Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 06 Malam panas
Warning!!
Episode kali ini, mengandung adegan dewasa. Mohon untuk sebagian pembaca. Bijaklah!😊
*****
Setelah bercumbu mesra di dalam toilet, akhirnya mereka berdua kini dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun yang menempel.
Dimas kali ini malah semakin ganas dalam bermain, dia mengangkat satu kaki Laura dan melingkarkannya ke pinggangnya sendiri.
Mungkin ini terdengar seperti mu ra han bagi Laura, namun apa boleh buat. Akibat perlakuan arogan istri Dimas, membuat Laura geram dan semakin agresif untuk mendapatkan Dimas.
"Engh.."
Le ngu han Laura membuat Dimas semakin ber ga irah. Entah apa yang merasuki Dimas sehingga dia bisa tergoda oleh sentuhan Laura.
"Ternyata kau pandai menyenangkan orang, Hum? Kau tak ada bedanya dengan penari wanita di dalam sana." Ucap Dimas sambil mencium pundak Laura.
"Oh yah? Apa kau yakin dengan ucapanmu itu pak dosen dingin?" Mengalungkan tangannya.
"Sial, aku tidak tahan lagi." Meremat pinggang Laura."
Laura pun langsung meringis saat Dimas meremat pinggangnya, saat ini Dimas benar-benar tidak bisa menahan nafsunya untuk segera merasakan tubuh indah Laura.
"Suttt.. Aku punya satu permintaan sebelum kau menerobos gawang ini." Mendorong Dimas dengan pelan dan menarik kakinya kembali.
Dimas pun kesal, ga irahnya kini sudah di ujung tanduk, tapi Laura malah terus berbicara. "Cepatlah, aku tidak tahan lagi Laura!" Pekiknya dengan kesal.
"Aku ingin menjadi simpananmu pak, dan tentunya kau harus memberikanku sesuatu yang menyenangkan. Contohnya uang!" Ucapnya tersenyum sambil memiringkan wajahnya.
Dimas tanpa sadar langsung mengangguk dan membalikkan tubuh Laura sehingga posisi Laura memunggungi Dimas.
Akhirnya mereka berdua melakukan adegan panas yang terjadi di toilet Bar. Dan Bar ini akan menjadi saksi dimana Dimas dan Laura melakukan perselingkuhan untuk pertama kalinya.
Dan terjadilah dimana mahkota yang selalu Laura jaga, kini dia pun memberikannya secara percuma pada seseorang yang berperan menjadi suami orang.
Seperti judulnya, Laura awalnya memang tak berniat untuk menjadi orang ketiga. Namun karena keadaan dan juga dendam dalam dirinya, akhirnya dia pun memainkan orang ketiga dalam pernikahan Dimas dan Vina.
Memang peran Laura disini terkesan mu rahan, namun sayang. Dendam sudah menyelimuti pikiran dan hatinya, sehingga semua ini terjadi.
*
*
*
Ke esokan harinya.
"Bu, mana ayah?!" Pekik seorang gadis kecil berlari dan berteriak mencari ayahnya.
"Amel, jangan lari nanti kamu jatuh!!" Ucap Vina dengan tatapan marah.
Bukannya mendengar ucapan ibunya, Amelia malah mengabaikannya dan terus berlari mencari Dimas di setiap ruangan.
Vina yang merasa geram pun langsung berdiri. "AMELIA, BISAKAH KAU DENGARKAN UCAPAN IBU?!" Teriaknya pada sang putri.
Degh.
Amelia pun langsung memberhentikan langkahnya saat sang ibu berteriak padanya.
"Apa kau tuli? Kenapa kau tidak mendengarkan ucapan ibu hah?!"
Saat itu juga, Amelia pun langsung menunduk dan menitikkan air matanya. Pasalnya, ini pertama kalinya sang ibu berteriak dan memarahinya..
"Hiks.."
"Aku hanya ingin tahu dimana ayah, kenapa aku tidak melihatnya pagi ini, biasanya ayah suka membangunkanku." Menangis.
Vina sadar, bahwa ucapannya telah melukai putrinya. Bukan tanpa sebab, ia masih kesal pada suaminya tersebut karena pertengkaran semalam.
"Maaf, maafkan ibu nak. Ibu tak bermaksud memarahimu, hanya saja ibu--"
"Tidak papa, aku paham. Sepertinya aku akan ijin untuk tidak sekolah hari ini, Amel tidak enak badan." Memotong pembicaraan Vina. Sambil menyeka air matanya.
Sontak Vina pun terkejut dan mendekat ke arah Amelia. "Apa kamu sakit nak? Kenapa tidak memberitahu ibu?" Ucapnya dengan nada lembut.
"Amel gak papa bu.. Hiks.. Hanya saja Amel ingin ayah." Tertunduk dan menangis kembali.
Greb.
Saat itu juga, Vina langsung memeluk putrinya sambil mengusap surainya. Dia menyesal telah membentak Amel tanpa sebab.
"Ibu akan menelpon ayah sekarang, tapi kamu berhenti menangis ya?"
Amelia mengangguk.
Vina langsung mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya, dia pun langsung bergegas memanggil suaminya lewat sambungan telepon.
"Ayolah angkat, aku tidak ingin Amelia sedih lagi." Gumamnya pelan sambil menggigit ujung kuku tangannya.
Tutt.. Tutt.. Tutt..
"Astaga, dia benar-benar enggan untuk mengangkat telepon dariku." Gumam hatinya yang kesal.
Namun Vina tetap mencoba kembali untuk menelpon suaminya. Kali ini dia panik, dan berpikir, bagaimana jika Dimas tetap tak mengangkatnya.
"Hallo..?" Terdengar suara dari sambungan teleponnya.
Degh.
"S--suara perempuan?"
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!