Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 3
Senakal-nakalnya Zea, ia tetaplah anak yang suka bangun subuh buat setor muka sama Sang Pencipta katanya karena ngga mau namanya di depak dari bangku calon penghuni langit, ia juga takut jika setiap do'anya dimasukan antrian tunggu kalo sampe ngga ibadah, meskipun abis itu balik lagi nung ging di kasur.
Gadis dengan piyama navy bermotif bintang ini masih bergulung di kasurnya mirip sostel.
"Ze, mana mam?" tanya papa Rewarangga dengan secangkir kopi di tangannya matanya masih terasa sepet jika belum melihat si bungsu turun dan membuat kehebohan rumah, berasa jika sarapannya itu ada yang kurang.
"Biasa----anak papa kan mesti liat mama'nya mode reog dulu, baru bangun...." jawab mama menyendokan nasi ke dalam piring papa dengan kalem dan cantiknya sebelum nanti ia akan berubah jadi nenek gayung ketika menghadapi Zea si bungsu. Zico sang kakak yang sama-sama bekerja di kementrian hanya saja berbeda badan kementrian sudah siap dengan pakaian seragamnya, Zico sudah terjun ke dunia kerja sejak usianya masih muda.
"Mama harus tegas sama Ze, ngga bisa gitu terus...." ujar Zico duduk bergabung. Mama menggeleng, ia sudah angkat tangan dengan kelakuan Zea. Zico beranjak dari duduknya sebelum benar-benar mengambil nasi, kemudian melangkah ke kamar atas menuju kamar adik kesayangan. Sebagai seorang kakak ia pun memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan membimbing adik satu-satunya itu.
Zico membuka pintu kamar Zea yang tak pernah ia kunci dan menemukan ulat gonggong sedang terlelap nyenyak, Zico membuka setiap lembaran tirai agar terang.
"Ze---Ze...mau jadi apa kamu, jam segini belum bangun. Sekolah kamu tuh jam 7, ini udah siang Ze, mau bangun jam berapa kamu, Ze?!" ucapnya hanya dibalas kunyaha absurd dari adiknya, nyemnyemnyem...entah apa yang sedang ia kunyah.
"Ayok bangun!" tangan Zico terulur mengangkat tubuh adiknya yang menggeliat, "aduhhh ini apa sih, mas Zico!" mata Zea bahkan masih terpejam ketika tubuh kecilnya di gendong Zico turun.
Lelaki dengan brewok-brewok tipis nan rapi ini mendengus, "malah kaya di nina boboin kamu!"
Mama dan papa sampai melongo di tempat melihat Zea yang digendong oleh Zico, "astagfirullah, ck---ck! Ze!"
"Mau dibawa kemana adik kamu, Zi?"
Udara pagi yang dingin tak membuat Zea lantas membuka mata, karena buaian mas-nya, dan tiba-tiba.
Byurrr!
"Aaaa, mas Zico ihhh!" Zea langsung melotot dan tergelonjak di dalam kolam renang, ia benar-benar membuka matanya lebar-lebar.
Mama dan papa tertawa di tempatnya, "ampun!"
Zico terkekeh kecil, "udah seger? Bisa liat langit ngga? Udah terang kan?! Biar sekalian mandi, abis itu sekolah!"
Matanya menatap sengit ke arah kakaknya, "mas Zicoooo ihhhh! Dinginnn! Zea mandi tapi ngga di kolam juga kaya putri duyung ah!" Zea mencipratkan air ke arah Zico namun lelaki itu berhasil menjauh duluan menghindari amukan Zea.
Zea memasukan baju untuknya berlatih ekskul dance di sekolah, lalu turun dari kamar dengan tas berwarna ungu-ungu gemesh.
"Hari ini ada ekskul?" tanya mama diangguki Zea, "nanti pulang mau dijemput supir jam berapa?"
Mama melipat roti gandum untuk bekal Zea nanti dengan selai kacang dan coklat lalu memasukannya ke dalam kotak makan.
"Jam 5 aja."
"Pak Cokro!" panggil mama kencang, hingga seorang berpakaian rapi menghampiri, "iya bu,"
"Nanti jangan lagi mau-maunya kasih kunci mobil ke anak ini!" tunjuk mama pada Zea mendesis.
"Iya bu, maaf." Pak Cokro meringis mengingat kejadian lalu, saat ia mengabulkan permintaan nona kecilnya itu untuk membawa mobil, alhasil ia pun ikut masuk rumah sakit bersama mobil masuk bengkel dan menghabiskan tak kurang dari 10 juta. Padahal kalo disedekahin, bisa kasih beras satu rt!
Zea berjalan memasuki gerbang sekolah dan berdadah ria pada pak Cokro, takutnya nanti kangen.
