Demi mendapatkan biaya operasi sang ayah yang mengidap penyakit jantung, Nabila Kanaya terpaksa menikah dengan Sean Ibrahim, lelaki yang tak lain adalah suami dari sahabatnya.
Sandra Milea, seorang model terkenal yang
namanya sedang naik daun di dunia entertainment, terpaksa meminta sahabatnya untuk menikah dengan suami tercintanya demi mendapatkan seorang anak yang sudah lama didambakan oleh Sean dan juga mertuanya. Bukan karena Sandra tidak bisa mempunyai anak, tetapi, Sandra hanya belum siap kehilangan karirnya di dunia model jika dirinya tiba-tiba hamil dan melahirkan seorang anak.
Lalu, bagaimana nasib pernikahan Kanaya dengan suami sahabatnya itu? Akankah Kanaya menderita karena menikah tanpa cinta dan menjadi istri rahasia dari suami sahabatnya? Ataukah Kanaya justru bahagia saat mengetahui kalau suami dari sahabatnya itu ternyata adalah seseorang yang dulu pernah singgah di hatinya?
Yuk, ikutin kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3 MENYEWA RAHIM
Kanaya dan Rianti saling berpelukan saat Danu dibawa ke ruang operasi. Pria yang sangat mereka sayangi itu hari ini menjalani operasi setelah Kanaya berhasil mendapatkan uang pinjaman dari sahabatnya.
Uang sebesar satu milyar yang diberikan oleh Sandra langsung Kanaya pakai untuk membayar operasi ayahnya.
"Semoga ayahmu baik-baik saja." Rianti menangis di pelukan Kanaya.
"Kita sama-sama berdoa untuk ayah agar operasinya berjalan lancar."
"Iya, Nay, semoga semuanya berjalan lancar."
"Amiinn ...."
Sepasang ibu dan anak itu kembali berpelukan, saling menguatkan satu sama lain.
"Naya, kamu belum cerita sama ibu, dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi?"
Bukannya menjawab, Naya justru membawa sang ibu untuk duduk di ruang tunggu.
"Naya ... dari mana uang sebanyak itu, Nak, jujur sama ibu?" Rianti menatap Kanaya dengan lembut. Firasatnya sebagai ibu mengatakan kalau Kanaya sedang tidak baik-baik saja sekarang.
"Apa uang itu benar-benar dari Sandra?"
"Iya, Bu. Uang itu dari Sandra."
"Syukurlah ... tadinya ibu takut kalau kamu mendapatkan uang itu–"
"Sandra memberikan uang itu, tetapi dia minta syarat yang harus aku penuhi, Bu." Kanaya menatap perempuan itu dengan rasa bersalah. Kanaya menggenggam tangan ibunya.
"Syarat apa? Bukankah biasanya sahabatmu itu sangat baik dan tanpa pamrih?" Rianti menatap sang putri dengan rasa khawatir.
"Sandra akan memberikan uang itu asal aku mau menuruti permintaannya. Dia ingin aku menolongnya."
"Menolongnya? Apa maksudmu, Nay? Ibu tidak mengerti."
Kanaya menghela napas panjang, gadis cantik itu menatap Rianti dengan rasa bersalah. Namun, akhirnya ia menceritakan semuanya pada sang ibu.
Apalagi, beberapa saat yang lalu, Sandra kembali menelepon, memastikan kalau Kanaya tidak akan mengingkari janjinya.
"Ya, Tuhan ... Naya." Perempuan paruh baya di depannya itu menutup mulutnya, merasa tak percaya dengan ucapan Kanaya.
"Kamu mau mengorbankan dirimu menikah dengan suami Sandra untuk mendapatkan keturunan demi operasi ayahmu?"
"Naya, apa kamu sudah–"
"Tidak ada jalan lain, Bu. Kita membutuhkan uang itu dengan segera. Ayah harus segera dioperasi, aku tidak mau terjadi apa-apa sama ayah ...."
"Kanaya ...." Rianti memeluk putri pertamanya itu. Mereka berdua menangis sambil saling berpelukan.
"Maafkan ibu dan ayahmu karena kami tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kalian."
"Apa yang ibu katakan? Kami semua bahagia hidup bersama ibu dan ayah. Aku dan adik-adikku tidak pernah kekurangan. Kami selalu mendapatkan semua yang kami inginkan." Kanaya kembali memeluk perempuan yang melahirkannya itu.
Dulu, sebelum ayahnya menderita penyakit jantung, keluarga mereka hidup dengan berkecukupan. Keluarga mereka hidup sangat bahagia.
Ayah Kanaya adalah seorang pedagang sembako yang mempunyai puluhan cabang toko. Meskipun mungkin tidak sekaya seperti cerita-cerita dalam novel yang sering Kanaya baca, tetapi keluarga hidup dengan berkecukupan tanpa kekurangan apa pun.
Namun, setelah ayahnya sering sakit-sakitan, usaha sang ayah semakin menurun. Uang modal yang biasa mereka pakai untuk berjualan, sedikit demi sedikit mulai habis untuk biaya pengobatan sang ayah.
Sehingga akhirnya, usaha mereka pun gulung tikar. Mereka hidup dengan mengandalkan uang tabungan kedua orang tuanya yang akhirnya semakin lama pun habis.
Beruntung, Kanaya sudah lulus kuliah dan saat ini sudah mulai bekerja. Gadis cantik itu kini menjadi tulang punggung bagi keluarganya.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Nak?"
"Aku akan memenuhi janjiku pada Sandra, Bu. Aku akan menikah dengan suaminya."
"Apa kamu yakin, Nay, kamu akan dicap sebagai pelakor karena kamu menikah dengan laki-laki yang sudah beristri."
"Sandra yang meminta, Bu, bukan aku. Lagipula, pernikahan ini pernikahan rahasia, Bu."
"Maksud kamu, Nay?"
"Bu, Sandra memintaku menikah dengan suaminya untuk mendapatkan keturunan. Dia akan merahasiakan pernikahan ini dari siapapun termasuk kedua mertuanya."
"Setelah aku mengandung dan melahirkan anak dari suaminya, pernikahan ini akan berakhir, dan Sandra akan mengakui anak yang aku lahirkan itu sebagai anaknya."
"Apa?"
Rianti sangat terkejut mendengar penuturan putrinya. Sejak Kanaya menjelaskan tadi, perempuan berusia lima puluh tahun itu mengira kalau Kanaya hanya dijadikan istri kedua saja. Akan tetapi, ternyata dia salah.
"Jadi, maksud kamu, Sandra menyewa rahim kamu untuk melahirkan anak darah daging suaminya?"
Bersambung ....