NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:165.9k
Nilai: 4.5
Nama Author: aisy hilyah

Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.

Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.

Bagaimana kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nikah Dadakan

Dua sejoli baru saja keluar dari sebuah gedung kantor urusan agama. Mereka melangsungkan pernikahan hari itu juga meski tidak langsung mendapat akta nikah. Tentu dengan biaya yang tidak murah, dan itu semua ditanggung pihak perempuan.

Denis memperhatikan gadis itu, tersenyum sendiri saat membayangkan dia kini tengah menjadi seorang suami.

"Kau jangan sampai menghilang, satu Minggu lagi kita bertemu di sini," ucap gadis tersebut dengan senyum ceria.

Tak ada raut penyesalan di wajahnya, dia terlihat puas dan senang. Denis mengangkat pandangan, melirik gadis manis dengan lesung pipi diwajahnya. Sungguh manis.

"Oh ya. Kau tinggal di mana?" tanya Larisa.

Denis menggeleng pelan, masih mengenakan maskernya setelah beberapa saat ia buka saat melakukan pengambilan gambar tadi.

"Kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Larisa lagi sedikit terkejut.

Denis mengernyit, tentu saja punya. Dia seorang CEO dari sebuah perusahaan besar di kota itu. Sekedar tempat tinggal? Tentu dia memilikinya, tapi Denis memilih menganggukkan kepala. Menutupi identitas dirinya.

Menarik, aku akan mengikuti permainan wanita ini. Sejauh mana dia akan melakukan permainan ini.

Denis bergumam sembari menelisik wajah gadis itu. Dilihat dari ekspresinya, dia sebenarnya gadis yang periang dan ceria meski beban hidup berat ia pikul.

"Ah, tidak apa-apa. Kau jangan bersedih. Aku punya tempat tinggal sendiri meski tidak besar. Hari ini aku akan merapikan rumahku dulu, Minggu depan aku akan menjemputmu. Apa kau bersedia?" ucap Larisa tak berharap penuh Denis akan menyetujui idenya.

Kerutan di dahi laki-laki itu semakin bertambah, menelisik sorot mata bening milik Larisa, menyelami keadaan hatinya. Mata itu benar-benar memancarkan ketulusan, sekali bertemu saja Denis tahu dia adalah wanita yang baik.

Denis menganggukkan kepala lagi meski ragu, tapi ia cukup tertarik untuk melihat lebih jauh seperti apa kehidupan gadis yang baru beberapa saat menjadi istrinya itu.

Dilihat dari penampilan, sepertinya dia tidak memiliki cukup uang. Kasihan sekali jika seorang laki-laki tidak memegang uang. Hati Larisa bergumam.

"Mmm ... siapa namamu tadi? Aku lupa," tanya Larisa tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya yang rapi dan bersih.

"Denis," jawab Denis pelan.

Larisa mengangguk, seraya mendekat sembari menatap lekat mata elang milik Denis. Setidaknya dia ingin melihat lagi wajah suaminya itu.

"Boleh aku melihat wajahmu lagi? Agar aku tidak salah mengenalimu," pinta Larisa memasang senyum andalan, senyum manis yang menampakkan lesung di pipinya.

"Wajahku jelek juga menjijikkan. Semua orang tidak suka melihat wajahku ini," jawab Denis menguji Larisa.

"Menjijikkan?" Kedua alis berbentuk bulan sabit milik Larisa saling bertaut satu sama lain. "Siapa yang mengatakan itu?" Dia bertanya bingung, Denis pemuda yang tampan meski tertutup masker sekalipun.

"Apa benar kau ingin melihat wajahku? Apa kau tidak akan merasa takut?" tanya Denis memastikan.

Larisa melipat kedua tangan di perut, mendongak ke atas menatap kedua manik laki-laki itu. Ia tersenyum, kemudian menggeleng kuat.

"Untuk apa? Kau suamiku, kenapa aku harus takut?" katanya begitu menantang.

Denis tersenyum dari dalam maskernya. Wanita itu berbeda dengan kebanyakan wanita yang dia jumpai. Tanpa tahu status Denis, tanpa melihat seperti apa rupa Denis, dia melamarnya dengan yakin. Bahkan, sekarang telah menjadi istrinya.

"Baiklah, jika kau memaksa. Kuharap kau tidak lari dariku," ucap Denis yang kemudian membuka penutup wajah itu agar sang istri dapat melihat dengan jelas.

Bekas luka yang cukup panjang di bagian pipi sebelah kanan, menjadi hal yang pertama dilihat Larisa. Gadis itu tertegun, senyum di bibirnya hilang. Perlahan, bola matanya berputar kembali pada kedua manik Denis.

Di saat itu, orang-orang suruhan tuan Jaya menyaksikan dengan jelas pemuda dengan luka di wajahnya. Ia adalah sosok yang dicari tuan mereka, seorang pemuda yang telah menyelamatkan nyawanya.

"Dia pemuda yang malam itu menyelamatkan tuan. Sebaiknya kita beritahu tuan," ucap salah satu dari mereka seraya berbalik dan pergi dari tempat persembunyian untuk melaporkan apa yang mereka lihat.

Sementara Denis tak dapat berlama-lama menampakkan wajahnya. Tidak terbiasa apalagi di kota yang baru ia singgahi itu.

"Kurasa cukup, kau sudah melihatnya. Sekarang, terserah padamu. Apakah masih akan menerimaku sebagai suami, atau kau akan menceraikan aku," ujar Denis yang hendak menutupi wajahnya kembali.

