Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Please Franz
Hari pernikahan pun tiba. Mereka semua sudah berada di hotel tempat mereka mengadakan pernikahan.
Walau tak seindah bayangannya, tapi jika hari ini Zenita benar-benar menikah dengan Devin ini adalah hari terindah baginya.
Namun sejak pulang semalam Devin tidak ada kabar lagi setelah ia mengatakan sudah sampai di rumahnya semalam.
Bahkan dipagi hari ini pesan Zenita tak kunjung tersampaikan. Saat dihubungi pun nomor Devin tidak aktif dan tidak bisa dihubungi.
"Bagaimana Zen. Apa Devin sudah mengabarimu?"
"Belom juga Ma. Sekarang malah nomornya tidak aktif."
"Bagaimana bisa? Apa dia berniat membatalkan pernikahan ini? Tidak begini juga caranya Dev!" Mama Lisa yang sudah mulai curiga dan kesal terhadap Devin.
"Benarkah? Tidak kan Ma???" Zenita berniat agar semua ini tidak akan terjadi. Karena menikah dengan Devin adalah impiannya. Ia sudah mulai berkaca-kaca mendengar semua itu jika sampai semua ini batal.
"Mama juga tidak tahu. Kenapa sekarang nomor Devin tidak aktif coba?"
"Mungkin dia kecapean Ma. Hpnya mati mungkin dia lupa mengecas" Zenita masih berharap penuh dan sangat yakin bahwa Devin pasti akan segera datang untuk menikahinya.
"Setidaknya dia menghubungimu dengan nomor lain. Tapi sekarang kenapa seluruh keluarganya tidak ada yang bisa dihubungi Zen." Semakin buruk pikiran mama Lisa sekarang.
"Terus kita harus bagaimana Ma?"
"Kita tunggu sampai jam 1 siang. Jika mereka bener-bener tidak datang kau terpaksa harus menikah dengan orang lain. Ini sungguh memalukan jika kau sampai batal menikah Zenita!"
Mama Lisa sudah terlihat sangat marah. Ia mempunyai filing yang sangat buruk hari ini.
Jika sampai Devin tidak datang ke pernikahan ini lantas siapa yang harus menggantikannya? Ini sungguh memalukan jika putriku tidak jadi menikah. Bahkan ini adalah sebuah kesialan yang akan terus menghantui putriku nanti. Ini tidak boleh terjadi.
"Drrt..Drrt.." Ponsel sedikit bergetar. Tanda pesan masuk ke ponsel Zenita. Namun ternyata itu adalah Alana yang mengabari ia sudah sampai di ruang resepsionis hotel.
Alana pun masih tidak percaya jika Zenita mengalami kecelakaan kemaren. Ia sengaja datang lebih awal untuk menjenguk dan menemaninya juga menjelang akad pernikahan. Namun tidak tahu bagaimana dengan kabar Liora sekarang. Sampai sekarang ia juga belum memberi kabar apapun untuk datang.
Sementara sejak tadi Zenita terus berharap, berdoa dan memohon agar kekasihnya segera datang. Namun sepertinya harapannya akan segera pupus karena waktu sudah menujukan pukul 12 siang. Tentunya tinggal 2 jam lagi menjelang akad pernikahannya.
"Bagaimana ini Ma? Mereka belom juga datang. Sepertinya mereka benar-benar mempermainkan kita!" Papa Zenita pun sudah sangat kesal dan geram sejak tadi. Jika sampai ini semua terjadi ia pasti tidak akan pernah memafkan Devin beserta keluarganya.
Sampai waktu sudah menunjukkan setengah 1 lebih sekarang.
Bahkan para tamu mulai ramai berdatangan. Walaupun masih tamu yang memiliki ikatan keluarga dengannya namun ini sudah membuat hati Zenita terasa porak poranda tak karuan.
Karena tentunya tamu Undangan akan segera datang dan diatur pada pukul setengah 2 siang.
Alana juga sama sekali tidak menyangka jika hari ini Devin tidak akan datang ke pernikahan ini.
"Bagaimana ini Alana? Devin belom juga datang. Kalo sampai batal aku pasti akan sangat malu."
"Aku tidak yakin akan itu Zen. Kak Devin itu sangat suka sekali padamu. Terlebih sikapnya kepadamu selama ini. Dia pasti akan datang walupun sedikit terlambat. Tenanglah Zen." Kehadiran Alana mampu menghadirkan kehangatan untuk mereka yang sedang gelisah sekarang.
Nyonya Lisa pun keluar dengan terburu-buru meninggalkan kamar hotelnya setelah melihat jam. Sementara putrinya masih sibuk dirias oleh Mua.
Ia terlihat menuju ke lift dan turun menuju ke tempat gedung pernikahan itu.
