Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan
Jojo memperhatikan wajah laki-laki berseragam itu dengan seksama, jika dilihat dari cara memakai seragam dan gayanya, bocah itu terlihat sebagai anak yang sulit di atur.
"Apa kalau bukan maling!" sentak balik bocah laki-laki itu.
Dari arah luar, Pak Lin datang saat mendengar keributan, rupanya ia lupa memberitahu penghuni rumah ini jika akan ada penghuni baru.
"Maaf, dia maid baru yang di kirim nyonya besar, Tuan," ujar Pak Lin.
"Oh, maid baru." Bocah laki-laki berseragam itu mengangguk dan berlalu pergi, saat belum terlalu jauh, ia menoleh sambil berkata, "Buatkan aku susu dan sereal, aku lapar!"
Jojo mengangguk, ia berterima kasih pada Pak Lin karena sudah menyelamatkannya dari tuduhan kejam penghuni rumah ini.
Setelah Pak Lin pergi, Jojo segera mengambil kotak sereal dan membuat segelas susu, ia menyiapkannya di meja makan.
Tidak berselang lama, bocah laki-laki itu kembali datang setelah mengganti pakaiannya dan langsung duduk, menikmati apa yang sudah Jojo siapkan.
"Siapa namamu?" tanya bocah laki-laki itu dengan ketus, tanpa menoleh Jojo yang berdiri di pinggiran meja dapur.
"Jojo," jawab Jojo singkat. "Apa namamu Kalingga?" Jojo balik bertanya.
"Itu nama kakakku," jawabnya.
"Ah, berarti namamu Kaivan?" tebak Jojo. "Jika anak bungsunya sebesar ini, lalu setua apa kira-kira anak sulungnya. Ah, bagaimana bisa aku menjadi pengasuh para bujangan," batin Jojo.
"Panggil aku Kai!" seru Kai. Jojo mengangguk. Setelah kenyang, Kai kembali ke kamarnya.
Di dalam kamar, Kai langsung mencari ponselnya dan menelpon seseorang, rupanya ia memberitahu semua kakak-kakaknya jika di rumah mereka ada penghuni baru yang di kirim oleh Merlinda.
Kaivan, anak bungsu di rumah ini adalah remaja berusia delapan belas tahun, ia bersekolah di salah satu sekolah menengah atas populer di kota ini. Sifatnya yang sulit di atur dan suka membangkang, membuat setiap maid yang di pekerjakan oleh Merlinda di rumah ini tidak betah, semua mengundurkan diri meski dengan gaji yang lumayan besar.
Menjelang malam, Kai keluar dari kamar, ia mendapati Jojo sedang sibuk di dapur, rupanya gadis itu asik memotong sayur dan bumbu untuk di masak.
"Hei, Jojo. Berapa umurmu?" tanya Kai, ia melompat dan duduk di atas meja dapur, mengambil apel tanpa permisi dan membuat Jojo terkejut.
"Kau harus hati-hati," ujar Jojo, pisau yang ia pegang hampir mengiris jarinya.
"Hei, ini rumahku. Jangan mengaturku!" seru Kai.
Jojo menghela nafas panjang, melihat Kai sambil menampakkan wajah seramah mungkin.
"Umurku dua puluh tiga tahun, bagaimana denganmu?" Jojo bertanya balik.
"Hah, yang benar saja. Mama mengirimmu bekerja disini untuk menjadi maid dan mengurus kami. Mengurus dirimu sendiri saja kau belum tentu bisa," ejek Kai.
Jojo tidak memperdulikan tanggapan Kai yang meremehkan dirinya, ia tidak peduli bagaimana orang lain menilainya, asalkan dia berusaha bekerja dengan baik, maka orang lain bisa membungkam mulut mereka sendiri.
"Dari mana asalmu? bagaimana kau bisa bertemu mamaku?" tanya Kai.
"Oh ya, apa pendidikan terakhirmu? sekolah menengah pertama?" tanya Kai lagi, pertanyaan bertubi-tubi membuat Jojo malas menanggapi. Dari awal, Kai memang meremehkannya.
Jojo bangkit dari duduknya dan membawa potongan sayur ke wastafel, ia dengan santai mencuci tangan seolah-olah hanya ada dia di dapur ini.
"Hei, kau tuli? aku bicara denganmu!" Kai melotot, ia kesal karena Jojo acuh padanya.
"Oh, kau bicara padaku? maaf."
"****!!!" Kai pergi sambil mengumpat.
