NovelToon NovelToon
Gadis Berisik Kesayangan CEO Pembaca Pikiran

Gadis Berisik Kesayangan CEO Pembaca Pikiran

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Naik Kelas / Pembaca Pikiran
Popularitas:221.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Berkat bantuan sang ayah yang bekerja sebagai sopir di keluarga kaya, Daisy diterima bekerja di perusahaan milik bos ayahnya. Namun, Daisy yang bar-bar, ceroboh, bahkan berisik, dituntut menjadi pendiam. Sebab Athan selaku anak dari bos ayahnya yang menjadi CEO di perusahaan Daisy bernaung, anti berisik.

Selain sangat pendiam sekaligus misterius, sejak kecil Athan merupakan seorang indigo. Namun karena kejadian memilukan di masa lalu, Athan yang awalnya bisa melihat sekaligus mendengar kejadian tak kasatmata, jadi kehilangan semua itu. Hanya saja, pertemuannya dengan Daisy membuatnya mendengar setiap isi pikiran bahkan suara hati Daisy yang sangat berisik.

Athan nyaris memecat Daisy yang sudah beberapa kali membuat masalah. Namun kenyataan ayah Daisy yang meninggal karena menyelamatkan Athan, membuat Athan merasa bahwa Daisy merupakan tanggung jawabnya. Fatalnya, meninggalnya ayah Daisy juga membuat rencana pernikahan Daisy dengan tunangannya batal.

“Menikahlah denganku! Aku bersumpah akan selalu membahagiakanmu!” ucap Athan sungguh-sungguh.

“Ketika orang kaya terlebih itu bosmu mendadak mengajakmu menikah. Padahal kamu enggak punya kelebihan selain bikin susah, satu-satunya alasan paling masuk akal kenapa itu sampai terjadi. Karena memang kamu akan dia jadikan tumbal pesugihan! Kabur saja Daisy, si bos Athan memang agak laen!” batin Daisy yang tentu saja, lagi-lagi bisa Athan dengar. Andai Daisy tahu, pasti ia tidak akan terus-menerus membahas sikap misterius Athan, di dalam hatinya apalagi pikirannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Kesalahan Fatal

“Ya Allah ... alhamdulillah banget! Hari ini aku merasa sangat berguna!” batin Daisy yang melakukan peregangan kedua tangan di tengah kedua matanya yang terpejam. Selain itu, ia juga sudah berulang kali menguap.

“Setelah satu minggu menunggu, akhirnya hari ini aku mengerjakan banyak pekerjaan! Bukan hanya dari pak Athan, tapi juga teman kerja!”

“Aku bikinin mereka kopi, belikan mereka banyak pesanan, hingga aku jadi punya banyak teman!”

“Rasanya aku senang banget. Begini ya, capek karena sibuk kerja? Berasa jadi orang penting!”

“Mmm ... sekarang aku bebas ... waktunya aku tidur!”

Daisy yang terus berbicara dalam hati, mengakhiri ucapannya dengan senyuman hangat. Ia baru saja melewati pintu masuk utama dan berupa kaca tebal. Gadis itu tak menyadari jika karena ia sibuk berbicara dalam hati maupun pikiran, makin membuat Athan keberisikan. Athan yang melangkah agak jauh dari Daisy jadi makin gondok.

“Padahal sudah sengaja jaga jarak! Sebenarnya, ... orang-orang seperti Daisy merupakan gambaran orang ceria, atau malah orang yang paling kesepian, sih?!” pikir Athan.

Athan sengaja berhenti melangkah dan lagi-lagi alasannya demi menjaga jarak dari Daisy. Di tengah kesunyian malam yang sudah gelap, ia sengaja menunduk dan memang masih tidak bersemangat. Suasana kantornya terbilang sepi sekaligus gelap. Karena memang hanya beberapa pekerja saja yang masih bertahan di ruang kerja masing-masing untuk lembur. Itu saja tak sampai menimbulkan suara berisik melebihi hati dan pikiran Daisy.

Di lobi Athan berada benar-benar hanya berisi Athan yang masih menghindari Daisy. Namun di dekat jalan, di pos satpam sana, biasanya ada seorang satpam yang bertugas.

Tepat ketika Athan menoleh ke depan, jantungnya nyaris copot lantaran terlalu kaget. Dengan kedua matanya sendiri ia melihat, Daisy yang masih meregangkan tangan, berakhir jatuh tengkurap di bawah teras depan perusahaan. Tampaknya gadis tidak mau diam itu terlalu kelelahan atau malah mengantuk. Karena untuk pertama kalinya, mereka keluar dari kantor, sekitar pukul sepuluh malam layaknya sekarang.

“D—dia, masih hidup, kan?” batin Athan sengaja agak melongok dari tempatnya berpijak. Apalagi setelah menunggu agak lama, Daisy tak kunjung bangun. Termasuk suara gadis itu yang tak lagi mengganggu pendengarannya. “Sepertinya dia kelelahan setelah dari sore sibuk membantuku menyiapkan rapat!” pikir Athan.

