Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
.
.
.
Setengah jam kemudian mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan mereka. Dengan mengandalkan peta serta ingatan dari Andreas yang pernah lewat hutan rindang itu membuat semua orang yang ikut dalam perjalanan saling berharap semoga mereka cepat sampai di pasar rakyat sebelum langit menggelap.
"Kira-kira di mana letak kerajaan lain di benua ini? Apa kita bisa pergi ke wilayah kerajaan lain?" Tanya Katrina di sela-sela perjalanan mereka, langit pun hendak mulai berubah menjadi orange.
"Tidak ada kerajaan lain lagi selain kerajaan Alphard nyonya." Stero menjawab pertanyaan yang entah Katrina lontarkan untuk siapa.
"Apa? Bagaimana bisa, ini kan daerah kekaisaran, tidak mungkin tidak ada kerajaan lain selain kerajaan di wilayah Timur itu." Komentar Katrina.
"Nyonya ... Dahulu memang ada banyak Kerajaan di benua Caren ini. Namun perlahan-lahan beberapa kerajaan mulai runtuh dan menjalin kerjasama dengan kekaisaran Valtoria." Ungkap Stero.
"Kaisar terdahulu bernama Charles yakni Kaisar ke-V terkenal dengan sifat nya yang selalu tidak pernah puas akan sebuah kekuasaan. Beliau selalu memulai perang terlebih dahulu untuk merampas tanah kekuasaan kerajaan lain. Perlahan-lahan Kerajaan yang banyak berdiri mulai runtuh dan krisis ekonomi serta kelaparan terjadi di mana-mana. Berkat kecerdasan Kaisar Charles yang memanfaatkan kondisi tersebut, membuatnya berhasil menguasai banyak Kerajaan hingga saat ini sudah tidak ada lagi kerajaan lain kecuali Kerajaan Alphard di wilayah Timur." Ungkap Stero menjelaskan, ia ingat dengan jelas di mana hari ayah dan kakak nya diseret oleh prajurit untuk ikut serta berperang menjarah kerajaan lain. Hingga sampai saat ini ia tidak pernah lagi bertemu ayah dan kakak nya lagi, serta dorongan perasaan yang timbul akibat kejadian itulah yang membuatnya menjadi seorang ksatria saat ini.
"Jadi begitu... Lalu kekaisaran saat ini masih di pimpin oleh Kaisar yang seperti itu?" Tanya Katrina lagi, Katrina merasa geram juga akan ketamakan dari kaisar itu, ternyata benar adanya jika kekuasaan dapat membutakan mata serta hati dari seseorang hingga membuat orang yang terkontaminasi oleh ketamakan itu melupakan jati diri nya serta rasa kemanusiaan nya.
Katrina menyadari dengan jelas bahwa kekuasaan dan ketamakan selalu berdampingan hingga berakhir dengan membawa kehancuran. Mau itu di dunia modern ataupun di dunia ini, ternyata kasus seperti itu akan selalu ia temui.
"Kekaisaran saat ini telah di pimpin oleh Kaisar Marcellus de Aurelius Valtorius. Kaisar ke-VI, beliau naik tahta sejak lima tahun lalu menggantikan Kaisar dahulu yang telah wafat nyonya." Ucap Simon menjelaskan.
"Hmm! Untunglah Kaisar tamak itu telah wafat. Tapi apa kaisar saat ini juga memiliki sifat tamak sama seperti ayahnya?" Batin Katrina penasaran, "hah sudahlah, lagi pula itu bukan urusan ku." Timpalnya membatin lagi.
Dengan mengandalkan peta beserta arahan Andreas, rombongan mereka pun akhirnya berhasil keluar dari hutan lebat itu, dan kini mereka sudah berada di daerah ibu kota kekaisaran Valtoria, lebih tepatnya daerah kawasan para rakyat. Beruntungnya mereka sampai tepat sebelum langit berubah menjadi gelap seluruhnya, serta mereka tidak bertemu hewan buas apapun di perjalanan. Seolah-olah perjalanan mereka dilindungi oleh sang penguasa alam semesta.
Stero dan Sarkan bertugas mencarikan tempat penginapan untuk mereka. Hanya sebuah penginapan biasa, mereka tidak bisa memesan penginapan yang terkenal sebab di sana banyak dipenuhi dengan anggota bangsawan yang otomatis pasti akan mengenali wajah Katrina.
Sementara Katrina memilih berjalan-jalan bersama ketiga anak nya. Tenang saja, Katrina beserta anaknya tidak akan dikenali sebagai seorang bangsawan, sebab ia mengenakan jubah hitam beserta tudungnya, begitu pun ketiga anak nya. Lagipula para rakyat pasti tidak terlalu mengenal rupa wajah seorang bangsawan yang tidak selalu menunjukkan dirinya di depan umum.