Selepas kepergian Kai dari dapur, Jojo bernafas lega. Kini ia mulai sedikit memahami sifat Kai yang mungkin akan sangat menjengkelkan dan merepotkan hidupnya. Namun, ini baru satu anak, Jojo penasaran dengan anak-anaknya yang lain.
Usai memasak, Kai meminta Jojo untuk membersihkan kamarnya. Kai juga memberi penjelasan tentang seragam-seragam sekolah yang ia pakai setiap hari, ia ingin Jojo menyiapkan semuanya setiap pagi. Dengan senang hati, Jojo menyanggupinya. Sambil menunggu Jojo merapikan kamar miliknya, Kai pergi ke dapur.
🖤🖤🖤
Pukul enam petang, satu persatu anak asuh Jojo pulang. Dengan cepat, Jojo menyiapkan makanan dan semua yang sudah ia masak ke atas meja makan. Gadis itu berharap, masakan yang sudah ia buat akan membuat kesan baik untuk hari pertamanya bekerja.
Ke empat kamar laki-laki di rumah ini berada di lantai dua, Jojo menanti penuh harap di meja makan.
Kalingga, anak tertua di keluarga ini berwajah datar, tak terlihat senyum di bibirnya meski hanya sekilas. Namun, ke empat laki-laki itu memiliki kemiripan, yaitu bentuk hidung yang sama.
"Ah, mereka semua tampan," batin Jojo memuji. Ia memang pernah membayangkan hidup di kelilingi pria tampan, namun bagaimana bisa jika ia harus menjadi pengasuh mereka.
Semua penghuni rumah sudah duduk di kursinya masing-masing. Kalingga, sebagai anak tertua, memperhatikan Jojo dari ujung rambut ke ujung kaki.
"Hai, kenapa berdiri di sana? ayo, duduk dan ikut makan bersama kami," ucap salah satu dari mereka.
"Hah? aku? makan bersama?" tanya Jojo gugup.
"Ya, apa kau akan berdiri di sana dan hanya memandangi kami makan?" lanjutnya.
Jojo mengedarkan pandangan pada semua orang yang duduk mengelilingi meja makan, tidak ada reaksi, namun laki-laki yang sedari tadi bersikap ramah padanya, terus tersenyum dan memaksanya duduk untuk makan bersama.
"Silahkan makan," ucap Jojo sopan. Semua anak asuhnya dengan antusias mengambil makanan untuk mengisi piring mereka.
"Cuih, masakan apa ini?" tanya Kai sambil membanting sendok di tangannya.
"A-ada apa? kenapa?" tanya Jojo panik.
"Coba saja sendiri!" seru Kai.
Jojo mencicipi kuah sayur yang Kai coba, ia mengernyit karena rasa yang sangat asin.
"Maaf, tapi tadi rasanya tidak seasin ini," keluh Jojo. Ia tidak mengerti, kenapa sayur ini berubah menjadi sangat asin, padahal ia masih ingat jika ia hanya menambahkan sedikit garam.
Jojo menyisihkan sayuran di mangkok kaca, kesan pertama yang ingin ia dapatkan, sudah hancur.
"Apa kau tidak bisa masak?" tanya Kai membentak.
Semua orang di meja makan nampak melihat Jojo dengan pandangan aneh, pandangan itu seakan menguliti Jojo dengan rasa malu.
"Maaf," gumam Jono lirih.
"Tidak apa-apa, kita bisa makan yang lain," sela laki-laki yang sedari awal sudah berbicara ramah pada Jojo.
Tidak ada yang bicara, semua yang sudah terlanjur mencampur nasi mereka dengan kuah sayur asin, kini sudah Jojo singkirkan, mereka bisa makan dengan daging dan ikan yang lain.
"Perkenalkan dirimu." Kalingga, anak tertua mulai bicara. Ia menunggu semua orang kenyang dan siap mengintrogasi maid baru mereka.
"Aku?" tanya Jojo, ia tersenyum lalu mengangguk, merasa jika tidak ada lagi orang yang Kalingga maksud selain dirinya.
"Perkenalkan, namaku Jovanka. Panggil saja Jojo," ujar Jojo sopan.
"Hai Jojo, aku Keenan. Senang berkenalan denganmu," ujar Keenan dengan ramah.
"Kalingga," sela Kalingga datar.
"Kylan." Laki-laki di samping Kai bicara, ia hanya tersenyum tipis.
"Kau jelas tahu namaku," ucap Kai dengan bibir mencebik.
"Terima kasih, ini adalah hari pertamaku bekerja. Maaf jika masakanku kurang enak, aku akan belajar lagi," ujar Jojo. Ia mengangguk pada semua orang dan bergegas membereskan sisa makanan di atas meja.
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️