Menjadi Madu Sahabatku
Ting tong ting tong ting tong, suara alarm yang memekakkan telinga menggema diseluruh sudut kamar seorang gadis yang masih terlelap di bawah selimut. Gadis itu menyembulkan kepalanya dengan menggerakkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Dia miring ke kanan dan ke kiri berusaha untuk mengumpulkan nyawa, perlahan namun pasti kedua mata indahnya mulai terbuka.
"Hoam, jam berapa ini?" Viola melirik ke arah jam yang menggantung didinding, dan terlihat sekarang masih pukul 4 pagi.
Kemudian Viola bangun dan membereskan tempat tidur yang sedikit berantakan, dia lalu beranjak keluar kamar sembari menghidupkan semua lampu yang ada dirumahnya.
Viola segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, karna dia harus sampai dipasar pada pukul 5 pagi.
Setelah selesai membersihkan diri, Viola sibuk memasak menu sarapan. Dia mengambil seikat kangkung dan juga tempe yang akan menjadi menu andalannya pagi ini.
Setelah perang didapur selesai, Viola bergegas untuk pergi ke pasar. Dia mengambil jaket, dan juga topinya lalu beranjak keluar dari rumah itu.
Viola mengendarai motor pinjaman dari tempatnya bekerja sehari-hari, dia melajukan motor itu dengan sedikit pelan karna semilir angin yang terasa menerpa kulit tubuhnya.
Tidak berselang lama, Viola sudah sampai ditempat tujuan. Terdengar suara teriakan dari para penjual yang menjajakan barang dagangannya, membuat keadaan pasar sangat ramai dan berisik.
"buah duku buah duku buah duku, mari beli mari beli. Rasa dijamin manis, semanis aku mencintaimu!" teriak Viola saat melewati Ibu-Ibu penjual buah, dia berteriak dengan sangat nyaring membuat banyak orang tertawa karna mendengar teriakannya.
"Vio, mau buah dukunya 2 kilo. Kasi bonus ya!" ucap seorang pembeli yang baru sampai ditempat itu.
"siap sayang. jangankan 2 kilo, 5 kilo pun aku bungkus," ucap Viola sembari menyuruh Ibu penjual duku untuk menyiapkan pesanan dari pembeli itu.
"kalau 5 kilo, aku ngutang!" balas pembeli itu lagi sembari mengambil buah duku dan memakannya.
Viola hanya melambaikan tangannya dan berlalu pergi menuju tempat yang seharusnya. Setiap melewati berbagai macam barang dagangan, Viola pasti akan berteriak menjajakan dagangan yang dia lewati. Maka tidak heran jika hampir seisi pasar kenal dengan sosok gadis cerewet sepertinya.
Begitulah keseharian yang selalu dijalani oleh gadis muda bernama Viola Rinjani, berumur 23 tahun yang memiliki tubuh tinggi dan wajah manis membuat orang lain tidak bosan saat melihatnya.
Sifatnya yang ramah dan baik hati membuat orang-orang suka bergaul dengannya, walaupun terkadang dia akan menjadi pribadi yang cerewet jika berkaitan dengan barang dagangannya.
"Bik, maaf ya aku telat!" seru Viola saat baru sampai ditempat biasa dia bekerja.
"enggak apa-apa kok," jawab Bik Rima sembari menyusun sayuran-sayuran yang akan dia jual.
Viola segera membantu Bik Rima untuk menyusun segala barang jualan mereka, dia juga sudah berteriak-teriak menjajakan barang dagangan itu agar para pembeli singgah untuk membeli dagangannya.
"hey, Vio. Kasi cabainya sekilo," seru seorang wanita paruh baya dengan ketus, dia menarik kursi pendek yang ada di dekat Viola untuk dijadikan tempat duduk.
Viola hanya melirik ke arah wanita paruh baya itu, dia lalu menghembuskan napas kasar karna malas berurusan lagi dengannya.
Setelah menyiapkan pesanan wanita itu, Viola segera menyerahkannya serta menyebut harga yang harus wanita itu bayar.
"dasar perampok! mahal banget sih, harga cabainya," ketus wanita paruh baya yang bernama Pipin itu, dia membuka bungkusan cabai untuk melihat kualitasnya.
"harganya udah pasaran Bik, sama kok sama yang lain," jawab Viola, tingkah Bibinya itu memang selalu saja meresahkan.
"sama apa! jelas-jelas jualanmu ini sangat mahal," bantah Bik Pipin lagi dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.
