NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangkit

Tiga hari penuh ketegangan telah Nayla lalui. Hari di mana dirinya bersusah payah mengawasi Hanum selama MPLS. Memastikan keamanan gadis itu dari para lelembut penghuni sekolah yang setiap saat hendak memangsanya. Dan kini kegiatan tersebut telah usai. Tinggal satu kegiatan yang paling diantisipasi Nayla, yakni Masa Orientasi Pramuka. Yang mana tugasnya akan semakin berat karena Hanum akan berada di sekolah saat malam Persami.

“Besok gimana caraku ngawasin dia?” gumam Nayla. Resah, ia belum terpikirkan apa pun untuk langkah selanjutnya.

Sandi yang melihat Nayla termenung di tempat wudu hingga tak sadar air keran terus mengalir segera mendekat lalu mematikannya. “Naya?” panggil Sandi dengan suara pelan.

Nayla tersentak lalu menoleh. Dilihatnya Sandi sedang menatapnya heran. “A—apa? Kenapa?” Nayla kelabakan.

“Kamu kenapa ngelamun di sini? Sampe nggak sadar rokmu basah, tuh,” tunjuk Sandi dengan dagu.

Nayla buru-buru mengecek roknya. “Aw! Ck!” gerutunya sambil menebah rok, bermaksud mengangin-anginkannya juga.

Sandi menumpukan dagu di atas tembok tempat wudu yang setinggi pundaknya. Anak laki-laki bermata sipit itu memang terkenal memiliki perawakan yang diidamkan banyak teman.

Nayla kembali tercenung. Ditatapnya wajah Sandi yang mengingatkannya pada Ozza. Matanya memicing. Lalu jemarinya bergerak ke depan mata membentuk kotak kamera.

Sandi mengernyit. “Kamu ngapain?”

“Nggak. Kamu bukan dia.”

“Siapa?” tanya Sandi sambil beranjak mengikuti langkah Nayla yang mengentak.

“Ada, deh.”

“Siapa, sih? Kamu udah terlanjur ngomong, ya lanjutin sampe sejelas-jelasnya, dong,” desak Sandi.

Nayla mendengus singkat. Ia lupa bahwa kepribadian Sandi cukup tengil jika rasa penasarannya disulut sedikit saja. Ia lirik cowok berkulit putih itu lalu berkata, “Orangnya udah almarhum.”

Sontak langkah Sandi terhenti. Dan tertinggal oleh Nayla yang melangkah cepat menuju ke ruang OSIS. Sandi mengerjap beberapa kali lalu menelan ludah. “Masa aku disamain sama orang mati?” gumamnya sambil bergidik ngeri.

Sandi celingukan sebentar. Lalu berjingkat mengekori Nayla. Nayla berhenti di ambang pintu ruang OSIS. Sandi nyaris menabrak gadis itu karena mengikutinya dengan terburu-buru.

“Kenapa nggak buruan masuk?” tanya Sandi.

Nayla menoleh ke belakang, tangan kanannya menjulur menyerahkan uang sepuluh ribuan. “Bisa tolong kamu beliin roti di kantin?”

“Tiba-tiba?” Lagi-lagi Sandi dibikin heran. “Kamu belum makan siang? Mau kubeliin bakso aja?”

Nayla menggeleng lalu menatap Sandi dengan ketus. “Buruan!” titahnya.

Mau tak mau Sandi mengambil uang Nayla lalu berlari mengerjakan perintah gadis itu. Nayla mendengus kesal. Menelan ludah, ia berusaha mengatur napas dan detak jantungnya. Diliriknya satu sosok yang tengah memanjat dinding sudut ruang OSIS.

Nayla masuk mengendap-endap lalu menutup pintu dengan hati-hati. Beruntung tak ada rekan-rekan OSIS saat ini. Ia sambar tusuk konde motif bunga yang tergeletak di meja bersama alat-alat tulis, entah milik siapa. Lalu dengan gesit ia naik ke meja rapat. Dan melompat di atas meja lainnya menuju hantu itu dengan cepat.

