Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3. Kita cerai!
***Kamar Hotel Bellagio***
Dian mengeluarkan paspor Stefan dari dalam tas pinggangnya. Sewaktu check in hotel tadi, Hiro dan Johan memberikan paspor Stefan ke Dian, yang diambil dari saku jas Stefan. Paspor itu jugalah yang digunakan sebagai pedoman untuk mengisi data Stefan ketika mengurus surat nikah di Marriage License Bureau, Clark County.
Dian menggunakan kemampuan hacker untuk melacak segala hal mengenai Stefan. Keahlian hacker Dian dipelajari dari kakak pertamanya, Chandra. Senyum tipis mengembang di sudut bibir Dian ketika mengetahui alamat tempat tinggal Stefan sekarang adalah di Bali.
"Stefan. Aku akan ikut kamu pulang ke Bali," batin Dian.
***
Stefan bangun dan merasakan kepalanya sakit akibat minuman alkohol semalam. Mata Stefan membulat besar ketika menyadari tangannya melingkar di pinggang ramping seorang gadis muda yang berbaring di sampingnya.
Stefan menarik tangannya dengan cepat. Wajah pria itu semakin pucat saat melihat tubuhnya yang hampir polos, sedangkan Dian menatap intens wajah Stefan sambil tersenyum manis.
"Semalam kita berdua tidur bersama?" tanya Stefan dengan ragu.
"Iya Stefan," jawab Dian sambil menganggukkan kepalanya.
Jawaban Dian bagaikan petir yang menyambar di atas kepala Stefan. Pria itu berusaha mengingat kejadian semalam. Beberapa saat kemudian, Stefan menatap Dian.
"Kamu Dian?" tanya Stefan.
Stefan mengingat dirinya memeluk mesra seorang gadis muda, yang mengaku bernama Dian secara samar.
"Iya," jawab Dian.
"Celaka! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Stefan.
Beberapa saat kemudian Stefan sudah berhasil menenangkan perasaan hatinya. Pria muda itu yakin dirinya tidak melakukan hubungan mesra yang terlalu jauh dengan Dian. Mereka berdua hanya tidur semalaman di tempat tidur yang sama saja sehingga dirinya tidak perlu bertanggung jawab apa pun terhadap Dian.
"Aku akan memberimu u…."
"Kita sudah menikah!" Dian sengaja menyela perkataan Stefan dan mengambil surat nikah dari atas meja nakas serta memperlihatkannya ke Stefan.
"Kita bisa cerai sekarang. Aku akan memberimu uang yang banyak," ujar Stefan.
Stefan tahu pernikahan dan perceraian di Las Vegas bisa diurus dengan mudah. Gadis muda di depannya pastilah tidak akan menolak uang yang ditawarkan olehnya.
Senyum di wajah Dian menghilang seketika. Gadis muda itu menatap tajam Stefan. Dian tidak mengira Stefan yang sadar dari pengaruh alkohol bisa bersikap arogan terhadapnya. Dian mulai meragukan keputusan untuk menggapai hasrat cinta pertama, tetapi dirinya bukanlah gadis yang mudah menyerah.
"Stefan pasti mengira aku sengaja menjebaknya dalam pernikahan," batin Dian.
"Aku tidak mau!" tolak Dian dengan tegas.
Stefan tidak menyangka Dian yang berpenampilan culun dengan rambut kepang dua bisa menolak tawaran darinya.
"Apa mau mu?" tanya Stefan dengan nada datar.
"Satu tahun. Kita akan melangsungkan upacara pernikahan jika kamu mencintaiku. Jika tidak, kita akan bercerai," jawab Dian tanpa ragu.
"Baiklah. Deal!" jawab Stefan.
Stefan menerima usul dari Dian karena ini adalah jalan terbaik. Stefan segera memesan tiket untuk pulang ke Bali bersama Dian. Pria muda itu berencana menyelidiki asal usul Dian setelah tiba di Bali nanti.