"Tunggu!" Larisa mencegah tangan Denis yang hendak memasang masker. Ia meraba wajah itu, menyentuh bekas luka di sana.

"Apa ini sakit?" Larisa menatap kedua manik Denis, bertanya dengan sorot mata yang sendu.

"Tidak lagi," jawab Denis.

Gadis itu kembali menatap bekas luka Denis, meraba untuk kedua kalinya.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan bekas luka sebesar ini?" tanya Larisa sembari memperhatikan goresan itu.

"Sudahlah. Kau tidak perlu tahu. Apa kau merasa jijik seperti orang-orang?" Denis menepis tangan Larisa, kemudian mengenakan maskernya lagi.

"Hei!" Larisa kembali melipat kedua tangan di perut, bibirnya mengerucut. Terlihat menggemaskan. Tak terima dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Denis.

"Siapa yang merasa jijik? Meskipun begitu aku akan tetap menerimamu sebagai suamiku. Kau jangan pernah berpikir begitu," ucapnya dengan lantang.

Begitu? Baiklah, aku ingin melihat kegigihannya.

"Benarkah?" tanya Denis.

Larisa mengangguk pasti tanpa ragu sedikit pun.

"Tapi aku hanya laki-laki miskin, tidak punya rumah, tidak punya mobil, tidak punya uang, juga tidak punya pekerjaan. Apa kau masih mengakui aku sebagai suami? Apa kau tidak akan merasa malu pada teman-temanmu nanti?" cecar Denis dengan nada meremehkan.

Larisa menghentak kedua tangannya, menatap nyalang pada Denis. Dia tidak suka diremehkan.

"Aku tidak peduli. Sudahlah, jangan bicara. Berikan nomor teleponmu, Minggu depan aku akan menghubungimu saat kita akan bertemu di sini," ucap Larisa sembari mengeluarkan ponsel keluaran terbarunya.

Denis tersenyum, semakin tertantang untuk hidup bersamanya. Ia mengeluarkan ponsel miliknya, beruntung sudah meminta Haris untuk membelikannya yang biasa saja. Mereka bertukar kontak, kemudian berpisah untuk hari itu.

"Baiklah. Kau tunggu aku menghubungi. Ingat, jangan melarikan diri. Kita sudah menikah," ucap Larisa seraya memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya.

Ia berbalik hendak pergi, tapi kemudian urung dan menghentikan langkahnya. Tubuh yang semula hendak pergi, kembali mendekat pada Denis yang masih berdiri di tempatnya. Larisa mengeluarkan sebuah kartu, dan memberikannya kepada Denis.

"Ini tabunganku meskipun isinya tidak banyak, tapi sebagai laki-laki kau harus mempunyai pegangan uang. Gunakan saja uang di kartu ini, jangan sungkan. Aku pergi dulu," ucap Larisa sembari menggenggamkan kartu tersebut dalam tangan Denis.

Laki-laki itu tercenung, tak berpikir Larisa akan berbuat sebegitu jauh terhadap dirinya. Ia menatap bingung kartu di tangan, kemudian beralih pada punggung gadis yang berjalan menjauh darinya. Denis tersenyum lebar, menggelengkan kepala pelan.

"Denis Agata Mahendra, seorang CEO perusahaan terbesar dinafkahi seorang gadis. Astaga!" Dia tertawa, merasa konyol sendiri. Takdir apa yang sedang menimpanya kini.

"Tuan Muda! Tuan Besar ingin bertemu!"

Denis tersentak ketika suara seseorang menggema di telinganya. Ia berbalik, dan mendapati sekolompok orang berseragam berbaris di belakangnya. Mereka menunggu kedatangan seseorang, tapi siapa? Denis sama sekali tidak mengenali mereka.

1
Endra Ronggo
semangat kak author,,jangan lama2 up nya ya
Hafifah Hafifah
kasihan ya si denis harus ngeliat sang ibu dilecehkan dan juga mati mengenaskan didepan matanya sendiri
rama
lanjut
Yuli Anah
up'a jgn lama".. nanti keburu bosan yg nungguin..
Ochyie Aguztina
lanjut ka
Chris Antono
jangan terlalu lama y thor update nya
Rohma Wati Umam
Luar biasa
Maulidia Okta
cukup menarik, menggambarkan betapa sifat serakah akan menghancurkan segalanya....
Eemlaspanohan Ohan
lanjut lama. banget.up nya. thor
rama
lanjut
Hafifah Hafifah
wah berkas apa tuh
Hafifah Hafifah
dasar penjilat
Siti Muslimah
semangat thot
Hp Onlaiy
next Thor
Maisari
dijodohkan x Hunter XD di dalam did$ou"odikxjd0f fdidog🇨🇬😅🇪🇭🇧🇸😅🇬🇧🥴😙🤣🥰
Hafifah Hafifah
udah g usah kerja sama ama mahendra lw perlu ambil alih apa yg udah menjadi milikmu
Hafifah Hafifah
yg g pantas tuh kamu tadi aja mencemoh sekarang aja karna udah tau statusnya malah mau cari muka.g akan dilirik ama si dennis
Zarima Enny
hayooook lanjutttt thorrrrrrr
Zarima Enny
hayooook lanjutttt thorrrrrrr
Konny Rianty
lanjut thorrrr, seruuuu cerita nyaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!