“Siapa kamu?!” teriak Nayla.

Sosok itu menoleh segera. Memperlihatkan sekujur badan yang menghitam dengan kulit-kulit terkelupas dihiasi titik-titik darah dan berbau amis menusuk hidung. Sontak Nayla menutup hidungnya dengan tangan kiri lalu mundur selangkah. Sosok itu meraung dan melompat ke arah Nayla. Nayla dengan sigap menghunjamkan tusuk konde berbahan plastik yang digenggamnya ke pipi kiri hantu itu hingga tembus ke pipi kanan.

“Huwek!” Nayla tak tahan, perutnya sangat mual.

Beruntung sosok hantu menjijikkan itu segera menghilang. Nayla bersyukur karena tak perlu menghadapinya terlalu lama. Belum sempat mengatur napas, Nayla tersentak saat mendengar derit pintu dibuka.

“Nih, Nay, roti pesenanmu.” Sandi sudah kembali. “Kubeliin yang biasanya. Isi abon, saus bangkok, sama mayones. Plus, dikasih selada gratis sama bu kantin,” cerocos Sandi.

Nayla berusaha mengatur ekspresi. Ia hanya mengangguk sebagai respons untuk Sandi. Nyatanya dalam pikirannya ribut sekali. Menerka siapa sosok astral tadi yang belum pernah dilihatnya di sekolah selama ini.

“Thanks,” sahut Nayla yang berusaha bersikap tenang. Kemudian beberapa siswa berbondong masuk ke ruangan. Salah satunya kaget melihat tusuk konde di tangan Nayla. “Nay, itu punyaku.”

“O—oh, sorry, aku pinjem bentar tadi,” ujar Nayla sambil menyerahkan tusuk kondenya. “Bagus. Di mana kamu beli?” lanjutnya, basa-basi.

Anak perempuan berambut kuncir kuda yang mengaku sebagai pemilik tusuk konde itu langsung semringah lalu memeluk lengan Nayla. “Aku beli di toko baju deket rumahku. Di sana sedia banyak aksesori juga. Tas, sepatu, mukena, buku-buku, lengkap pokoknya! Habis ini kita belanja ke sana yuk berdua!”

“Aku juga ikut, dong!”

“Jangan tinggalin aku!”

“Baju cowok ada, kan?”

“Kalo boneka?”

Celotehan teman-teman yang bisa membuat perasaan tegang Nayla berangsur tenang. Hingga ketenangannya buyar saat bau wangi menusuk indra penciuman. “Hanum?” desis Nayla.

Nayla melepas pelan pelukan teman di lengannya. “Sorry, guys, aku nggak bisa kalo hari ini. Ada urusan penting banget!” Nayla kemudian berjingkat ke kursinya. Menyambar tas, lalu melesat keluar ruangan. Meninggalkan para teman yang terheran-heran.

“Naya kenapa, sih? Dari kemaren-kemaren sikapnya aneh,” kata Sandi.

“Kamu naenyak?” ledek teman laki-laki.

***

Nayla berjalan cepat menyusuri koridor sembari mengedar pandang. Tampak jelas di matanya, para hantu berbondong-bondong menuju ke satu arah. UKS. Kontan Nayla berfirasat buruk. Pasalnya, bau wangi Hanum bercampur dengan amis kali ini.

“Bahaya, nih!”

Nayla berlari kencang menuju UKS. Berusaha mendahului para hantu yang hampir tiba di depan pintu. Derap larinya bahkan tak berhenti meski ditegur ramah oleh seorang guru. “Maaf, Bu!” teriak Nayla tanpa menatap gurunya.

Ditariknya pundak sesosok kuntilanak yang sampai di ambang pintu hingga terjerembab menubruk hantu-hantu lainnya. “Hanum!” teriak Nayla dengan spontan. Membuat perawat UKS tersentak sampai mengelus dada. “Dek Nayla, ngagetin aja.”

