(Warisan Mutiara Hitam Season 3)
Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.
Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.
Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.
Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lautan Api dan Kuali Retak
Pagi hari di Kota Awan Putih disambut dengan dentang lonceng raksasa dari puncak Pagoda.
Alun-alun utama kota telah disulap menjadi arena kolosal. Sepuluh ribu tungku alkimia berbaris rapi, membentuk lautan logam dingin yang sebentar lagi akan berubah menjadi lautan api. Di tribun penonton yang melayang di udara, puluhan ribu warga dan kultivator berkumpul, sorak-sorai mereka mengguncang langit.
Di tengah arena, Chen Kai berdiri tenang di depan tungku nomor 999. Di sebelahnya, gadis desa yang ia tolong kemarin, yang bernama Xiao Cui, berdiri di nomor 998 dengan wajah pucat karena gugup.
Di podium utama, Tetua Besi berdiri sebagai Kepala Pengawas Babak Pertama. Matanya menatap tajam ke arah Chen Kai, senyum licik tersembunyi di balik jenggotnya.
"Aturan Babak Pertama sederhana!" suara Tetua Besi menggelegar. "Kalian diberikan satu batang Akar Besi Hitam. Tugas kalian adalah memurnikannya menjadi esensi cair dalam waktu satu jam."
"Akar Besi Hitam?" Bisik-bisik panik terdengar di antara peserta. "Itu bahan yang sangat keras! Butuh Api Inti Emas setidaknya setengah jam hanya untuk melelehkan kulitnya!"
"Dan..." lanjut Tetua Besi, "Kalian hanya boleh menggunakan Batu Bara Roh yang disediakan di meja kalian. Dilarang menggunakan Api Qi pribadi!"
"Apa?!" Protes meledak. Menggunakan batu bara untuk melelehkan Akar Besi Hitam? Itu seperti mencoba melelehkan baja dengan lilin. Ini bukan ujian keterampilan, ini ujian kesabaran dan kontrol suhu yang gila.
"Mulai!"
BOOM!
Sepuluh ribu peserta mulai menyalakan tungku mereka. Asap hitam membumbung tinggi.
Chen Kai melihat tumpukan batu bara di mejanya. Matanya menyipit.
Batu bara itu... basah.
Bukan basah air, tapi direndam dalam Minyak Penyegel Panas. Batu bara ini tidak akan menghasilkan panas yang cukup, bahkan mungkin akan mematikan api jika dipaksa.
"Sabotase murahan," gumam Chen Kai, melirik ke arah podium. Tetua Besi sedang berpura-pura melihat ke arah lain.
Di meja sebelah, Xiao Cui sudah menangis. "Batu baraku... kenapa apinya tidak mau menyala?"
Rupanya, Tetua Besi tidak hanya menargetkan Chen Kai, tapi juga orang yang ditolong Chen Kai.
Di kejauhan, Liu Yan (nomor 1) sudah menyalakan apinya dengan mudah. Batu baranya berkualitas tinggi, menyala merah terang. Dia menoleh ke arah Chen Kai dengan seringai mengejek. "Selamat menikmati sampah, Grandmaster."
Chen Kai menghela napas. Dia bisa saja memprotes, tapi itu hanya akan membuatnya terlihat lemah.
"Xiao Cui," panggil Chen Kai pelan.
"Y-ya, Tuan?"
"Jangan pedulikan batu bara itu. Masukkan akarmu ke dalam kuali. Tutup rapat."
"Ta-tapi apinya?"
"Lakukan saja."
Xiao Cui, yang sudah menganggap Chen Kai dewa penolongnya, menurut. Dia memasukkan bahan dan menutup kualinya.
Chen Kai melakukan hal yang sama. Dia memasukkan Akar Besi Hitam ke dalam kualinya yang dingin. Dia tidak menyalakan batu bara basah itu.
Dia hanya meletakkan satu telapak tangan di dinding kuali.
Di tribun VIP, Putri Lan mengerutkan kening. "Apa yang dia lakukan? Dia tidak menyalakan api?"
"Mungkin dia menyerah," cibir Liu Yan dari jauh.
Namun, di dalam kuali Chen Kai, sesuatu yang mengerikan sedang terjadi.
Chen Kai tidak menggunakan api. Dia menggunakan Gesekan Gravitasi.