Disana tentunya terlihat sudah banyak saudara yang berdatangan. Para pelayan dan anak buahnya pun ikut serta membantu dan mempersiapkan gedung pernikahan itu termasuk Franz. Ia terlihat sedang asik merapikan kursi dan meja para tamu bersama dengan supir lainnya.
"Franz. Ikutlah denganku!" Nyonya Lisa yang tiba-tiba saja ada didekatnya dan menyeretnya dengan lembut untuk mengikutinya.
"Ada apa Nyonya? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Franz pun bingung dengan Nyonya majikannya yang justru malah menuntunnya untuk meninggalkan gedung pernikahan itu dan mengajaknya menuju ke lift untuk naik ke lantai atas.
Sementara waktu tinggal 15 menit lagi untuk menentukan penentuan waktu buat Devin dan keluarganya akan datang atau tidak. Namun sampai saat ini belom ada tanda-tanda mereka akan datang.
"Kau sudah menikah? Kau masih lajang bukan?"
Franz memang supir termuda diantara yang lain. Ia juga terbilang sangat tampan bagi sekelas supir sepertinya. Body tubuhnya pun tegap, gagah dan pokoknya sempurna. Karena ia sangat suka berolahraga. Bahkan ia sendiri yang memiliki tubuh paling putih diantara yang lain. Memang ia sedih tua untuk sang Nona.
"Iy-iya tapi. Kenapa Nyonya menanyakan hal ini. Apa ada masalah?" Masih bingung dengan tingkah Nyonya majikannya yang tak seperti biasanya.
"Menikahlah dengan putriku. Jika Devin tidak datang kemari!"
"Hah! Bagaimana bisa begitu Nyonya?"
"Bisa saja. Ini kesalahanmu juga kan. Kau yang telah membiarkan putriku kecelakaan?"
"Iya tapi..?"
"Sudahlah! Mau tidak mau jika Devin tidak datang kau harus menikah dengan putriku hari ini!"
Sampai akhirnya lift pun terbuka dan keduanya sudah berada dilantai atas.
"Mas Devin pasti datang Nyonya."
Mendengar kata itu membuat Nyonya Lisa berhenti dan menatap Franz dengan intens.
"Apa kau juga tidak mau menikah dengan putriku sekarang?"
"Bu-Bukan seperti itu Nyonya. Tapi pernikahan itu bukannya sebuah permainan."
"Kalau begitu jangan bermain-main dengan putriku!"
Bagaimana caranya aku menjelaskan pada Nyonya Lisa.
"Tapi saya sudah mempunyai Tunangan Nyonya."
Franz sudah berusaha keras untuk menolak. Karena memang benar ia baru saja bertunangan beberapa minggu yang lalu. Ia juga merasa tidak pantas untuk menikah dengan majikannya sendiri. Apalagi sekelas Nona Zenita.
Masa iya ia menikah dengan Nona Zenita tapi ia sudah bertunangan dengan orang lain.
Begitulah yang sedang ia pikirkan sekarang. Tentu saja ini bukanlah hal yang mudah,namun hal yang besar dalam kehidupannya. Itu artinya ia juga akan mengkhianati tunangannya. Orang yang tentu sangat ia cintai sekarang.
"Baru tunangan kan? Bukan istri? Apa kau mau bilang saja kalau kau juga tidak ingin menikah dengan putriku karena keadaannya sekarang?"
"Bukan seperti itu juga Nyonya. Tapi Saya.."
"Apa kau benar-benar tidak mau membantuku hari ini saja? Please Franz. Menikahlah dengan putriku. Tolong selamatkan reputasi keluargaku juga." Sekarang justru malah Nyonya Lisa yang memohon pada Franz.
Astaga! Bagaimana ini? Bagaimana caranya agar aku bisa menjelaskan padanya? Ya Tuhan.
Sampai pada akhirnya keduanya sudah berada di depan pintu kamar hotel itu. Sementara pukul 1 tinggal tersisa 5 menit lagi. Sudah pasti dan sangat pasti Devin dan keluarganya tidak akan datang ke pernikahan ini.
Keduanya pun langsung memasuki kamar hotel pengantin pria untuk dirias. Walaupun Franz dengan perasaan terpaksanya sekarang berada dikamar itu.
"Ini pengantin prianya. Dandani dia secakep dan sekeren mungkin. Aku tidak mau tahu. Dia harus terlihat sangat tampan hari ini." Memerintah sekaligus menegaskan pada Mua pengantin itu.
"Nyonya tapi saya.. "
"Please Franz. Kita tidak punya waktu lagi untuk bermain-main."
Astaga! Apa yang terjadi dengan hidupku sekarang?
Mama Lisa pun segera meninggalkan Franz dan kembali ke kamar hotel miliknya. Terlihat putrinya yang akan segera selesai dirias. Walaupun ia menggunakan kursi roda. Ia terlihat sangat cantik dan sempurna. Apalagi jika dia sehat seperti kemaren. Sudah pasti seperti bak bidadari.