***Mansion Bramasta***
Keluarga besar Bramasta terkejut melihat Stefan membawa Dian pulang ke Mansion Bramasta dan memperkenalkan gadis muda itu sebagai istrinya.
Apa lagi Dian hanya membawa sebuah tas ransel besar di punggung serta tas pinggang sehingga membuat Laura, ibu Stefan yakin Dian hanyalah gadis miskin.
Stefan membawa Dian masuk ke dalam salah satu kamar tidurnya.
"Mulai hari ini kamu tinggal di Mansion Bramasta dan tidak boleh keluar tanpa izin dariku," ujar Stefan.
"Oke," jawab Dian.
Dian mengeluarkan beberapa setel pakaiannya dari tas ransel punggung dan menyusunnya di dalam lemari, sedangkan Stefan duduk di tepi ranjang sambil mengawasi Dian.
Sewaktu di pesawat dalam perjalanan pulang ke Bali tadi, Stefan berbincang dengan Dian dan mengetahui gadis muda itu tidak punya keluarga serta bekerja sebagai koki di Amerika selama ini.
Tentu saja itu semua adalah kebohongan Dian. Dian sengaja menyembunyikan identitas aslinya untuk menguji apakah Stefan bisa mencintainya dengan identitas gadis miskin.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar sehingga Stefan berdiri dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.
"CEO Stefan," sapa seorang pria muda dengan sopan sambil menyerahkan dua buah file dan sebuah handphone ke Stefan.
"Luis. Tunggu aku di luar!" perintah Stefan.
"Baik CEO Stefan," jawab Luis.
***
Stefan melirik sekilas ke arah Dian yang sudah duduk di tepi ranjang karena sudah selesai menata pakaiannya di dalam lemari.
Stefan duduk di sofa kamar dan melambaikan tangannya memanggil Dian.
"Ada apa Fan?" tanya Dian ketika duduk di samping Stefan.
"Ini kontrak perjanjian pernikahan kita. Kamu bisa tanda tangan," jawab Stefan dengan wajah datar.
Dian mengambil salah satu file dan membaca semua persyaratan di dalam kontrak perjanjian dengan teliti.
"Uang jajan lima puluh juta setiap bulan?" tanya Dian.
"Iya. Statusmu sekarang sebagai Nyonya Stefan. Kamu tidak perlu bekerja di luar. Uang itu bisa kamu pergunakan untuk membeli semua barang yang kamu suka. Setelah satu tahun jika kita bercerai, aku akan memberimu tunjangan lima ratus juta," jawab Stefan.
"Baiklah," jawab Dian dengan santai dan menandatangani surat kontrak perjanjian pernikahan.
"Ini handphone baru untukmu. Di dalamnya ada tersimpan nomor Luis, sekretaris pribadiku. Kamu bisa menghubunginya jika ada keperluan," ucap Stefan.
"Baik," jawab Dian dengan patuh.
"Aku berangkat kerja sekarang," ujar Stefan dan berdiri dari sofa meninggalkan Dian sendirian di kamar.
***
Stefan mengerutkan keningnya melihat Laura dan Anastasia, adiknya berdiri di samping Luis.
"Ada apa ma?" tanya Stefan.
"Fan. Kamu pasti dijebak sama gadis miskin itu sehingga menikahinya kan?" tuding Laura.
"Namanya Dian. Mama jangan memperlakukannya buruk," jawab Stefan.
Walaupun dirinya tidak mencintai Dian, tetapi Stefan tidak mau gadis muda itu mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga besarnya selama satu tahun. Stefan memang berencana untuk menceraikan Dian setelah satu tahun karena yakin dirinya tidak mungkin bisa jatuh cinta lagi dalam waktu singkat.
"Bukankah kakak ke Las Vegas untuk melamar Kak Gisel? Kenapa menikah dengan wanita lain? Kak Gisel pasti sedih," ujar Anastasia.
"Aku dan Gisel sudah berpisah," jawab Stefan dengan wajah dingin dan melangkahkan kaki meninggalkan Mansion Bramasta, di ikuti oleh Luis.
