Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Sabrina memasuki ruangan dengan gaun hitam yang mengekalkan kemilau cahaya, kilauan itu seolah mampu memukau seluruh orang yang memandangnya. Saat ini ada acara makan malam bersa keluarga besar dari pihak ayahnya.
Namun, di balik keanggunan yang dipancarkan, hati Sabrina terasa hambar. Tatapan matanya yang dingin tidak menunjukkan kegembiraan sedikit pun atas pujian yang terlontar dari mulut kerabatnya yang terkejut dengan penampilan Sabrina yang baru.
Seiring malam beranjak, suasana makin hangat dengan canda dan tawa, namun Sabrina hanya bisa terpaku dengan kehadiran Dika, pria yang duduk di sisi lain meja dengan senyum yang menurutnya paling menyebalkan.
Mengapa pria berada disini??
Suasana makan malam yang seharusnya menyenangkan mendadak berubah ketika sang nenek tiba-tiba membuka pembicaraan mengenai perjodohan antara Sabrina dan Dika.
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong bagi Sabrina. Wajahnya yang semula tenang berubah menjadi merah padam, matanya memancarkan api kebencian.
"Mengapa harus aku Nek? Mengapa dengan Dika?" desaknya dengan nada tinggi, tidak peduli dengan tatapan terkejut dari seluruh anggota keluarga yang hadir.
Hans, yang duduk di kepala meja, hanya bisa menundukkan kepala, mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan anak perempuannya.
"Ini untuk kebaikanmu, Sayang. Kau tahu, Dika adalah pria yang baik," ujarnya dengan suara serak.
Sabrina mengepalkan tangannya di bawah meja, rasa frustrasi dan marah bercampur menjadi satu.
"Tapi daddy, aku sudah punya kekasih. Mengapa daddy tidak pernah mendengarkan ku?" sergahnya, suaranya bergetar menahan emosi.
"Dia bukan pria yang baik Sabrina, kau berubah setelah mengenal kekasihmu, kau jadi berani terhadap kami" ucap Sonia.
"Bukan aku yang berubah, memang aku harus bersikap seperti itu pada kalian" ucap Sabrina dengan sinis.
"Sayang dengarkan daddy, daddy sayang sama kamu, daddy ingin kamu menikah dengan pria baik baik, dan juga Dika selama ini menyukaimu" ucap Hans.
"Pria baik baik??" Tanya Sabrina dengan kekehan mirisnya menatap tajam Dika.
"Sabrina aku bisa jelaskan" ucap Dika memgerti akan tatapan Sabrina yang tertuju ke padanya.
"Jelaskan, kalau begitu jelaskan disini sekarang juga!!!" Bentak Sabrina membuat Dika tersentak dan terdiam kaku.
"Ayo jelaskan!!! Pekik Sabrina denagn amarah dan tangan terkepal.
"Sayang jangan seperti itu" ucap Hans.
"Daddy tidak tahu apa apa, jika Dika pria baik baik mengapa dia pernah berniat melecahkan ku dad!!!" Ucap Sabrina membuat semua terkejut.
"Maksudmu??
"aku hampir di di lecehlan oleh lekaki sebrengsek dia!!!
Plakkk.,.,
"Jaga ucapanmu Sabrina, Dika tak mungkin berbuat hal bejat seperti itu" ucap Sonia.
"Tanyakan saja pada adikmu sialan!!!" Sinis Sabrina sambil memegang pipinya yang sakit akibat tamparan Sonia.
"aku tidak mau di jodohkan dengan Dika atau siapapun itu, aku sudah punya kekasih dad" ucap Sabrina dengan nanar.
"Daddy sudah janji tidak akan mengusiku saat aku sudah punya kekasih, mengapa kau langgar dad, mengapa kau tak pernah mau mendengar permintaanku?" Tanya Sabrina dengan rasa sakit dihatinya.
"Dan sekarang kau memintaku untuk menikah dengan pria yang berniat melecehkanku, kemana akal sehatmu dad?
"Sabrina jika itu benar mengapa kau tak bicara pada daddy?
"untuk apa?, aku yakin daddy tidak akan mendengar dan mempercayainya, dan lihatlah saat ini, buaknkah hal itu benar, dibanding memeluk putrimu kau malah mempertanyakan hal itu benar atau tidak!!!
"Dengarkan ini baik baik, aku tidak akan membiarkan harta mommy jatuh ke tangan kalian, ingat itu!!" Ucap Sabrina berlari pergi.
Malam itu, yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan, berakhir dengan Sabrina yang berlalu meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, meninggalkan bisikan dan pandangan iba dari kerabatnya.
"Aku bisa menjelaskan semuanya, namun nanti aku harus mengejar Sabrina" ucap Dika
Di luar, angin malam seolah mengerti kesedihannya, meniupkan hembusan yang sejuk mengusap air mata yang mulai berjatuhan di pipinya.
