Alinah seorang guru SD di kampungnya. Tidak hanya itu, Bahkan Alinah mengajak turut serta murid muridnya untuk menulis buku Antologi Alinah DKK. Alinah tidak memungut biaya sepeserpun atas bimbingan ini. Selain itu sosok Alinah juga sebagai seorang istri dari suami yang bernama Pak Burhan. Bagaimana aktivitas Alinah dalam keseharian itu akan terutang dalam buku ini. Alinah sebagai pendamping suami begitu sayang pada Pak Burhan. Bagaimana Alinah menjalani hari - hari selanjutnya tanpa ada Pak Burhan disisinya? Bagaimana pula Alinah meniti karir sebagai penulis novel? Simaklah buku ini untuk menatap dunia di luar sana .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mugiarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3: Alinah Bergelut dengan dirinya sendiri
Sumber gambar. Dokumen pribadi
Pagi itu terasa dingin. Alinah mandi dengan air hangat. Dia harus mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Mengajar adalah kewajibannya. Alinah guru yang rajin. Alinah tak menelantarkan anak didiknya. Mengajar itu harus fokus. Itu menurut Alinah. Sekalipun Alinah fokus mengajar namun gurat kesedihan masa lalu kerap muncul ke permukaan. Rasa sedih karena suami meninggal masih kerap muncul.
Alinah terkenang masa lalu ketika suaminya masih ada.
Flash Back
Saat itu Alinah sedang sakit jadi tak bisa masuk ke sekolah.
Alina Merasa terganggu oleh suara gemericik air. rupanya suami sedang mengisi air di kamar mandi. Alinah membolak-balikan badan. Mau bangun, namun dirinya masih mengantuk. Alinah mengumpulkan tenaga dan pikiran untuk bisa bangun dengan nyaman. Meski berusaha untuk bangun sekuat tenaga, rasa kantuk masih menyerang. Akhirnya Alinah tertidur pulas.
Saat tertidur pulas Alinah lupa dengan masalah pribadinya. Dia depresi dengan masalah yang sedang dihadapi.
Sejenak dia berhenti dari ingatannya di mana dia sangat depresi dengan segudang persoalan yang sedang menghantui dirinya. Betapa tidak! Harga dirinya sedang dipertaruhkan. Hutang sebagai modal usaha yang pernah dirintis bersama suaminya harus segera dibayar. Usaha suaminya diambang kebangkrutan. Penjualan perabotan tidak berjalan seperti yang dia bayangkan. Bagi Alinah orang yang senantiasa bersikap dan bertindak sesuai komitmen dia pun harus memikirkan bagaimana cara mengembalikan hutang-hutangnya.
Persoalan hidupnya bukanlah hal yang main- main baginya. Jika masalah ini menimpa pada orang lain, mungkin persoalannya tidak seberat yang Alinah rasakan. Barangkali orang yang menjalani ujian seperti yang saat ini Alinah jalani akan bersikap lebih tenang. Mereka berpikir, manusia yang masih hidup ya pasti punya hutang. Atau ada sebagian dari mereka yang berkomentar, dengan adanya hutang akan menambah semangat bagi hidupnya.
***
Tapi bagi Alinah yang terbiasa berakhlakul Karimah, membuat dia menanggung suatu beban yang teramat sangat. Dia begitu disiplin. Dia tidak ingin mengecewakan orang lain. Dan dirinya selama ini juga sangat konsekuen dengan satunya kata dan perbuatan. Tapi dengan persoalan yang sedang menimpanya saat Ini, membuat dirinya sangat tertekan. Dia bertekad ingin menikmati hidupnya tanpa adanya tagihan hutang. Walau hutang ini tak sebesar gunung atau pun sebanyak busa di lautan yang biru. Walau hutang itu sebenarnya masih dalam batas kewajaran. Bisa teratasi hanya dalam beberapa bulan saja.
***
Alinah memanggil suaminya dengan sebutan 'Aa'. Suaminya berasal dari Kota Kembang, Bandung. Namanya Burhan. Sebutan itu seperti halnya di daerah lain. Seperti, 'Mas' bila di Jawa.
Ketika Alinah terganggu oleh suara mesin pompa air itu, berisik', saat itu sang suami sedang menikmati teh hangat di sudut ruang itu. Pandangan matanya tertuju pada sebuah jalan yang melintang di depan rumah kontrakan itu. Rumah kontrakan yang tak terlalu luas itu tapi terasa nyaman untuk berteduh. Rumah kontrakan yang saat itu ijadikan sebagai tempat tinggal untuk sementara oleh Alinah dan Burhan. Dari balik jendela tampak kendaraan yang berlalu lalang. Baik pengendara sepeda motor, maupun pejalan kaki. Banyak di antara mereka para Ibu muda yang hendak mengantar sekolah anak-anaknya.
