NovelToon NovelToon
AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Fantasi Timur / Raja Tentara/Dewa Perang / Ilmu Kanuragan
Popularitas:73.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Hancurnya Istana dan Kotaraja Wuwatan Mas oleh serangan Ratu Lodaya membuat Prabu Airlangga harus mengumpulkan kembali keluarga dan para pengikutnya yang tercerai-berai. Satu tekad nya untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang, membuatnya harus membuat perjanjian dengan Dewa-dewa dari Kahyangan Suralaya tentang nasib anak keturunannya kelak.



Dukungan dari seluruh rakyat Medang juga keluarga besar nya membuat semangat Prabu Airlangga kembali membara untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang seperti para leluhur nya.



Berhasilkah Prabu Airlangga mengembalikan Kerajaan Medang seperti dahulu? Simak selengkapnya dalam kisah AIRLANGGA 2 Dewaraja ring Medang. Di jamin seru dan mendebarkan. Selamat membaca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertapaan Patakan

Ledakan dahsyat terdengar kembali. Burung-burung semakin ketakutan karena suara ledakan keras yang kembali menggelegar. Hewan-hewan buas yang ada pun tak kalah paniknya dengan cepat bersembunyi di sarang mereka masing-masing.

Tubuh Bermana si Iblis Gunung Andong terpental jauh ke belakang dan menghantam tanah dengan keras. Seteguk darah segar muncrat keluar dari dalam mulutnya. Dengan sempoyongan, dia bangkit sembari menggenggam erat gagang Cambuk Api Angin. Matanya tajam penuh dendam menatap Prabu Airlangga.

Raja muda yang cukup kondang di kalangan para pendekar tanah Jawadwipa ini hanya tersurut mundur beberapa langkah saja ke belakang meskipun gelombang kejut ledakan dahsyat ini sanggup merobohkan sebuah bangunan gubuk milik peladang yang berjarak 100 depa jauhnya. Seolah-olah dia sama sekali tidak terpengaruh oleh ledakan dahsyat yang mengguncang ini.

"Jangan sombong kau, Airlangga.. Aku masih belum kalah!! "

Usai menggembor buas ini, Bermana si Iblis Gunung Andong menjejak tanah dengan keras lalu melesat cepat ke arah Prabu Airlangga sambil menyabetkan cambuk berapi nya.

Whhuuuuttth..!!

Ujung Cambuk Api Angin mengincar tubuh Sang Maharaja Medang. Prabu Airlangga melompat mundur beberapa langkah ke belakang sembari meletakkan Pedang Naga Api sejajar wajahnya hingga belitan ujung Cambuk Api Angin berhenti pada bilah pedang berpamor merah ini.

Bermana berusaha keras melepaskan ujung cambuk berapi nya dengan menyentak nya sekuat tenaga. Namun usahanya sia-sia belaka. Malah Prabu Airlangga yang ganti menarik Pedang Naga Api. Akibatnya Bermana si Iblis Gunung Andong yang tidak ingin kehilangan Cambuk Api Angin nya ikut tertarik ke arah Prabu Airlangga.

Sang Maharaja Medang dengan cepat memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras pada perut Si Iblis Gunung Andong.

Dhhhiiiiiiieeeeeeeeeesssssshhh!!

Aaaaauuuuuuugggghhhhh...!!!

Tubuh Iblis Gunung Andong terpental ke belakang. Cambuk Api Angin lepas dari genggaman. Melihat hal itu, Prabu Airlangga dengan cepat merapal mantra Ajian Brajamusti. Cahaya biru terang berhawa panas tercipta di telapak tangan kirinya. Dia langsung menghantamkan telapak tangan kiri nya ke arah Bermana si Iblis Gunung Andong yang masih mengambang di udara.

Whhhuuuuuummmmmmmm...

Bllaaaaaaaaaammmmmmmm!!!

Tubuh Bermana langsung meledak dan terbakar usai Ajian Brajamusti telak menghajar tubuhnya. Kepingan-kepingan tubuhnya langsung tersebar ke berbagai arah dengan api yang masih menyala.

Melihat pasangan kumpul kebo nya tewas, Dewi Krepi yang luka dalam lumayan parah langsung melarikan diri dengan melompat ke arah rimbun pepohonan yang tumbuh di sekitar tempat itu. Sebentar kemudian tubuhnya sudah menghilang di balik lebatnya hutan. Sementara anak buah Si Iblis Gunung Andong kesemuanya berhasil di tumbangkan oleh Mapatih Mpu Narotama bersama para prajurit Medang.

Parahita, Mapatih Mpu Narotama dan para prajurit Medang langsung berjongkok dan menyembah pada Prabu Airlangga. Di belakangnya, Senopati Mapanji Tumanggala ikut berlutut pada sang Maharaja Medang.