“Ini kenapa aku juga jadi enggak bisa dengar suara hati maupun pikirannya lagi, ya? Apa efek ada kaca penghalang, aku jadi enggak bisa dengar suara hati dan pikirannya lagi?” pikir Athan lagi yang segera melanjutkan langkahnya.

Athan sengaja mempercepat langkahnya guna memastikan Daisy yang tetap sepi. Di depan teras, tubuh mungil Daisy masih meringkuk agak tengkurap.

“Beneran tetap sepi? Dia enggak langsung bablas pindah dimensi atau malah stroke dadakan, kan?” batin Athan benar-benar panik.

Awalnya, Athan hanya melongok keadaan wajah Daisy. Ia terlalu takut, Daisy yang tengil memang sengaja mengelabuhi dirinya. Namun setelah Athan sampai menaruh tasnya di tempat duduk sebelah setir mobil miliknya dan ia siap mengemudi, tetap tidak ada perubahan dari Daisy.

Di belakang sana, Daisy tetap meringkuk. Hingga Athan yang memang takut kecolongan Daisy mengalami luka fatal, buru-buru turun kemudian membopongnya. Athan membawa Daisy ke rumah sakit. Sampai di depan klinik terdekat, Athan segera membopong Daisy lagi. Pemuda itu memboyong sang asisten pribadi masuk ke dalam IGD.

“Ini kenapa, Kak?” sergah dokter yang bertugas di dalam IGD menanyakan penyebab Daisy seperti sekarang ini, kepada Athan.

“Tadi dia jatuh. Habis itu sepi enggak ada suaranya lagi!” ucap Athan jujur sejujur-jujurnya di tengah jantungnya yang deg-degan parah. Ia juga sampai berkeringat dingin. “Gitu-gitu, Daisy anak pak Maryo. Apa yang harus aku katakan ke pak Maryo, kalau Daisy sampai kenapa-kenapa!” batin Athan.

Dokter yang menangani Daisy sengaja menggunakan stetoskop miliknya. Namun sebelum ia menaruh bagian stetoskopnya di dada Daisy, ia mendengar suara yang sangat khas. Suara khas yang juga membuatnya maupun Athan yang berjaga refleks bertatapan.

“Hyooookkkk ... hyoookkk ....” Daisy sungguh ngorok. Alasan gadis itu tak kunjung bangun, murni karena tidur.

Athan yang awalnya panik sekaligus ketakutan jadi jengkel sendiri. Namun, Athan sengaja menghubungi pak Maryo. Sejengkel apa pun, Athan baru meninggalkan Daisy setelah pak Maryo dan sang istri datang bersama adik laki-laki Daisy.

Wajah jengkel Athan berikan kepada keluarga Daisy. Ia melangkah sambil menatap arloji di pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul setengah dua belas malam hingga di tengah emosinya, bibirnya berucap keji, “Jika dia tidak niat kerja, jangan dipaksa. Saya tidak butuh pekerja seperti dia!”

Athan tahu, mengambil keputusan ketika sedang emosi bukan hal yang dibenarkan. Layaknya membuat janji ketika sedang bahagia dan sangat tidak dibenarkan. Namun, pada kenyataannya Athan sudah tidak tahan. Daisy yang selalu berisik, selalu saja merepotkan. Selain Daisy yang bagi Athan terlalu ceroboh. Bagi Athan, Daisy belum siap terjun ke dunia kerja. Daisy hanya coba-coba dan tentu saja bukan karyawan yang Athan butuhkan.

“Haduuh ...,” refleks orang tua Daisy.

Pak Maryo memilik mengejar Athan, sementara sang istri dan juga putranya yang kiranya sebaya Ren, memilih menyusul Daisy. Yang mereka tahu dari Athan, Daisy masih tidur di IGD dan sampai sekarang belum berhasil dibangunkan. Benar saja, di salah satu ruang IGD yang hanya tertutup tirai, Daisy masih ngorok. Dokter yang mengarahkan mereka juga sampai memasang wajah kelah sambil menggeleng tak habis pikir.

“Mas Athan, ... tolong maafkan Daisy, Mas!” mohon pak Maryo sambil terus berlari di sisi Athan. Sebelumnya, ia belum pernah melihat Athan seemosi bahkan sangat kecewa layaknya sekarang.

Pak Maryo yang sudah mengabdi selama sepuluh tahun ke keluarga Athan, baru merasakan imbas marah dari seorang Athan yang sekadar bicara kepadanya, seolah tidak sudi.

