun dilakukannya tanpa sadar. Ia sendiri terkejut melihat foto tersebut.
"Tania... " Saif mengulum senyum.
Dan tidak terasa Saif pun tertidur.
Jam 3 pagi.
Saif bangun dengan penuh syukur dan senyum sumringah karena semalam ia mimpi indah. Saif langsung masuk ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu'. Lalu ia melaksanakan shalat tahajud. Dalam do'anya ia meminta agar selalu dalam lindungan Allah, dijauhkan dari maksiat dan perbuatan zina. Ia juga meminta agar dimantapkan hatinya untuk membuka lembaran baru, dan dimudahkan segala urusannya.
Setelah selesai shalat tahajud, 30 menit kemudian Saif melakukan shalat Shubuh. Setelah itu, ia mengulang hafalannya.
Sekitar jam 9 pagi, Saif sudah siap untuk berangkat bertemu salah satu investor di salah satu perusahaan. Seperti biasa seorang sopir sudah menunggu Saif.
Sekitar jam 10, Saif sampai di perusahaan tersebut. Ia sudah disambut oleh seorang sekretaris.
"Mari tuan silahkan masuk, tuan Hasib sudah menunggu anda."
"Terima kasih."
Saif pun masuk ke dalam ruangan Tuan Hasib. Mereka berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Tidak lama kemudian datang seorang wanita muda masuk ke dalam ruangan tersebut. Ternyata dia adalah putri Tuan Hasib sekaligus manager di perusahaan tersebut. Namanya Dania. Dania hendak menjabat tangan Saif. Namun Saif langsung menangkup kan kedua tangannya. Dania pun mengerti maksud Saif. Mereka melanjutkan obrolan. Saif membuka proposal dan menjelaskannya secara rinci. Nampak Dania tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Saif. Sepertinya Saif memiliki daya tarik tersendiri baginya. Saif yang cuek tetap fokus pada tugasnya.
Setelah sekesai menjelaskan, Saif meminta pendapat Tuan Hasib. Tentu saja Tuan Hasib sangat tertarik. Bahkan Tuan Hasib tidak perlu berpikir lama untuk menyetujuinya. Dania yang juga tertarik kepada Saif pun menyetujui keinginan sang Ayah. Tuan Hasib pun menandatangani surat perjanjian bersama Saif.
"Tuan Saif, saya sangat senang melihat anak muda yang bersemangat seperti anda. Saya berharap kelak memiliki menantu seperti anda."
Dania menyunggingkan senyum mendengar ucapan Ayahnya.
"Terima kasih, Tuan Hasib. Saya hanya melakukan semampu saya. Semoga keinginan anda tercapai."
"Tuan Hasib, jangan pulang dulu. Kami sudah menyiapkan makan siang untuk anda." Ujar Dania.
"Sebenarnya tidak perlu repot-repot."
"Sama sekali tidak."
Sejujurnya Saif risih dengan pandangan Dania yang seakan terobsesi kepadanya. Tapi demi profesionalitas, ia harus menghormati Tuan Hasib. Akhirnya, Saif ikut makan siang bersama mereka di ruang makan yang juga berada di dalam perusahaan tersebut.
Setelah sekesai makan siang, Saif segera undur diri dengan beralasan ada kelentingan lain. Sekretaris Tuan Hasib mengantarnya sampai je bawah.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Biar lebih gampang merawat Tania dan full pahala
Aku yakin ayah ,bunda sama Sasha setuju
semoga cepat sembuh dan kabar bahagia untuk Tania soon y Thor 🤲🥰