Gadis Berisik Kesayangan CEO Pembaca Pikiran
“Ingat, ... jaga sikap! Jangan berisik, bahkan bila perlu jaga napas! Karena sekadar napas saja, kamu sangat berisik!” ucap pak Maryo kepada sang putri yang sudah cantik bahkan rapi.
“Ini Ayah enggak sekalian minta aku buat jangan bernapas, biar lunas aku langsung pindah alam bahkan,” ucap Daisy selaku lawan bicara pak Maryo, dan memang merupakan putri dari pak Maryo.
“Baru dibilangin jangan berisik!” lirih pak Maryo sambil membekap mulut sang putri. Ia sangat geregetan meski memang begitu keadaan putri semata wayangnya.
“Ya ampun Ayah, lipstikku bisa nempel di tangan ayah. Lagian aneh banget sih, masa manusia dan memang belum mati, diwajibkan selalu mode senyap!” bawel Daisy tetap mengoceh meski mulutnya masih dibekap erat oleh sang ayah.
Berkat bantuan sang ayah yang bekerja sebagai sopir di keluarga kaya, Daisy diterima bekerja di perusahaan milik bos ayahnya. Namun, Daisy yang bar-bar, ceroboh, bahkan berisik, dituntut menjadi pendiam. Sebab Athan selaku anak dari bos ayahnya yang menjadi CEO di perusahaan Daisy bernaung, anti berisik.
Pak Maryo yang bertubuh kecil sekaligus tidak begitu tinggi, mengawasi penampilan sang putri. Daisy yang memiliki tubuh mungil, memakai pakaian serba panjang. Kemeja lengan panjang berwarna putih, celana panjangnya berwarna hitam. Sementara untuk rambut sepunggung Daisy yang berwarna kecokelatan, sengaja pak Maryo tuntut untuk selalu diikat rapi. Namun kali ini, Daisy sampai menyanggulnya dan itu lebih dari rapi dari target yang pak Maryo aturkan.
“Ini beneran gaya rapi ala-ala pramugari, Ayah. Sudah, percaya ke aku! Meski seragamku, kemeja putih sementara celana warna hitam, mirip taek cecak!” bisik Daisy tetap bawel.
“Alah ... sudah ... sudah, ... Ayo masuk dulu. Sungkem ke orang tuanya mas Athan. Ingat, mamanya mas Athan namanya ibu Hasna. Sedangkan papanya mas Athan namanya pak Rain. Jangan sampai ketukar!” sergah pak Maryo sambil merangkul sekaligus menuntun masuk sang putri.
Mendengar itu, Daisy langsung merenung serius. “Pak Hasan dan ibu Rain, kan?” bisiknya memastikan sekaligus yakin.
“Eh! Kan, kebalik! Dibilangin, namanya ibu Hasna ... Hasna, bukan Hasan. Kalau Hasan itu kembarannya Hasna!” jelas pak Maryo tak mengizinkan sang putri jadi masuk rumah mewah di hadapan mereka. Bahkan meski kaki mungil sang putri nyaris menginjak bibir pintu masuk.
Daisy menatap tak habis pikir sang ayah sambil menghela napas dalam. “Ayah ngajarin aku enggak sopan. Masa manggil bos, langsung nama gitu. Hasna Hasan, aku laporin loh Ayah ke ibu Rain. Eh, ibu Hasna!”
Saking geregetannya kepada sang putri, pak Maryo sampai menjewer Daisy. “Bocah, ya! Awas saja kalau kamu sampai bikin gara-gara! Ingat, diam dan tahan napas!” ucap pak Maryo lagi-lagi memaksa.
“Masalahnya Ayah ... kalau aku terus nahan napas, takutnya aku malah kentut!” rengek Daisy. Masa iya, harus sesenyap yang ayahnya aturkan. Memangnya, seseram apa anak bos ayahnya dan bernama Atahan? Batin Daisy kesal sendiri. “Aku pites nanti kepalanya si Athan kalau yang ada, dia cuma bikin hidupku yang sudah susah, jadi makin mirip dijajah!” batin Daisy.
Namun entah atas dasar apa, suara hati Daisy barusan bisa terdengar oleh Athan. Athan yang memakai setelan jas warna biru gelap, sampai berhenti melangkah. Di tengah anak tangga yang tengah Athan lewati, pemuda tampan itu mencari-cari.
