Dilarang Boom like !!!
Yuk hargai karya dari seorang penulis 🥰
Dia tidak menyangka kalau akan menjadi pemeran antagonis dalam kehidupan sahabatnya.
Viola Rinjani, seorang gadis muda berusia 23 tahun harus terpaksa menikah dengan seorang pria yang merupakan suami dari sahabatnya sendiri.
Awalnya, Viola menolak tawaran pernikahan itu. Namun, keadaan yang terus memburuk terasa mencekik leher Viola hingga membuatnya harus mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua.
Biduk rumah tangga pun dimulai, akankah Viola berhasil melewatinya ?
Atau terpuruk dengan segala siksaan dan hinaan yang dilayangkan oleh semua orang ?
Yuk ikuti kisahnya hanya di Noveltoon !
Follow IG Author ayu.andila 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3. Kritis
Setelah mengobrol panjang lebar dengan sahabatnya, Viola bergegas untuk kembali bekerja. Dia memakai helm dan jaket, lalu naik ke atas kuda besinya dan melaju dijalan raya.
Tanpa Viola sadari, ponsel yang berada disaku jasnya terus bergetar. Namun, karna suara berisik dari kendaraan yang banyak melintas, dia tidak mendengar atau merasakan getaran ponselnya.
"Vio! kamu dari mana saja?" teriak Buk Mina, pemilik tempat pengantar makanan.
Viola yang masih berada di atas sepeda motor langsung loncat tanpa melepas helmnya terlebih dahulu, dia takut kalau bosnya akan marah.
"maaf Buk, aku tadi ketemu sama teman sebentar," ucap Viola dengan napas terputus-putus, dadanya naik turun karna deru napas yang terdengar saling berkejaran.
"bukan masalah itu! coba lihat ponsel kamu sekarang! tadi Ibuk dapat telpon dari rumah sakit,"
"apa?" teriak Viola saat mendengar kata rumah sakit membuat Buk Mina terjingkat kaget, sementara Viola langsung merogoh saku jaketnya untuk mengambil benda pipih itu.
"Dokter Rangga?" Viola melihat ada banyak panggilan tidak terjawab dari Dokter yang merawat sang adik, dia langsung menekan tombol hijau untuk menghubungi Dokter tersebut.
"maaf, pulsa anda tidak mencukupi-"
"sial! Buk, pinjam ponselnya sebentar!" ucap Viola sembari meminta ponsel Buk Mina untuk menelpon Dokter Rangga, Buk Mina yang sedang memperhatikan Viola langsung kalang kabut untuk mencari ponsel miliknya.
Setelah membongkar seluruh tempat, akhirnya ponsel Buk Mina ditemukan. Viola bergegas untuk menelpon Dokter Rangga dengan perasaan gelisah tidak menentu.
"ya Tuhan, aku harap semua baik-baik saja!" Viola sudah merasa sangat cemas saat menunggu Dokter Rangga mengangkat telponnya.
"halo,"
"Dokter, ini aku Viola. Apa yang terjadi Dok? semua baik-baik sajakan?" Viola langsung memberondong Dokter Rangga dengan berbagai pertanyaan membuat Dokter itu terdiam disebrang telpon.
"Dokter! anda sudah jadi bisukah?" tanya Viola saat tidak mendengar jawaban dari lelaki itu.
"Viola, aku sangat merindukanmu,"
"apa?" teriak Viola saat mendengar jawaban dari Dokter Rangga, dia melihat ke layar ponsel untuk memastikan bahwa nomor yang dia telpon ada nomor Dokter itu.
"Viola, datang ke rumah sakit ya. Aku tunggu," ucap Dokter Rangga itu lagi membuat Viola langsung menempelkan benda pipih itu ketelinganya.
"ada apa Dok? adikku baik-baik sajakan?" tanya Viola, dia merasa kalau telah terjadi sesuatu pada Vedri.
"Kan udah dibilang kalau aku kangen! udah, pokoknya kau ke sini sekarang!" Tut, Dokter Rangga langsung mematikan panggilan telpon itu membuat Viola mematung ditempatnya.
"Vio, apa semua baik-baik saja?" tanya Buk Mina sembari menyenggol lengan Viola membuat wanita itu tersadar dari lamunannya.
"Buk, aku mau ke rumah sakit sebentar ya!" pamit Viola yang langsung berlari ke arah motornya, dia segera menghidupkan motor itu dan berlalu dari sana tanpa mendengar teriakan dari Buk Mina.
"Vio, hati-hati!" teriak Buk Mina sembari mengejar Viola sampai ke pinggir jalan.
Viola melajukan motornya dengan kencang dan menyalip semua kendaraan yang melintas di depannya, dia terus menekan klakson motor itu agar yang lain menyingkir dari jalannya.
Tidak berselang lama, motor Viola sudah masuk keparkiran rumah sakit. Dia segera melepas helm yang sejak tadi membungkus kepalanya dan berlalu masuk untuk melihat keadaan sang adik.
Dokter Rangga yang sedang menunggu kedatangan Viola berdiri di dekat tangga darurat, dia sengaja menunggu Viola ditempat itu karna memang Viola sering melewati tangga darurat.