"Ibu, bolehkah aku minta itu?" Tanya Helena menunjuk permen kapas yang terjual di kedai yang dipenuhi dengan lampu-lampu di sudut jalan yang ramai di malam itu. "Boleh dong, ayo ke sana." Ajak Katrina membawa ketiga anak nya mendekati kedai itu.
Langkahnya seketika terhenti ketika netra matanya menangkap selebaran lukisan wajah seorang wanita dengan rambut panjang lurus berwarna orange dan bermata hijau. "Itu kan aku." Batin Katrina. Karena tidak mau mengecewakan Helena, Katrina pun mengeratkan tudung kepala miliknya, sembari menunduk. Untungnya rambutnya tidak terurai dan orang-orang tidak akan tahu warna rambutnya saat ini berwarna apa.
"Pak, saya beli permen gulali nya 4 ya" Ucap Katrina sembari merogoh kantong kain yang di terikat di samping pinggul celananya. "20 Vilton nona" Ucap penjual seraya memberikan 4 permen gulali pada Katrina yang langsung mengeluarkan 20 koin Vilton, membayar barang yang ia beli.
Diam-diam Katrina melirik ke arah kertas berisikan lukisan wajah mirip dirinya. Katrina tahu dengan jelas jika orang yang dimaksud di kertas itu adalah dirinya. Tertulis di situ 'Luxio Maximillian Wanita Yang Dicari' serta tambahan kalimat yang memberitahukan bila ada orang yang berhasil membawa dirinya ke Kekaisaran maka orang tersebut akan mendapatkan imbalan sebanyak 2 Valton. "Huh! Mahal juga imbalan nya, bisa untuk menyambung hidup selama setengah tahun." Batin Katrina.
Ia sedikit merasa jengkel dengan selebaran berisikan informasi dirinya itu. Bagaimana bisa seseorang melukis wajahnya dengan rupa yang berbeda dengan wajah aslinya, disitu terlukis jika wajah Katrina memiliki bibir yang besar serta pipi yang lebar, wajah nya tampak seperti terlihat lebih tua. Bagaimana bisa sang pelukis tidak becus waktu melukis wajah seseorang? Hanya warna rambut, mata dan nama saja yang memberikan penjelasan yang benar mengenai identitas nya. Sisa nya tidak niat sama sekali!
"Kalian takkan pernah mendapatkan ku." Batin Katrina, seringai remeh terlukis dengan jelas di wajahnya. "Ini milik mu Helena." Ucap Katrina akhirnya memberikan Helena sebuah permen kapas mengembang yang di tusuk dengan lidi, "Terima kasih ibu!" Ucap Helena dengan semangat disertai mata yang berbinar mengamati bentuk permen kapas yang ada di tangan nya. Ini pertama kalinya ia dibelikan sesuatu oleh ibu nya dan untuk pertama kali nya ia merasakan rasa manis permen kapas seperti yang pernah ia lihat ketika anak seorang pelayan yang menunjukkan permen kapas miliknya namun tidak mau berbagi ke Helena dan sesekali pamer padanya.
"Ini untuk kalian." Katrina memberikan Henry dan Harri masing-masing satu tusuk permen kapas. "Terima kasih bu, ini manis." Ucap Harri sewaktu mencicipi permen kapas itu. "Terlalu manis!" Timpal Henry yang ikut mencicipi miliknya sendiri.
"Tentu saja manis, namanya juga gula." Balas Katrina yang ikut memakan milik nya, "kenapa ibu ikut makan juga?" Tanya Henry mengerutkan dahi. "Hah? Memangnya tidak boleh? Henry, jangan pikir permen kapas dibuat hanya untuk anak-anak seperti kalian, orang dewasa pun boleh memakannya." Jelas Katrina sesekali menggigit permen kapas yang rasanya seperti sedang makan angin.
"Kau tidak perlu makan-makanan manis lagi bu ..." Balas Henry, "sebab kau sudah manis." Gumam nya. "Eh! Apa? Apa tadi kau bilang Henry?" Katrina tertegun, tidak mungkin kan bocah pemarah yang suka bicara kasar itu tiba-tiba mengucapkan kalimat manis seperti itu? Bocah itu tidak seperti Henry yang biasanya saja.
"T-tidak ada, sebaiknya kita kembali bu. Tuan Stero dan Andreas pasti telah menemukan penginapan untuk kita." Sergah Henry yang berjalan dahulu meninggalkan ketiga orang yang diam-diam menertawakan cara jalannya yang aneh, Henry tampak berjalan bagaikan seorang robot di mata Katrina, tangan anak itu berayun selaras dengan kaki nya.
"Oke, ayo kita kembali." Ajak Katrina, barulah ia bersama Harri dan Helena berjalan menyusul Henry yang sudah kepalang malu.
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...