***
"Sia! Cepat telepon Gisel sekarang. Abangmu pasti dijebak gadis miskin itu. Mama lebih suka Gisel menjadi menantu mama walaupun ayahnya hanya pengusaha biasa, dari pada dia," ujar Laura.
"Baik ma," jawab Anastasia.
Sementara Dian yang berada di dalam kamar tidur menyalakan handphone miliknya sendiri, yang disembunyikannya dalam keadaan tidak aktif.
Mata gadis muda itu membulat besar melihat banyak notiikasi panggilan dari keluarganya. Dian segera mengunci pintu kamar terlebih dahulu sebelum menelepon Jackson, daddy nya.
"Halo daddy," sapa Dian.
"Video call sekarang," jawab Jackson dan mematikan sambungan telepon.
Beberapa detik kemudian panggilan video call masuk ke handphone Dian. Dian merasakan firasat yang tidak baik, tetapi dirinya tidak mungkin menolak panggilan itu.
"Halo daddy, Kak Chandra," sapa Dian ketika melihat wajah dua pria yang sangat menyayanginya itu muncul di dalam layar handphone.
"Dian. Kamu ada di mana sekarang?" tanya Jackson.
"Aku…aku sudah tiba di Bali," jawab Dian jujur.
Dian tidak berniat menyembunyikan pernikahannya dengan Stefan dari keluarga besarnya, tetapi Dian tidak tahu bagaimana cara mengatakannya agar Jackson tidak marah besar.
"Kamu menikah dengan Stefan di Las Vegas?" tanya Chandra.
"Iya Kak Chandra," jawab Dian.
Chandra, kakak pertama Dian merupakan hacker handal dan segera memeriksa keberadaan Dian ketika gadis muda itu tidak muncul di penerbangan yang dijadwalkan. Chandra menemukan nama Dian di pesawat lain bersama Stefan dan tentu saja pernikahan Dian di Las Vegas berhasil dilacak Chandra.
"Cerai sekarang juga dan pulang ke Mansion Wijaya," ucap Jackson.
"Daddy! Stefan cinta pertama Dian. Dian tidak mau cerai sekarang," kata Dian.
"Apa?" teriak Jackson dan Chandra bersamaan.
Dian pun menceritakan dari awal pertemuannya dengan Stefan di bar Las Vegas dan rencananya membuat Stefan mencintainya dalam satu tahun.
Jackson menghela napas panjang setelah mendengarkan semuanya. Jackson tahu sifat keras kepala dan pendirian kuat putri kesayangannya itu. Jika Dian sudah mengambil keputusan, maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya.
"Satu tahun saja dan identitasmu tidak boleh diketahui oleh Stefan dan keluarganya," kata Jackson.
"Tenang saja daddy. Aku sudah memanipulasi semua dataku dan mereka tidak akan mengetahuinya," jawab Dian.
"Bagus. Jaga diri baik-baik di sana. Jangan biarkan siapa pun menindasmu," pesan Jackson.
"Iya daddy," jawab Dian.
"Dian. Kapan pun kamu mau meninggalkan Mansion Bramasta, aku akan menjemputmu," ucap Chandra.
"Baik kak Chandra," jawab Dian.
***
Sejak hari itu Dian tinggal di Mansion Bramasta. Laura dan Anastasia memperlakukan Dian sebagai pembantu dan sering menghinanya tanpa sepengetahuan Stefan karena semua asisten rumah tangga diancam untuk tutup mulut oleh Laura.
Dian menerima hinaan mereka dengan sikap tenang, tetapi pada saat mereka ingin melakukan kekerasan fisik terhadap Dian, gadis muda itu selalu berhasil mengelaknya karena dirinya bisa ilmu bela diri. Hanya saja Laura dan Anastasia tidak menyadarinya.
Setiap hari Dian akan memasak dan mengantarkan hasil masakan ke kantor Stefan, tetapi pria itu tidak pernah mau menyentuh masakan Dian dan selalu mengacuhkan kehadiran gadis muda itu.