"Dokter!" seru Viola dengan napas terengah-engah akibat berlari dari parkiran, dia mendudukkan pantatnya ditangga untuk mengatur napas yang hampir habis.
"Minum dulu." Dokter Rangga menyerahkan sebotol minuman dingin untuk Viola yang langsung diterima oleh gadis itu dengan penuh suka cita.
Viola meminum minuman itu hingga tandas, dia lalu mengembalikan botol yang sudah kosong pada Dokter Rangga membuat Dokter muda itu terkekeh pelan di tempatnya.
"kau pasti tadi lagi kerja kan?" tebak Dokter Rangga, dia ikut mendudukkan tubuhnya di samping Viola.
"iyalah Dokter, kayak biasa," jawab Viola, dia melirik ke arah tangan Dokter Rangga yang sedang memegang selembar kertas.
"tapi, kenapa Dokter meminta saya untuk ke rumah sakit?" tanya Viola kembali, matanya sibuk memperhatikan wajah Dokter tampan itu yang berubah menjadi serius.
"Viola, aku ingin memberikan hasil pemeriksaan Vedri." Dokter Rangga menyerahkan selembar kertas yang sejak tadi dia pegang pada Viola yang langsung diterima oleh gadis itu.
Viola memperhatikan semua laporan medis sang adik walau sebenarnya dia tidak paham sama sekali. Namun, ada beberapa aspek yang sering dijelaskan oleh Dokter Rangga hingga membuatnya sedikit mengerti.
"jadi, kanker yang ada diotak kecil Vedri sudah menjalar keotak besarnya?" lirih Viola, matanya mulai basah dan menetes kekertas yang sedang dia pegang.
"Vio, kita harus segera membawa Vedri ke Singapura. Kita akan merawatnya di sana, dan setelah kanker itu stabil, kita akan segera melakukan operasi," ucap Dokter Rangga, dia melihat ke arah kertas yang bergetar karna terkena getaran tangan gadis itu.
"tapi kenapa Dok, kenapa tidak langsung dioperasi di sini saja?" tanya Viola, dia mendongakkan kepalanya untuk menatap lelaki itu.
"kita tidak bisa melakukannya Vio, kankernya sangat ganas. Dan jika kita melakukan operasi tanpa perawat yang tepat, itu sama saja dengan kita membunuh Vedri,"
Viola terlonjak kaget dengan mata melotot saat mendengar kata-kata terakhir Dokter itu, tubuhnya semakin bergetar dengan keringat dingin yang menjalar dipermukaan kulitnya.
"Aku mohon Dok, lakukan yang terbaik untuk adikku. Aku mohon." Viola menggenggam tangan Dokter Rangga dengan erat, dia bahkan ingin bersimpuh dikaki Dokter itu agar dia bisa menyembuhkan Vedri.
"kita harus segera membawanya," ucap Dokter itu, dia juga menggenggam tangan Viola yang terasa sangat dingin.
Kemudian mereka berdua berjalan keruangan Vedri, terlihat Vedri sedang tertidur di atas ranjang dengan berbagai selang yang menancap ditubuhnya.
Viola memegang dinding kaca seakan-akan sedang memegang sang adik, dia merasa sangat sedih dan kembali teringat dengan almarhum Ibunya yang juga memiliki penyakit yang sama dengan sang adik.
"Dek, kau harus bertahan. Kakak mohon jangan tinggalkan kakak sendiri!" Viola sudah tidak punya siapa pun lagi didunia itu kecuali Vedri.
"maaf Ibu Viola, pihak administrasi ingin agar Anda segera menghadap mereka," ucap seorang perawat yang baru sampai ditempat itu.
"kenapa?" tanya Dokter Rangga.
"maaf Dokter, saya tidak tau," jawab perawat tersebut.
Kemudian Viola pergi keruangan administrasi dengan langkah gontai karna memikirkan kondisi sang adik.
"ada apa ya Buk, kenapa saya dipanggil?" tanya Viola yang sudah sampai di depan kasir.
"maaf Ibu Viola, pihak rumah sakit sudah meminta Ibu untuk melunasi semua biaya perawatan adik anda," ucap pihak administrasi sembari menunjukkan tagihan rumah sakit yang harus dia bayar.
"saya akan mencicilnya Mbak," seru Viola, dia kemudian mengeluarkan uang yang diberi oleh Alea padanya.
"maaf Buk, pihak rumah sakit tidak bisa memberi toleransi lagi pada anda," ucap wanita itu, pihak rumah sakit sudah tidak bisa lagi berdiam diri.
"tapi Mbak, saya pasti akan melunasi semuanya jika saya sudah mendapat uang," seru Viola.
"maaf Buk, kami tidak bisa membantu Ibu. Jika hari ini Ibu tidak melunasinya, maka kami terpaksa mengeluarkan adik anda dari rumah sakit," tegas wanita itu membuat emosi Viola mulai naik.
"Mbak, saya pasti akan membayarnya. Tapi biarkan adik saya dirawat Mbak, apa kalian tidak punya rasa kasihan sama sekali?"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 🥰