"Sembah bakti kami pada Gusti Prabu Airlangga.. ", ucap semua orang yang ada di tempat itu.

" Bangunlah semuanya, jangan banyak adat di tempat seperti ini", mendengar perintah Prabu Airlangga, semua orang tanpa terkecuali langsung berdiri.

"Kakang Mapatih Mpu Narotama...

Bagaimana kau ada di sini? Dimana keluarga ku sekarang? ", tanya Prabu Airlangga kemudian.

" Melapor pada Gusti Prabu Airlangga, keluarga besar Istana Wuwatan Mas selamat. Hanya saja Gusti Selir Dewi Citrawati yang hamil tua seperti nya akan segera melahirkan. Selain itu, mereka kini dalam perlindungan dari Wiku Sanata Dharma di Pertapaan Patakan", jawab Mapatih Mpu Narotama segera.

"Baguslah kalau begitu...

Kalau begitu, aku akan menengok keluarga ku di Pertapaan Patakan. Tapi aku akan memberikan tugas pada mu untuk mengumpulkan para prajurit Medang yang tercerai-berai di Alas Trenggulun. Juga bangunlah sebuah pertahanan disana untuk persiapan menyerang Ratu Lodaya Nyai Calon Arang. Berangkatlah sekarang juga..", perintah Prabu Airlangga.

"Sendiko dawuh Gusti Prabu..", Mapatih Mpu Narotama segera menghormat pada Maharaja Medang ini sebelum bergegas meninggalkan tempat itu.

Setelah kepergian Mapatih Mpu Narotama yang terkenal cerdik dan dapat dipercaya untuk menata para bawahan, Prabu Airlangga bersama dengan Parahita dan Senopati Mapanji Tumanggala segera bergegas menuju ke arah Pertapaan Patakan.

Dari balik pepohonan, Dewi Krepi mengepalkan tangannya erat-erat sem sembari terus menatap ke arah Prabu Airlangga dan dua orang pengiring nya yang bergerak ke arah utara.

"Airlangga, akan ku balas kematian Kakang Bermana ini!! "

Dua hari kemudian....

"Kakang Patih, kau harus membalaskan dendam ku. Bajingan itu sudah membunuh saudara ipar mu. Dia bahkan melecehkan ku juga menghina orang orang Kerajaan Wuratan. Kau harus membunuh nya untuk ku", ucap Dewi Krepi sembari berurai air mata.

"Kurang ajar, Airlangga!!

Dia berani membunuh adik ipar ku dan melecehkan mu. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tapi untuk meminta Gusti Prabu Wisnuprabhawa menggerakkan pasukan Wuratan, itu sangat sulit adik ku. Harus ada masalah besar dulu untuk memicu sebuah perang melawan Medang", ucap Patih Indrakelana sembari menatap langit timur yang biru.

"Kita tidak butuh pasukan banyak untuk membunuh Airlangga, Kakang Patih..

Aku tahu saat ini bajingan itu sedang berada di Pertapaan Patakan, hanya sedikit prajurit yang sedang mengawalnya. Seribu orang prajurit ditambah orang-orang ku, sudah cukup untuk mengantarnya ke neraka. Bagaimana menurut mu?", senyum licik terukir pada wajah Dewi Krepi.

"Ada hal baik seperti ini? Hahahaha...

Batara Agung sedang berpihak pada ku rupanya. Jika aku berhasil membunuh Airlangga dan pengikutnya, Gusti Prabu Wisnuprabhawa pasti akan memberikan hadiah besar untuk ku. Setidaknya akan memberikan kedudukan sebagai Raja bawahan Kerajaan Wuratan. Ini bisa menjadi batu loncatan bagi ku untuk menjadi raja merdeka.

Baiklah, Adik ku. Seribu orang prajurit Kepatihan Wuratan akan mendukung mu. Kapan kita berangkat? ", Patih Indrakelana segera menatap ke arah Dewi Krepi untuk meminta penjelasan.

" Secepatnya Kakang Patih..

Kalau kelamaan menunggu, aku khawatir si bajingan itu sudah kabur lebih dulu", mendengar ucapan Dewi Krepi ini, Patih Indrakelana segera bangkit dari tempat duduknya.

"Hari ini juga, kita berangkat ke Pertapaan Patakan. Minta si wiku tua itu untuk menyerahkan Airlangga. Kalau dia menolak, kita ratakan Pertapaan Patakan dengan tanah! ", tegas Patih Indrakelana segera. Dewi Krepi langsung menyeringai lebar.

Keesokan paginya, rombongan prajurit Wuratan yang dipimpin oleh Patih Indrakelana bersama dengan Dewi Krepi dan beberapa pendekar pilih tanding dunia persilatan bergerak meninggalkan Kotaraja Kambang Putih. Dalam waktu setengah hari saja, mereka telah berhasil sampai di utara Alas Ngimbang yang berada di sisi utara Pertapaan Patakan.