Sabrina terguncang saat Dika mencengkeram pergelangan tangannya, mencegahnya untuk melangkah lebih jauh.
"Lepaskan!!!" teriaknya dengan suara yang penuh frustrasi, namun Dika hanya menatapnya dengan mata yang dipenuhi penyesalan.
"Maafkan aku, Sabrina," ucap Dika dengan suara parau. "Aku tahu apa yang aku lakukan dulu sangat salah. Aku... aku sebenarnya memiliki perasaan padamu, dan itu membuatku melakukan hal yang tak seharusnya."
Air mata mulai mengalir di pipi Sabrina, tangannya gemetar dan rasa takut yang mendalam kembali menghantui pikirannya. Kejadian masa lalu itu terlalu menyakitkan, membuatnya tak bisa mendengarkan penjelasan Dika lebih lanjut. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia mengangkat tangannya dan memukul dada Dika berkali-kali.
"Mengapa kamu tega melakukan itu, Dika?" isaknya, suara terbata-bata menahan emosi. "Dulu aku sangat menghormatimu, menganggapmu seperti saudara. Bagaimana mungkin kamu mengkhianati kepercayaan itu?"
Dika hanya bisa terdiam, merasakan setiap hantaman yang seakan memecah belah hatinya. Dia tahu, tidak ada kata maaf yang bisa mengobati luka yang telah ia berikan kepada Sabrina.
"Dulu kau satu satunya tempat untuk berkeluh kesahku mengenai kakak dan ponakanmu itu, tapi mengapa kau tega Dika hiks.,.
"Maafkan aku Sabrina, sungguh aku menyesal melakukan itu, maafkan aku" ucap Dika dengan tatapan penuh penyesalan. Dika membiarkan Sabrina memukul melapiskan sakit hatinya pada dirinya
Di tengah keheningan yang menyakitkan itu, hanya suara isak tangis Sabrina yang menggema, menciptakan dinding tebal di antara mereka yang mungkin tak akan pernah bisa dirobohkan lagi.
"Aku membencimu Dika" tangis Sabrina, ia merasa sangat sakit di hatinya.
***
Diana memasuki apartemen mewah milik kakaknya, Reyhan, dengan mata berbinar. Keindahan dan kemewahan tempat tersebut jauh melampaui apa yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Dinding-dinding yang dilapisi wallpaper elegan dan perabotan yang serasi menciptakan suasana yang sangat nyaman dan indah.
"Dia kira ini hanya di film saja," gumam Diana sambil terus memperhatikan setiap sudut apartemen itu.
Reyhan, yang melihat antusiasme adiknya, hanya bisa tersenyum. "Kau suka?" tanyanya sambil membuka beberapa kotak yang telah mereka bawa untuk mengatur barang-barang Diana di gudang yang akan diubah menjadi kamar Diana.
"Suka? Aku suka banget, Kak!" seru Diana, hampir melonjak kegirangan.
"Aku tidak sabar untuk mulai kuliah dan tinggal di sini bersamamu. Ini akan menjadi awal yang baru buatku!"
Mereka berdua pun mulai membereskan gudang. Diana dengan semangat membuka kotak-kotak dan menyusun buku-buku serta barang pribadinya, sementara Reyhan membantu mengatur furnitur kecil untuk membuat gudang itu semakin nyaman sebagai kamar tidur.
Setiap kali Diana menemukan sesuatu yang menarik dari kotaknya, dia akan menunjukkannya kepada Reyhan dan mereka akan tertawa bersama.
Proses beres-beres itu tidak hanya menjadi momen untuk merapikan barang, tapi juga menguatkan ikatan antara kakak beradik tersebut. Di tengah kebahagiaan itu, Diana merasa sangat bersyukur memiliki kakak seperti Reyhan yang membukakan pintu kehidupan baru baginya di kota besar.
"Keluarga kita sebenarnya kaya, ayah saja mengapa menikahi wanita itu, sejak ayah menikah keuangan keluarga menjadi kacau" keluh Diana denfan kesal di sela sela berberesnya.
"Tidak boleh seperti itu Diana, bagaimanapun juga ibu yang merawat ayah selama ini" ucap Reyhan, Diana hanya mendengus sebal.
"Tapi kan, jika ayah tidak menikah lagi keuangan kita stabil, aku bisa kuliah tanpa merepotkan kakak"
"Sudahlah yang terpenting kamu juga bisa kuliah, jangan lupa untuk terus bersyukur, banyak yang hidupnya jauh dibawah kita"
Diana menghela nafas, sebelum mengangguk dan memeluk Reyhan.
"Diana besyukur memiliki kakak" ucapnya dengan senyum.