***
Alinah pergi ke sekolah. Hari itu jadwal Alinah begitu padat. Ketika Alinah menunaikan ibadah sholat Dzuhur dia kembali teringat dengan almarhum suaminya, Pak Burhan.
Flash Back
Setiap hari, Burhan menunaikan ibadah sholat Dzuhur.. Suatu bentuk penghambaan diri dari seorang hamba kepada Sang Khalik, Dia lah Allah Yang Maha Kuasa. Pak Burhan bersama Alinah sangat berharap bila mereka segera melunasi semua hutang-hutangnya. Siapa sih orang nya yang bisa tenang hatinya bila masih memiliki suatu tanggungan hutang dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Satu-satunya harapan saat itu mereka ingin menjalani suatu kehidupan dengan tanpa adanya beban hutang sedikitpun.
Setelah selesai sholat dhuha, Burhan membaca ayat suci al-qur'an. Meskipun bacaannya belum fasih betul. Tapi dia yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan belajar membaca al-qur'an dengan baik. Burhan seorang hamba yang taat. Selalu berusaha sebisa mungkin untuk senantiasa menjalankan segala perintah- perintah-Nya dan Berusaha sebisa mungkin untuk menjauhi larangan-Nya. Sekali saja shalat wajib tertunda, maka dia sangat merasa gelisah. Merasa seperti ada yang kurang.
Semasa hidupnya Pak Burhan kerap kali berpesan Pada Akinah,
"Sholat. Sholat janganlah ditinggalkan!" Kata Burhan dengan nada pelan.
“Ia, suamiku yang tampan dan baik hati” tutur Alinah.
Mendengar pujian itu tersenyum, Burhan memang dikenal sebagai sosok Budiman hanya yang pendiam, Pembawaannya tenang. Sangat berbeda dengan istrinya. Alinah dikenal sebagai sosok yang agresif dan suka mendominasi di dalam kehidupan rumah tangganya.
Selain itu juga Pak Burhan pernah membuka usaha bimbingan belajar yang dikelola sendiri. Tetapi usaha itu tidak dikelola dengan serius. Akan tetapi untuk saat ini Burhan sedang fokus di usaha dagang. Meskipun usahanya itu masih tergolong kecil-kecilan.
Ada suatu keprihatinan tersendiri di lubuk hati Alinah. Rasa prihatin di mana Pak Burhan belum memiliki keteguhan hati di dalam menjalani satu bidang usaha. Terkadang Budiman mudah terpengaruh dengan ajakan teman untuk menekuni usaha baru. Misalnya usaha emas batangan. Sementara Budiman tidak memiliki keahlian di bidang itu. Budiman kerap kali menuturkan bila dirinya ingin menekuni usaha baru.
"Aku mau usaha emas batangan. Aku mau Investasi di dalam usaha itu" tutur Burhan. Mendengar penuturan itu Alinah tersentak.
"Jangan Pak,aku tidak setuju bila usaha di bidang itu, persoalannya Pak Burhan belum tahu seluk beluknya. Nanti kita yang keteter sendiri." Alinah bersikukuh untuk tergiur dengan usaha itu. Menurut Alinah usaha bisa berjalan bila seseorang telah menguasai pengetahuan di bidang itu.
Setiap hari, Alinah menunaikan ibadah sholat dhuha. Suatu bentuk penghambaan diri dari seorang hamba kepada Sang Khalik, Dia lah Allah Yang Maha Kuasa. Baik Burhan atau pun Alinah sangat berharap bila mereka segera melunasi semua hutang - hutangnya. Semua orang pasti hidup merasa tidak tenang bila masih bersangkutan dengan hutang piutang. Hutang adalah beban hidup.
**”
Sore harinya Alinah pulang dari sekolah. Ada rasa lega tersendiri di hatinya bila usai mengajar. Melaksanakan rutinitas keseharian dalam mengajar. Guru yang baik adalah yang bekerja secara profesional. Melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sungguh- sungguh dan didasari oleh rasa ikhlas.
Guru yang baik itu juga guru yang berinteraksi belajar mengajar dengan siswa. Melakukan pengelolaan kelas. Membuat media pembelajaran yang dapat membimbing siswa secara aktif.
Alinah pun kerap kali membawa alat peraga, benda sesuai dengan aslinya. Alat peraga ini mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa.
Setibanya di rumah, Alinah memasak capcay, tidak ketinggalan menyiapkan makanan untuk Nara. Sepulang sekolah Nara pulang dalam keadaan lelah. Alinah mempersiapkan itu semua untuk Nara.
Mampir juga ya kak ke cerita aku, mari saling mendukung sesama penulis baru. Jangan lupa like & komen nya🤗🤗💋