“Pak Maryo,” sergah Athan tegas dan sengaja berhenti melangkah. Ia tak lagi menghindari pak Maryo. “Begini yah, Pak. Sebenarnya, ini bukan kesalahan fatal pertama yang Daisy lakukan. Dari satu minggu lalu, dari awal Daisy bekerja ke saya, dia sudah berulang kali melakukan kesalahan. Ini terakhir, tadi siang saja, semua dokumen penting yang saya titipkan ke dia untuk diantar ke karyawan dan mereka masih dalam satu kantor, raib!” ucap Athan tidak bisa untuk tidak emosi.

Di depan IGD, ibu Syifa dan sang putra sudah berhasil memboyong Daisy. Daisy masih terkantuk-kantuk dan sibuk menguap. Ia tak membawa tas kerja yang selalu menghiasi bahu kanannya karena tas itu kini telah berpindah ke pundak kanan ibu Syifa. Kendati demikian, layaknya adik dan juga mamanya, ia masih bisa melihat sang ayah yang sampai berlutut menyembah-nyembah kepada Athan. Meski jarak keduanya dari kebersamaan mereka ada sekitar dua puluh meter, mereka tetap bisa melihat dengan jelas.

“Kamu ngapain, sih? Aduh ....” Ibu Syifa langsung tidak bisa berkomentar.

“Aku ... apa kemarahan bos Athan masih ada kaitannya dengan dokumen-dokumen itu? Yang harusnya aku antar, tapi mendadak hilang? Namun sebelum itu, aku diminta bikin kopi buat semua karyawan di lantai bawah, oleh mbak Elena? Aku sudah jelasin ke bos Athan, tapi bos Athan lebih percaya ke mbak Elena, dan setelah itu pun, mbak Elena maupun bos Athan, tetap marah-marah ke aku?” pikir Daisy dan memang bisa didengar dengan sangat baik oleh Athan.

Suara pikiran Daisy pula yang membuat Athan termenung menyimak.

“Jangan bilang, maksud ucapan bos Athan kali ini, yang bilang aku enggak usah kerja karena aku hanya berbakat bikin masalah, memang itu pemecatan buat aku? Kalau gini caranya, aku harus bikin perhitungan ke mbak Elena! Soalnya mbak Elena yang aku titipi dokumen itu! Dia yang memaksaku bikin kopi buat satu warga konoha!” batin Daisy lagi benar-benar kesal. Meski selanjutnya, ia dibuat tercengang dengan pemandangan di depan sana.

“Mas Athan, awas!” teriak pak Maryo yang menarik kemudian mendorong Athan sekuat tenaga. Ia menjauhkan Athan dari mobil pria itu diparkir dan memang dekat dari jalan.

“Pak Maryooooo!” teriak Athan. Dengan kedua matanya sendiri, ia yang sempat terbanting setelah mendadak ditarik sebelum didorong sekuat tenaga oleh pak Maryo, melihat pak Maryo tergilas mobi pajero putih.

Pajero putih yang mengemudi tak beraturan dan sampai menggilas tubuh pak Maryo, berakhir menabrak tiang listrik seberang Athan jatuh. Mobil bagian depannya meledak, dan kejadian mencekam itu terjadi dalam sekejap.

“Ayaaaaahhhhhh!!” Daisy, ibu Syifa maupun Daniel sang adik, berseru histeris menangisi keadaan pak Maryo. Ketiganya langsung lari menghampiri di tengah situasi di sana yang langsung didatangi pengendara lain.

1
Chee Leong Lim
cerita yang sangatbagus
Marisa Chikita Raya
keren
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Sativa Kyu
👍👍👍
Rosmiati Ros
author, aq harus baca di mana kisah syukur dan erla? ayolah Thor kasih tahu saya
Rosmiati Ros: aq sudah ke sana, tapi aq lihat baru ada brp bab, jadi aq bacanya nanti saja kalau sudah tamat, aq baca kisah bian dan aqwa dulu
IG : @Rositi92❣️❣️🏆🏆💪🤲: Inov*el atau Drea*me Kak
total 2 replies
My_Tulip🌷
duhhh kurang banyak ini ceritanya.. saking bagusnya..
Nurmiati Aruan
walahh jadi ikutan dag dig dug ini jantung...😱
Nurmiati Aruan
sweet nya Athan
Nurmiati Aruan
🤣🤣🤣 aduhhh Dimas.,...
Nurmiati Aruan
bos agak laen ya....😀
ALVERA NA USER FACEBOOK INDONESIA 07//09//19
🥰🥰
Mma Aldi
Luar biasa
Erina Munir
ok othoor
Erina Munir
tq othoor...yg sabar ya....semoga sukses selalu...semangaat othoor
Erina Munir
beruntung daisy punya suami athan....bisa banget ngemongnya
Erina Munir
sabar n semangat ya thoor
azka myson28
akirnya ketemu juga 2sodara ini setelah sekian tahun
Erina Munir
kesian daisy...
azka myson28
athan panggil soulmate mi dihutan situ pasti keluar..dia kan sekarang jadi pawang hutan tua😁
Erina Munir
sabaar biaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!