“Itu tadi siapa? Suaranya beneran asing. Tapi dia sebut-sebut namaku?” batin Athan sampai mengawasi tas kerja yang ia tenteng menggunakan tangan kanan. “Enggak, aku enggak lagi telepon. Dan suara tadi pun, terdengar nyata bukan yang melewati perantara,” batin Athan, seiring ia yang melanjutkan langkah. Di lantai bawah sana, di teras depan kolam ikan dilengkapi air mancur, orang tuanya tengah sarapan. Tentu saja, ia menjadi orang yang ditunggu-tunggu kehadirannya, mengingat di sana sudah dalam formasi lengkap. Ren sang adik yang berusia lima tahun saja sudah memakai seragam sekolah.
“Sudah ayo cepat! Pokoknya kamu harus jaga sikap!” tegas pak Aryo. Kali ini, ia benar-benar memboyong masuk Daisy ke rumah sang majikan, sebelum gadis berkulit kuning langsat itu lanjut ke kantor.
Ketimbang Athan, pak Maryo dan Daisy memang lebih dulu sampai. Semua itu terjadi lantaran selain pak Maryo dan Daisy melangkah buru-buru agak lari, Athan justru hanya melangkah santai.
Hal yang langsung Daisy lakukan setelah sang ayah menghantam punggungnya ialah buru-buru bersimpuh di hadapan pak Rain yang ia sungkemi dengan takzim.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, pak Rain. Nama saya, Daisy Putri Ramadan. Saya putri dari pak Maryo sopir Pak Rain. Terima kasih banyak karena sudah mau memberi saya kesempatan bekerja di kantor Bapak. Karena dengan bekerjanya saya, otomatis saya tak lagi jadi pengangguran. Dan dengan demikian, saya juga jadi bisa menggelar pesta pernikahan. Karena kebetulan, dua bulan lagi saya akan menikah!” ucap Daisy yang meski berucap lirih, tetap saja berisik.
Bukan hanya ibu Hasna dan Ren yang kebingungan dan sampai berdiri dari duduknya. Karena pak Rain yang disalami juga. Alih-alih merasa tersanjung apalagi bangga, pak Rain malah bingung. Beban hidup pak Rain mendadak bertambah lantaran asisten pribadi putranya dan tak lain Daisy, malah sudah dipastikan sangat berisik.
Pak Maryo juga langsung menepuk jidat sebab setiap wanti-wantinya, tetap tidak bisa membuat Daisy diam.
Karena suasana di sana malah senyap. Bahkan pak Rain yang masih ia jabat tangan kanannya menggunakan kedua tangan juga tak kunjung menjawab. Daisy berangsur memastikan. Ia menatap setiap wajah di sana, dan tak sengaja melihat sosok Athan.
“Bentar! Jangan-jangan dia yang namanya Athan, si anti berisik itu? Bentar ... bentar. Itu kok dia merhatiin aku sampai segitunya!” batin Daisy yang tetap menatap Athan, meski kedua tangannya masih menjabat tangan kanan pak Rain. Selain itu, ia juga masih bersimpuh.
“Hah ... jadi yang dari tadi berisik, gadis itu? Ada pak Maryo juga ... bentar ... jangan bilang, ... jangan bilang kalau dia justru si Daisy anaknya pak Maryo yang bakalan jadi asisten pribadiku? Ya ampun ... Berisik banget! Yang ada bukannya tenang, aku beneran bisa gillaaa!” batin Athan sudah langsung tidak cocok kepada Daisy.
Selain sangat pendiam sekaligus misterius, sejak kecil Athan merupakan seorang indigo. Namun karena kejadian memilukan di masa lalu, Athan yang awalnya bisa melihat sekaligus mendengar kejadian tak kasatmata, jadi kehilangan semua itu. Hanya saja, pertemuannya dengan Daisy membuatnya mendengar setiap isi pikiran bahkan suara hati Daisy yang sangat berisik.
“Oh iya ... kok ... k—kenapa ... kenapa aku bisa dengar suara hati bahkan pikiran dia?” pikir Athan jadi bertanya-tanya sekaligus penasaran. Ada apa, dan juga kenapa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
yonahaku
lanjut baca walaupun sudah tamat semangat
2024-06-19
0
FiaNasa
otw kesini...😀😀si deasy klau disuruh tahan nafas terus kan bis pindah alam to pak pak 🤣🤣
2024-06-16
0
Al Fatih
setelah dari yg sana,, aq baru kesini Bun ...,, pengen tau kelanjutannya Daisy sama Athan....,, dan mqkn juga sapa tau d singgung2 tentang syukur dan elra....,,
2024-06-14
1