Viola merasa sangat kesal, ingin sekali dia menenggelamkan Bibinya itu ke rawa-rawa.
"kalau memang Bibi gk suka, lebih baik Bibi beli ditempat lain," seru Viola, dia mendudukkan pantatnya di samping kumpulan jahe.
"penjual macam apa kamu, yang mengusir pembeli. Dasar anak pembawa sial!"
"sudah cukup ya Bik! aku di sini sedang kerja, jadi jangan membuat keributan," ketus Viola, dia sudah tidak tahan melihat tingkah jahanam sang Bibi.
"percuma Kakakku menyekolahkanmu sampai SMA, toh kerjanya jadi kuli dipasar," cibir Bik Pipin, membuat emosi Viola semakin membara.
"udah Nak, gak usah diladeni. Bibimu itu memang sarap," bisik Bik Rima, pemilik dagangan yang dijual oleh Viola.
"Cih, lagaknya masukkan adiknya ke rumah sakit, menghabiskan uang saja!" tambah Bik Pipin lagi, entah dendam seperti apa yang menyebabkannya jadi manusia bermulut racun seperti itu.
"uang-uangku, kenapa anda yang repot!" sengit Viola sembari melayani pembeli lain yang membeli barang dagangannya.
"uangmu apa! kalau bukan karna peninggalan kakakku, udah pasti kau tinggal dijalanan sana," balas Bik Pipin sembari berdiri dan menghentakkan kakinya dengan kesal.
"mau apa lagi Buk?" Viola mengabaikan wanita itu dan memilih untuk melayani pelanggannya, sementara Bik Pipin masih saja menggerutu ditempatnya tanpa ada niat untuk pergi.
"loh, Buk Pipin!" seru seorang wanita dengan menenteng tas belanjaan yang berisi ikan asin, dia dan Bik Pipin saling cepika-cepiki melepas segala kerinduan.
"lengkap sudah penderitaan," Viola melirik ke arah Bibinya yang saling berbincang dengan teman seperjuangannya.
"lihat itu, keponakanmu!" seru wanita itu sembari menunjuk ke arah Viola untuk memulai genderang perang.
"cuwih, najis punya keponakan kayak dia. Kerjaannya cuma bikin susah!" ucap Bik Pipin.
Kedua wanita itu terus bergosip ria membuat beberapa orang memperhatikan mereka, tetapi mereka tidak peduli dan terus saja menghina serta menjelekkan Viola tanpa dibalas oleh Viola sedikitpun.
"seharusnya dulu Kakakku tidak menikah dengan Ayahnya yang melarat itu, bikin sial keluarga kami saja!"
Bagai percikan minyak yang menyambar api, membuat api kemarahan berkobar dengan begitu membara dihati Viola. Dia meremmas bayam sampai hancur karna sudah merasa panas mendengar ocehan dua racun itu.
"betul itu, apalagi anaknya yang penyakitan itu. Maunya cepat aja mati biar tidak menyusahkan orang-"
"cukup!" teriak Viola. Suaranya menggelegar di tengah keramaian pasar membuat semua orang memusatkan perhatian mereka padanya.
"sudah cukup! terima kasih atas segala kepedulian dan ocehan kalian padaku, aku sangat bersyukur karna dibalik kesusahanku ini masih ada saja orang-orang yang iri padaku," ucap Viola dengan maksud menyendir mereka.
"oh ya, dan satu lagi. Ibuku sangat bahagia bisa menikah dengan seorang lelaki yang sangat baik seperti Ayahku, bahkan sampai akhir hayatnya, Ibuku sangat-sangat mencintainya. Kalian juga tidak pernah dengarkan, kalau orangtuaku bertengkar?" ucap Viola sarkastik, membuat dua wanita racun itu terdiam.
"Oh ya Bik, umur manusia itu Tuhan yang tau. Kita sebagai manusia jangan sok hebat dan sok tau, silap-silap malah nyawa kita dulu yang diambil Tuhan ketimbang nyawa Adikku yang sedang sakit," tambah Viola yang berhasil menohok hati semua orang yang mendengarnya.
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Jol Nain
aku belum lahir cerits
2023-03-30
0
TakeNi
awal yang bagus, menarik ceritanya, dan tata bahasanya cukup bagus. keren 👍
2022-09-17
0
auliasiamatir
betul itu vio, yang sakit belum tentu duluan dari pada kita yang sehat inj, semua ada di tangan Allah
2022-09-08
0