“Maaf, Bu!” Nayla melangkah masuk kemudian memutar badan. Menghadap ke luar ruangan, memelototi semua lelembut yang menggeram kesal karena dihadang. Nayla menyeringai. Ditutupnya pintu UKS dari dalam.

“Kenapa pintunya ditutup? Ini kan waktunya pulang?” tegur perawat yang berjaga.

“Udara luar kotor banget, Bu, banyak debu,” jawab Nayla sambil celingukan. “Oya, ada anak perempuan yang dirawat di sini, ya?” tanyanya.

Perawat itu mengangguk. “Anak kelas 7. Kayaknya dia ketiduran, tuh.”

Nayla melangkah menuju satu bilik yang gordennya tertutup. Ia bisa mencium bau wangi yang menguar dari sana. “Apa keluhannya?” tanyanya lagi, berusaha terlihat biasa saja.

“Sakit perut,” jawab perawat. “Dia masuk dianter temennya. Aneh, padahal udah waktunya pulang kan harusnya bablas pulang aja, diobatin di rumah. Tapi malah ke sini.”

Nayla sampai di depan gorden. Tegang, bulu kuduk meremang, jantungnya berdegup kencang tak karuan. Ia abaikan ocehan perawat yang masih sibuk memberinya penjelasan.

“Kayaknya dia ketiduran karena minum obat yang mengandung penenang biar nggak kesakitan.”

Nayla hanya mengangguk sebagai respons. Tangannya terjulur perlahan. Lalu menyibak gorden yang menutupi ranjang pasien di bilik itu.

DEG!

Mata Nayla membelalak. Refleks ia menutup hidung dengan punggung tangan. Dilihatnya Hanum sedang berbaring dengan mata terpejam. Namun alisnya mengernyit seperti menahan sakit. Terang saja, karena yang Nayla lihat adalah sosok menjijikkan di ruang OSIS tadi sedang berjongkok di atas perut Hanum saat ini.

Nayla mengentakkan kaki menuju ranjang Hanum. Sosok hantu hitam itu terkejut lalu melompat ke jendela. Nayla hendak mengayunkan tinjunya, tapi hantu itu keburu menghilang lagi. Napas Nayla terasa berat karena bau wangi Hanum kian menguat.

“Hanum?” panggil Nayla begitu ia menghampiri gadis berambut keriting itu. Dilihatnya Hanum masih memejamkan mata tapi raut wajah tak baik-baik saja. Nayla seolah bisa menduga, bahwa saat ini Hanum sedang bermimpi buruk.

“Hanum, bangun,” bisik Nayla di telinga kanan lalu ke telinga kiri Hanum.

Dan sejurus kemudian mata Hanum terbuka dengan tiba-tiba. Ia membelalak menatap lurus ke arah Nayla. “M—mbak— Nayla,” ucapnya dengan terbata. Kemudian menoleh ke sana kemari, seolah mengamati situasi. Sedetik kemudian air mata menetes di pipi. Didekapnya leher Nayla dengan tangan gemetaran.

Nayla mengelus lembut punggung Hanum. “Perutmu sakit banget, ya?”

Hanum melepas dekapannya lalu mengangguk pelan. “Sakit perutku karena ternyata hari ini pertama kalinya aku dateng bulan.”

Sontak napas Nayla tertahan. Akhirnya ia mendapat jawaban. Atas keanehan dalam diri Hanum yang menguarkan semerbak wangi hingga menarik perhatian para makhluk astral. Kini ia yakin bahwa perkataan mendiang ayah yang dulu tak sengaja didengarnya tentang keistimewaan Hanum adalah benar.

Ketika Hanum menginjak masa puber, maka bangkit pula kemampuan spesial. Dirinya menjadi poros makhluk dunia seberang. Jika jiwanya lemah akan dimangsa. Jika kuat bisa menjadi penakluk mereka.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!