Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!
Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?
"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.
"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.
Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Faiza
Wanita yang memiliki kulit kuning langsat terlihat keluar dari taksi online di depan rumah bergaya minimalis itu. Dia menyibakkan rambut panjangnya dan menatap sinis rumah tersebut.
“Seharusnya aku yang tinggal di sini, bukan kamu!” gerutu Faiza, sembari membuka pagar rumah tersebut.
Wanita yang masih berusia 21 tahun itu mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
“Alaikumsalam,” sahut dari dalam rumah, dan terdengar suara kunci pintu berputar.
Aurelia tersenyum lebar saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, wanita yang sudah dia kenal dari kecil dan tinggal satu kampung dengannya.
“Halo Aurel,” sapa Faiza membalas senyuman saudara sepupunya.
“Ya Allah, Mbak Faiza ... kok gak kasih kabar kalau mau datang,” balas Aurelia kaget, sembari memeluk kangen saudara sepupunya tersebut.
Dibalik pelukan, Faiza tersenyum smirk. “Aku sengaja gak kasih kabar biar suprise, oh iya aku minta alamat rumah kamu sama ibumu loh,” jawab Faiza agar tidak menimbulkan kecurigaan, sembari mengurai pelukan Aurelia.
“Ah baru aku juga mau tanya, kok Mbak Faiza bisa tahu alamat rumahku, ya udah ayo masuk ... pasti Mbak capek di perjalanan dari kampungkan,” ajak Aurelia dengan menuntut tangan Faiza.
Kedua netra Faiza tampak memindai setiap sudut yang ada di rumah minimalis bertingkat dua itu. “Ck ... bagus banget rumahnya, kenapa aku harus tinggal di rumah kontrakkan sih, pokoknya aku harus sering-sering tinggal di sini, aku tidak mau tahu pokoknya,” batin Faiza iri hati.
“Duduk dulu Mbak Faiza, aku buat kan minuman dingin dulu,” kata Aurelia mempersilahkan.
“Eh iya ... rumah kamu bagus ya,” kata Faiza memuji, sembari menjatuhkan bokongnya di sofa yang sangat terasa empuk.
Aurelia tersenyum tipis mendengarnya. “Alhamdulillah Mbak, kado pernikahan dari mertua,” jawab Aurelia apa adanya, kemudian dia bergegas ke dapur untuk membuatkan minum.
Wanita kampung yang sudah banyak perubahan alias penampilannya sudah kaya orang kota, menyilangkan kakinya lalu mengambil ponselnya dan segera memberi kabar pada Dhafi.
✅Faiza.
Mas, aku sudah sampai di rumahmu. Aku iri loh Mas, enak banget Aurelia tinggal di rumah mewah kamu ini. Sedangkan aku hanya tinggal di rumah kontrakkan yang sempit.
✅Mas Dhafi
Sayang, sabar dong. Nanti rumah itu juga bakal buat kamu kok. Aku minta sabar menunggu ya. Ingat kamu jangan macam-macam di sana, jangan bongkar tentang pernikahan kita ya. I love you, istriku tercinta.
Faiza yang menerima balasan pesan seperti jadi tersenyum sendiri, hati yang sempat merasa iri jadi meredup seketika itu juga.
“Mbak Faiza silakan diminum, maaf ya hanya ada sirup saja,” kata Aurelia apa adanya, sembari meletakkan nampan di atas meja.
“Gak pa-pa kok.” Faiza mengambil gelas tersebut dan menatap saudara yang masih berpenampilan kampungan itu.
Aurelia duduk bersama di sofa, dan kedua netranya menelisik Faiza yang tidak membawa tas besar, hanya tas bahu saja. “Mbak Faiza dari kampung gak bawa tas baju salin?” tanya Aurelia dengan polosnya.
“Oh ... Aku udah lama tinggal di Jakarta, dapat pekerjaan di sini. Jadi aku dari rumah kontrakan, bukan dari kampung,” jawab Faiza dengan santainya.
Aurelia terlihat senang mendengarnya, ternyata dia ada saudara yang tinggal di Jakarta juga.
“Wah aku senang mendengarnya, akhirnya ada saudara dekat yang tinggal di Jakarta juga. Mbak Faiza keren deh pantas saja tambah terlihat cantik ternyata sudah bekerja, kerja di mana Mbak?” tanya Aurelia.
“Kerja di kantor lah, kamu kan tahu aku ini lulusan terbaik waktu di sekolah, jadi aku dengan mudahnya dapat pekerjaan di kantor yang ada di Jakarta,” jawab Faiza yang tidak sesuai dengan fakta kenyataannya.
“Masya Allah luar biasa Mbak Faiza, sayangnya aku udah nikah, pasti tidak diizinkan untuk bekerja kayak Mbak Faiza,” jawab Aurelia begitu lirihnya.
