Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sementara itu, di sebuah restoran yang berada tak jauh dari kantor pusat Perusahaan Murphy. Terlihat ada Tuan Arthur yang sedang makan siang bersama dengan Jerry.
Mereka sedang membicarakan rencana pernikahan Jerry dengan Vanessa.
"Sudah tiga hari Om memberikan kesempatan kepada pria itu untuk datang jika ingin bertanggungjawab terhadap kehamilan putri Om. Tapi rupanya pria itu sama sekali tidak datang." Cerita Tuan Arthur.
Tuan Arthur sangat mempercayai Vanessa sedang hamil karena Vanessa sudah memperlihatkan testpack kepadanya, di testpack tersebut memperlihatkan ada garis dua. Padahal testpack tersebut adalah milik salah satu pengurus panti asuhan yang sedang mengandung. Vanessa melakukannya untuk membuat ayahnya percaya bahwa dia sedang hamil muda.
Tuan Arthur melanjutkan perkataannya, "Seperti yang Om harapkan, akhirnya pria brengsek itu tidak datang sama sekali. Tapi apakah kamu yakin mau menerima Vanessa walaupun Vanessa sedang mengandung anak dari pria lain, Jerry?"
Jerry menganggukkan kepalanya. "Tentu saja aku pasti akan menerimanya, Om. Karena aku sangat mencintaimu Vanessa. Padahal cinta aku sangat tulus kepada Vanessa, karena itulah aku tidak pernah pernah berpikir sekalipun untuk menyentuhnya di luar pernikahan."
Tuan Arthur sangat merasa tersentuh dengan perkataan Jerry. Jerry adalah sosok pria yang sangat pantas untuk bersanding dengan putrinya. Walaupun Tuan Arthur menyadari bahwa dirinya bukanlah pria yang baik, tapi dia sangat berharap Vanessa menikah dengan pria yang baik-baik dan terjamin masa depannya.
"Sebenarnya om merasa tidak enak hati kepada ayahmu. Tapi rupanya ayahmu akan menerima apapun keputusan kamu. Tadinya Om memberikan kesempatan kepada pria brengsek itu bukan kehendak om, itu keinginan Vanessa. Tapi berhubung pria brengsek itu tidak datang juga, nanti malam om ingin mengundang kamu dan ayahmu makan malam untuk membahas rencana pernikahan kamu dengan Vanessa yang akan digelar dua hari lagi."
"Iya, Om. Tentu saja aku dan ayah pasti akan datang." Jawab Jerry.
Jerry memang sangat mencintai Vanessa, walaupun sebenarnya hatinya sangat marah setelah mendengar kabar bahwa Vanessa sedang hamil. Tapi tetap saja dia tidak rela jika seandainya Vanessa menjadi milik orang lain. Sehingga dia terpaksa harus pura-pura menerima keadaan Vanessa yang sedang hamil.
Walaupun Jerry sangat mencintai Vanessa, tapi dia tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruknya, yang sering tidur dengan wanita malam. Mungkin itulah yang membuat Vanessa bersikukuh tidak mau menikah dengan Jerry.
...****************...
"Sebenarnya menjadi presiden itu bukanlah keinginan saya. Tapi tiba-tiba saja saya mendapatkan tawaran dari par-tai Bersahaja untuk mengusung saya sebagai calon presiden. Mungkin karena saya sering membantu orang-orang tidak mampu. Padahal saya sangat tulus membantu mereka. Sehingga hati saya terketuk, jika seandainya saya menjadi presiden, saya ingin membuat semua orang miskin di negeri ini kehidupannya terjamin. Sungguh hati saya sangat sedih melihat banyak sekali orang-orang miskin di negeri ini menderita."
Saat ini Diego sedang menonton sebuah acara berita di televisi, dia tersenyum kecut ketika mendengar pidato sang calon presiden, Tuan Aldo. Salah satu pemegang saham di perusahaan Murphy Group.
Mungkin Diego ingin sekali mentertawakan semua isi pidato pria itu. Karena dia tahu bagaimana tabiat sebenarnya Tuan Aldo.