Prabu Airlangga sedang asyik menemani kedua istri kesayangannya bersama dengan putri mahkota Kerajaan Medang Nararya Sanggramawijaya Tunggadewi. Gadis kecil yang sudah menginjak usia 4 tahun ini terlihat sedang lucu-lucunya karena mulai jahil pada emban pengasuh nya.

"Saya rasa, sebentar lagi saya akan segera melahirkan Kangmas Prabu..

Dari kemarin, perut ini terus menerus mual dan mulas. Sepertinya bayi dalam perut ku ini sudah tidak tahan ingin melihat dunia Kangmas Prabu", ucap Dewi Citrawati sembari mengelus perutnya yang membuncit.

"Jika sudah waktunya, dia akan segera lahir Dinda Citrawati. Kau harus sabar dan banyak berdoa pada Hyang Widhi Wasa agar persalinan mu nanti lancar tanpa ada halangan suatu apa", ucap Ratu Galuh Sekar Kedaton sembari tersenyum penuh arti. Perempuan cantik ini terlihat beberapa kali mengelus perutnya.

"Terimakasih atas perhatian mu, Yayi Ratu..

Aku sungguh bersyukur kedua istri ku saling melengkapi saat kita sedang ada masalah seperti ini. Tapi yakinlah bahwa ini hanya sementara. Setelah persiapan ku rampung, aku akan membawa kalian kembali ke istana baru kita", ucap Prabu Airlangga segera.

"Kenapa kita tidak kembali ke Wuwatan Mas saja, Kangmas Prabu? Itu adalah tempat awal dari semuanya.. ", tanya Ratu Galuh Sekar kemudian.

"Kota yang sudah tercemar oleh serbuan pasukan musuh, tak layak lagi untuk ditinggali Yayi Ratu..

Dia akan menyimpan catatan aib pada sejarah anak keturunan kita di masa depan. Aku sudah memerintahkan pada Kakang Mapatih Mpu Narotama untuk membantu benteng pertahanan baru di Alas Trenggulun. Tempat itulah yang akan kita kembangkan sebagai ibukota baru Kerajaan Medang ", urai Prabu Airlangga dengan gamblang.

Saat mereka sedang asyik bercengkerama, tiba-tiba muncul ratusan prajurit mengepung Pertapaan Patakan. Para prajurit Medang yang tersisa di bawah pimpinan Tumenggung Renggopati dan Parahita langsung bersiap menghadapi segala kemungkinan.

Seorang laki-laki bertubuh kekar dengan kumis tebal berpakaian bangsawan langsung menepak kuda hitamnya ke arah para prajurit Medang yang menbentuk pagar betis di depan balai utama Pertapaan Patakan. Sembari mengerahkan tenaga dalam nya pada leher, lelaki paruh baya ini langsung berseru lantang,

"Airlangga, keluar kau!! "

1
Idrus Salam
Dalam hal mendamaikan hati para wanita rupanya lebih handal Prabu Jayengrana daripada Prabu Airlangga.

Heheh
Fatur Rohman
keren
Fatur Rohman
keren
Fatur Rohman
sangat bagus..bisa buat pembaca merasakan

kerajaan dahulu
Umar Muhdhar
5
Umar Muhdhar
4
Umar Muhdhar
3
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
Umar Muhdhar
o
Asep Dki
bakalan tambag lgi selir nih airlangga..😆😆😆👍👍👍
andymartyn
gak terbayang bagaimana renggos, doyok ama Bancak kalau ngobrol pasti seru
Esther M
nambah bojo maning kang Ebez....sang Prabu mantabbb...
Idrus Salam
ternyata atas izin Prabu Airlangga, Tumenggung Sakri dapat menggunakan Pedang Naga Api yang menjadikan Mpu Sakri dikemudian hari adalah orang yang menyimpan Pedang Naga Api hingga ke tangan pemegang selanjutnya.
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
lo baca itu gak bangg @🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅 Dyah KencanaWangi.. KencanaWangi.. ini kembaran gw bangg satu biyung tapi beda bopo 🤣 Pendekar berilmu tinggi pulaa.. bukan main dah aah 😊🤭😎
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅: Ouw... lain biyung lain bopo, bilang dong 😅
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾: weh.. adek kembar gw tu... satu biyung lain bopo 😂😂
total 3 replies
🐼𝒫𝒶𝓃𝒹𝒶𝓃𝒲𝒶𝓃𝑔𝒾
ha ha ha.. /Facepalm/ /Facepalm/ /Facepalm/

Tumenggung mah bebaass kalo lagi marah, siapa coba yang berani bantah, apalagi ini Tumenggung Renggos, kumis nya aja serem gitu 🤣🤣
arumazam
seraanghhhh
saniscara patriawuha.
calon bojone sopo iku.... mang eBeezzzz
Eddy Airborne
mantap
Andbie
sip lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!