“Justru enak kayak kamu, udah nikah dan tidak perlu capek-capek cari duit. Cukup dapat uang bulanan dari suami, dan layani deh suami dengan sepenuh hati,” ungkap Fauzi dengan semangatnya yang menggebu-gebu.
Aurelia tersenyum getir, lalu dia mengambil minum miliknya dan menyesapnya pelan-pelan. Apa yang dikatakan oleh Faiza tidak sesuai dengan kenyataannya.
“Eh iya suami kamu biasa pulang kerja jam berapa?” tanya Faiza dengan tatapan ingin tahunya, padahal tahu.
“Pulangnya gak tentu Mbak, paling cepat jam 9 malam, kadang jam 12 malam, lebih sering lembur di kantor,” jawab Aurelia apa adanya.
Bibir Faiza tersenyum tipis mendengarnya, ya iyalah wong lemburnya di rumahnya, bukan dikantornya, setiap jam lima sore Dhafi sudah berada di rumah Faiza setiap hari.
“Sorry Aurel, Mas Dhafi tinggal di sini hanya untuk tidur saja, selebihnya dia ada di rumahku,” batin Faiza kesenangan.
Disela-sela mereka berdua masih berbincang, suara deru mobil milik Dhafi terdengar dan terparkir rapi di luar halaman rumah. Dari ruang tamu, Aurelia merasa heran karena baru kali ini melihat suaminya pulang di waktu menjelang sore.
“Assalammualaikum,” sapa Dhafi ketika masuk ke dalam rumah.
“Alaikumsalam,” jawab serempak Aurelia dan Faiza, serta sama-sama bangkit dari duduknya.
“Oh ada tamu rupanya,” lanjut kata Dhafi terdengar lembut, sembari memberikan bungkusan pada Aurelia.
Faiza mengulum senyum tipis melihat kehadiran pria yang dia cintai, begitu pula dengan Dhafi yang terlihat membalas senyuman itu namun terlihat samar.
“Aku saudara sepupu Aurelia, Mas masih ingatkan? Yang waktu itu bantuin di pernikahan Mas dan Aurel,” ungkap Faiza, pura-pura baru bertemu kembali di hadapan Aurelia.
“Oh iya aku ingat, Faiza ya, apakabarnya?” tanya Dhafi sembari mengulurkan tangannya, dan Faiza pun menyambut ulur tangan Dhafi. Jemari Dhafi pun mengusap lembut bagian telapak Faiza, hingga membuat wanita itu berdesir.
“Aurel tolong sajikan cemilan yang aku bawakan tadi buat saudara kamu ini, masa ada tamu jauh tidak disuguhkan makanan, dan sekalian buatkan aku kopi pahit,” titah Dhafi ketika mengurai jabatan tangannya.
“Eh ... iya Mas,” jawab Aurelia, dia bergegas ke dapur, sementara itu Dhafi yang melihat Aurelia sudah ke belakang, langsung menarik tubuh Faiza dan melabuhkan ciuman hangatnya, sungguh ciuman yang sangat memabukkan.
“Mas ...” Faiza mendesis ketika mereka melepaskan pagutannya.
Pria itu mengusap bibir Faiza yang terlihat basah. “Nanti kita ketahuan loh, Mas,” ucap Faiza dengan lembut, tapi suka dengan keadaan curi-curi kesempatan seperti ini.
“Mumpung dia ada di dapur, Sayang,” jawab Dhafi sedikit berbisik. Pria itu kembali membasahi bibir wanita itu, tapi sepertinya kedua orang itu lupa, jika pintu rumah terbuka lebar, hingga orang yang lewat secara tidak sengaja bisa melihat apa yang terjadi di ruang tamu.
“Aduh si Neng Aurel bermesraan sama suaminya kok gak ditutup dulu pintunya,” celetuk Bu Tin yang tak sengaja melihat adegan ciuman itu, dan secepat kilat membuang pandangannya dan buru-buru kembali ke rumahnya.
Sementara itu di dapur, Aurelia tampak bingung karena kopi dan gula sudah habis, dan tak mungkin di depan Faiza dia minta uang pada suaminya untuk beli kopi dan gula.
“Bagaimana ini, pasti Mas Dhafi akan memarahiku lagi,” gumam Aurelia mulai gelisah.
Tanpa pikir panjang Aurelia bergegas balik ke arah ruang tamu untuk pergi ke warung, pikir wanita muda itu dia bisa ngutang dulu di warung milik Bu Tin. Namun apa yang terjadi ...
Tubuh Aurelia langsung lemas seketika, hatinya terasa sesak melihat apa yang terjadi di depan matanya. Dia yang tak pernah dicium oleh suaminya. Kini, dia melihat suaminya berciuman dengan saudara sepupunya.
“M-Mas ...”
Air mata kembali jatuh di pelupuk matanya.
Bersambung ...
Mohon dukungannya, stay tune selalu, dan jangan lupa klik LIKEnya, tinggalkan komentarnya. Makasih sebelumnya 🙏😊