Dia mengaktifkan Fragmen Kedua. Di dalam ruang tertutup kuali, dia menciptakan medan gravitasi yang berputar berlawanan arah dengan kecepatan supersonik pada molekul-molekul udara di sekitar Akar Besi Hitam.
Gesekan udara yang ekstrem menghasilkan panas.
WUUUUUNG...
Kuali Chen Kai mulai bergetar. Bukan karena api dari bawah, tapi karena panas yang meledak dari dalam. Logam kuali itu memerah dalam hitungan detik.
"Suhu di dalam sana... sudah melebihi titik leleh batu bara," gumam Chen Kai. "Tapi ini belum cukup untuk memurnikan kotorannya."
Chen Kai melirik kuali Xiao Cui di sebelahnya. Dia menjentikkan jari kirinya secara diam-diam.
Sebuah benang gravitasi mikro terhubung ke kuali Xiao Cui, mentransfer getaran panas dari kualinya ke kuali gadis itu.
"Tuan! Kualiku... kualiku panas!" pekik Xiao Cui kaget.
"Fokus pada pemurnian," perintah Chen Kai. "Anggap saja dewa api sedang tersenyum padamu."
Waktu berlalu. Satu jam hampir habis.
Banyak peserta yang gagal. Kuali mereka meledak atau bahan mereka hangus karena kontrol suhu batu bara yang sulit. Liu Yan sudah selesai, memegang botol berisi cairan hitam pekat.
"Selesai!" teriak Liu Yan bangga. "Kemurnian 70%!"
Tetua Besi tersenyum puas. "Bagus sekali, Liu Yan. Sepertinya kau yang terbai—"
KLANG!
Chen Kai membuka tutup kualinya.
Tidak ada asap hitam yang keluar. Hanya uap putih wangi.
Dia menuangkan isinya ke dalam botol kristal.
Cairan itu bukan hitam. Cairan itu Transparan seperti Air.
Itu adalah Akar Besi Hitam yang telah dimurnikan hingga kotoran besinya hilang total, menyisakan esensi obat murni.
"Kemurnian... 100%?" Mata Tetua Besi hampir copot. "Bagaimana mungkin?! Kau bahkan tidak menyalakan apimu!"
Chen Kai menunjuk tumpukan batu bara basah di mejanya yang masih utuh.
"Api adalah alat untuk yang lemah, Tetua," kata Chen Kai, suaranya bergema ke seluruh arena. "Alkemis sejati memanipulasi Esensi Panas itu sendiri. Jika Anda memberi saya sampah, saya tetap akan memberikan emas."
Sorak-sorai penonton meledak. Mereka tidak paham tekniknya, tapi mereka melihat hasilnya. Pria ini memurnikan bahan tersulit tanpa api!
"Dan..." Chen Kai menunjuk Xiao Cui.
Xiao Cui dengan gemetar membuka kualinya. Dia menuangkan cairan berwarna abu-abu sangat muda.
"Kemurnian... 85%?!" Penguji di dekat Xiao Cui berseru kaget. "Ini... ini hasil terbaik kedua setelah Grandmaster Ye!"
Wajah Liu Yan berubah ungu. Dia dikalahkan oleh gadis desa yang kualinya dia tendang kemarin?
"Curang!" teriak Liu Yan. "Dia pasti curang!"
"Cukup!" suara Putri Lan terdengar dari tribun VIP. Dia berdiri, menatap Chen Kai dengan mata berbinar. "Hasilnya sah. Grandmaster Ye, kau benar-benar penuh kejutan. Aku meloloskanmu dan nona kecil itu ke babak kedua."
Tetua Besi menggertakkan gigi. Rencananya gagal total. Malah, dia secara tidak sengaja memberi panggung bagi Chen Kai untuk memamerkan teknik "tanpa api" yang legendaris.
Chen Kai berjalan meninggalkan arena, jubahnya berkibar. Dia melewati Tetua Besi dan berbisik pelan saat berpapasan.
"Lain kali, jika ingin menyabotaseku, gunakan yang lebih baik. Batu bara basah itu penghinaan bagi kemampuanku."
Chen Kai berlalu, meninggalkan Tetua Besi yang gemetar menahan amarah dan ketakutan.
Babak pertama selesai. "Grandmaster Ye Chen" kini bukan lagi sekadar tamu. Dia adalah ancaman nomor satu bagi Sekte Alkemis Dewa.
Chen Ling