Supirnya itu sudah tak aneh lagi dengan kelakuan ajaib si anak majikan, apalah ia yang tak punya beban menanggung perut anak--istri, mau goyang itik kecengklak di jalan juga bebas-bebas aja!
Zea masih mengunyah permen karetnya saat menurunkan earphone dari telinganya, kaos kaki panjang hingga menutupi batok lututnya tak sampai berbatasan dengan ujung rok yang berada di atas lutut.
Tangannya menarik elastisitas permen karet yang sudah tak manis lagi semacam janji mantan, dengan santainya Zea memeperkan itu di atas jok motor begitu saja yang entah milik siapa saat melewati parkiran sekolah dimana kendaraan bermotor maupun sepeda berderet mirip di showroom motor, pokoknya ia milih motor paling jelek aja!
Untuk urusan masuk sekolah ia jarang terlambat, karena etos kerja pak Cokro patut diacungi jempol, ia begitu disiplin waktu dan sat-set bawa mobil persis pembalap Nascar. Mungkin besok lusa Zea akan mendaftarkan pak Cokro di ajang balapan formula 1 saja atau masukin nama pak Cokro di squadnya Dominic Toretto, di serial Fast and Furios gantiin Bryan O'conner.
"Hay, Ze baru datang?" sapa siswa yang cukup memiliki nama diantara siswa-siswi famous disana menyadarkan kediaman Zea, membuat gadis ini melirik sekilas.
Zea tersenyum manis, "baru mau pulang!" jawabnya terkekeh.
"Haha bisa aja becandanya! Mau ke kantin ngga? Aku traktir deh!" ia menyamakan langkahnya berada di samping Zea, saat Zea berjalan menuju kelasnya.
"Boleh, tapi borong sekantin ya?!" sebenernya ia malas menanggapi rekan terong-terongan, namun Zea percaya ucapan orangtua dulu jika lidah memang tak bertulang dan lebih menyakitkan ketimbang pisau belati, seseorang yang hatinya tersakiti memicunya untuk balas dendam, dan Zea tak mau itu. Ditambah jaman sekarang, banyak manusia milenial yang nekat kriminal hanya karena sakit hati, terlebih generasi muda jaman sekarang yang akhlaknya bikin ngelus dadha.
Dean tertawa renyah hingga matanya menyipit dan menampakan lesung pipi di kedua sisi pipinya, sebenarnya Dean itu tampan nan keren untuk ukuran siswa remaja, namun sayangnya Zea tak tertarik.
"Boleh, apapun yang Zea mau, aku penuhi!"
Zea bahkan sudah muntah dari tempatnya, hah! Dasar biji salak! Ia memutar bola matanya.
Clemira baru saja sampai, hingga alisnya berkerut saat seorang guru heboh di parkiran membuat suasana sedikit riuh.
"Ada apa?" colek Clemira pada sesama siswa yang melihat juga, si bapak killer lagi ngomel-ngomel persis paman donald bebek di balik kacamata tebalnya.
"Itu, si pak Bahrul ngambek! Katanya ada orang usil naro permen karet di jok motornya, ngga sengaja kedudukin sama si bapak!" jelasnya, Clemira beroh singkat lalu melanjutkan tujuannya, "kirain apaan, heboh amat! Lagian siapa juga yang usil, rajin amat!" gidiknya acuh.
Clemira menemukan sohib setanah airnya itu sedang duduk, bukan di bangku mereka namun di atas meja rekan sekelas, memang kebiasaan Zea yang duduk di meja orang sambil ongkang-ongkang kaki mirip kuntilanak sambil gosipan, meski begitu yang digosipin ya game online! Percaya atau tidak, Zea pemain game online yang tengah viral.
Kadang Clemira heran dengan Zea, sering main game namun ia siswi yang cukup pintar.
Clemira bergabung, "Guru tercinta tuh lagi heboh!" imbuhnya memberi informasi menyenggol bahu Zea. Zea menoleh, "siapa?"
"Pak Bahrul lah! Guru kesayangan lu, teman debat sehidup semati," jawab Clemira merebut earphone dari leher Zea lalu memakainya tanpa permisi ataupun ijin.
Kendati begitu, Zea tak marah, karena memang sudah terbiasa, ia dan Clemira bak ginjal dan batunya yang tak terpisahkan.
"Kenapa?"
"Katanya ada orang usil yang naro permen karet di jok motornya terus ngga sengaja dia dudukin, lagian jadi guru galak, pantes lah pada ngga suka sampe diusilin!" ucap Clemira.
"Oh!" Zea hanya berohria tak ingat.
"Ketemu orangnya? Siapa emangnya?" tanya Zea lagi. Clemira hanya bisa menggidikan bahunya seraya melengkungkan bibir, "mana Cle tau! Orang yang sebel kali sama si bapak,"
Zea mengangguk-angguk setuju, "hm kayanya sih."
.
.
.
.
.
Emang deh gen nya Al fath keren bangeeeet