Rupanya Diego memutuskan untuk menjadikan Tuan Aldo sebagai target pertamanya. Sehingga kini selama tiga hari dia menyelidiki secara langsung tentang pria itu.
Tiga tahun yang lalu pernah terjadi kebakaran di pabrik milik Tuan Aldo, yang mengakibatkan semua karyawannya meninggal. Rupanya kebakaran itu memang disengaja, karena para karyawan menuntut akan melaporkan ke polisi bahwa sebenarnya pabrik itu adalah pabrik pembuat narkoba berbentuk permen. Sebenarnya di pabrik tersebut dibagi dua, bagian depan memang membuat permen sungguhan yang diedarkan di setiap pasar atau toko-toko. Sementara di bagian belakang, para karyawan membuat narkoba berbentuk preman tersebut. Untuk memudahkan mereka dalam bertransaksi. Saat itu ada sekitar 63 orang karyawan yang meninggal.
Tuan Aldo sama sekali tidak dirugikan dengan kejadian kebakaran tersebut, karena dia telah mendapatkan asuransi dari peristiwa kebakaran itu. Dia membangun pabrik tersebut setelah mendapat bagian jatah dari Tuan Arthur yang telah sukses menjadi pemimpin perusahaan Murphy Group pada 20 tahun yang lalu.
Apa pembunuh seperti itu pantas menjadi seorang pemimpin?
Drrrrt...
Drrrrt...
Drrrrt...
Ponselnya Diego bergetar, rupanya dia mendapatkan panggilan telepon dari Tuan Leo. Diego segera menerima panggilan telepon tersebut.
"Hallo, tetua."
"Ini sudah tiga hari, mengapa kamu belum membunuh Vanessa juga?" Tanya Tuan Leo. Padahal dia sangat ingin mendengar kabar tentang kematian anak kesayangan musuhnya itu.
"Aku merasa ada yang tidak beres dengan keluarga Mahendra." Jawab Diego.
Tuan Leo mengerutkan keningnya, "Maksudmu?"
Diego belum bisa menceritakan kepada Tuan Leo untuk sekarang ini, bahwa dia melihat Pram akan membunuh Vanessa, padahal Vanessa adalah anak kandungnya Tuan Arthur. Bukan karena dia tidak mempercayai Tuan Leo, tapi Diego ingin menyelidiki mereka lebih dalam lagi.
"Aku belum bisa menjelaskannya untuk sekarang ini. Karena masih banyak hal yang harus aku selidiki. Karena itulah aku ingin melakukan pembunuhan ini dilakukan secara acak."
Sebenarnya Tuan Leo sangat merasa kecewa dengan keputusan Diego. Tapi dia berusaha untuk mempercayai kaki tangannya itu, "Baiklah, aku mempercayaimu. Jangan pernah mengecewakan aku, Samuel."
"Iya, tetua."
Klik
Setelah Tuan Leo mematikan panggilan telepon. Diego pun termenung, saat ini dia sedang menikmati udara malam hari di belakang rumahnya. Diego memang telah membeli sebuah rumah sederhana di Jakarta. Dia sengaja membeli rumah yang sederhana, agar tidak ada yang mencurigainya.
Saat ini Diego masih sangat penasaran, mengapa Pram ingin sekali membunuh Vanessa? Sehingga dia pun melakukan penyelidikan terhadap keluarga Mahendra. Dia baru mengetahui bahwa ternyata Vanessa memiliki seorang kakak laki-laki. Padahal seingat dia, Vanessa dulu adalah putri tunggalnya Tuan Arthur.
Dia sama sekali tidak peduli kepada wanita itu. Dia hanya ingin bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya itu. Sehingga Diego teringat dengan penawaran Vanessa, saat wanita itu melamar dirinya.
"Apakah aku harus masuk menjadi bagian keluarga Mahendra, agar aku bisa masuk ke perusahaan Murphy dan menggali lagi informasi yang belum aku ketahui selama ini?"