Stefan membiarkan kamar tidurnya menjadi milik Dian dan tidur di kamar lain. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Dian tidak pernah menyerah untuk meluluhkan hati Stefan.
Sementara Gisel yang masih tinggal di Las Vegas, menelepon Stefan dan menangis histeris ketika mendapatkan kabar dari Anastasia bahwa Stefan sudah menikah dengan wanita lain.
Gisel meminta Stefan menceraikan Dian segera, tetapi pria muda itu menolaknya karena ada perjanjian satu tahun dengan Dian.
Stefan menganggap Gisel sebagai mantan kekasihnya saja karena Gisel menolak lamaran Stefan dan lebih mementingkan kariernya sebagai balerina. Sikap Stefan terhadap Gisel menjadi dingin.
Gisel menjadi khawatir akan kehilangan Stefan selamanya sehingga menyusun rencana untuk merusak pernikahan Stefan dan Dian.
***Sebelas bulan kemudian***
Stefan sedang membaca dokumen di ruang kantornya setelah perjalanan pulang dari dinas ke Las Vegas.
Luis berjalan menghampiri Stefan dengan raut wajah tegang.
"CEO Stefan. Nyonya Dian ingin bertemu denganmu," ucap Luis dengan hati-hati.
"Ada masalah apa?" tanya Stefan.
"Kata Nyonya Dian ada hal penting," jawab Luis.
Selama pernikahan, Luis dijadikan penghubung komunikasi antara Dian dan Stefan.
Setiap kali Dian mengantar makan siang ke Perusahaan Samasta, Luis yang menerima lunch box dan Stefan tidak pernah meluangkan waktu untuk menemui Dian.
Kali ini Stefan merasa heran karena Dian ingin bertemu langsung dengannya. Pria muda itu mendadak mempunyai firasat yang tidak baik.
"Antarkan Dian masuk!" perintah Stefan.
..."Baik CEO Stefan," jawab Luis....
Beberapa saat kemudian pintu ruang kantor terbuka lagi. Dian mengikuti Luis dari belakang sambil membawa satu koper dokumen.
Dian duduk di hadapan Stefan, sedangkan Stefan menyandarkan punggungnya ke kursi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Stefan menatap intens Dian dari atas kepala hingga ujung kaki. Pria muda itu merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Dian hari ini.
"Ada apa?" tanya Stefan.
Dian meletakkan koper dokumen di atas meja, lalu membuka sedikit dan menarik keluar berkas dari dalam koper dokumen.
"Kita cerai!" ucap Dian sambil menyerahkan surat cerai yang sudah ditanda tangan olehnya ke Stefan.
"Kamu tidak perlu memberiku tunjangan dan semua uang ini kukembalikan padamu," lanjut Dian.
Dian membuka lebar tas koper dokumen yang berisi semua uang jajan yang diberikan oleh Stefan setiap bulan. Selama sebelas bulan ini Dian tidak pernah menggunakan satu rupiah pun.
Stefan mengambil pulpen dari atas meja dan menandatangani surat cerai itu tanpa ragu.
"Aku akan meninggalkan Mansion Bramasta," ujar Dian sambil berdiri dari atas kursi.
"Kenapa?" tanya Stefan sambil menatap tajam Dian.
"Belum satu tahun," batin Stefan.
"Karena hatimu bukan milikku. Aku mundur untuk merestui hubunganmu dan Gisel," jawab Dian sambil melangkahkan kaki meninggalkan Stefan.
Stefan menatap tajam punggung Dian hingga sosok gadis muda itu menghilang dari ruang kantornya, sedangkan Luis berdiri tertegun di samping Stefan.
Luis sangat menyayangkan pernikahan Stefan tidak bertahan lama. Padahal Luis yakin Dian mencintai Stefan selama ini.
"Gisel? Kapan Dian bertemu Gisel?" kata hati Stefan.
***
Apa yang akan dilakukan oleh Dian setelah bercerai?
Jangan lupa baca kelanjutan ceritanya ya readers 🤗. Novel ini akan up setiap hari.
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE