"Ini uang, aku menginginkan suamimu!" ucap Nadine serius.
"Apa???" Dinda tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Patah hati dari penghianatan sang kekasih yang berselingkuh dengan adiknya sendiri membawa kisah tersendiri seorang Nadine yang semula angkuh dan sombong namun berubah lebih baik hanya karena terpesona pada bodyguardnya sendiri.
Kisah gadis kaya raya yang terlalu mudah jatuh cinta kembali pada seorang pengawal pribadinya, membawa ia pada kenyataan lain yang tidak ia ketahui selama ini.
Farhan Pradhipta merupakan sosok yang mampu membuat Nadine kembali merasa hidup disaat yang tepat, namun siapa yang menyangka bahwa lelaki ini tidaklah seperti yang Nadine kira.
Penasaran?
Lanjut ke Bab ya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
"Jangan bercanda bu"
"Ayahmu meninggal lima belas menit lalu," jawab nyonya Airin dingin.
Kata-kata itu yang membuat Nadine menjatuhkan diri ke lantai, kakinya lemas dadanya sesak bak terhimpit beban berat.
Bayangan Daniel sedang bermain bersama adiknya Nadira di ranjang saja masih teringat jelas di otaknya saat ini, lalu gadis cantik dan mahal inipun harus menghadapi kenyataan bahwa sang ayah yang telah memanjakannya selama ini harus meninggalkan Nadine untuk selamanya.
"Apa ini? apa yang terjadi padaku sekarang? ayaaaaaahhh, kenapa harus ayah?" raung Nadine histeris dalam pelukan sang sahabat sekaligus asisten pribadinya Rose.
"Nadine, jangan mengatakan yang tidak-tidak. Tenangkan dirimu ayo berdirilah," ajak Rose membantu tubuh Nadine untuk berdiri.
****
Nadine masih diam setelah menghadiri pemakaman ayahnya, sedang Nadira terus menempeli ibunya seakan menghindari kakak perempuannya itu.
Gadis cantik ini tidak sepatah katapun menyapa apalagi bicara pada adiknya Nadira, ia berjalan melewati ibunda yang masih berduka kehilangan suami tercinta.
Nadine terhenti langkahnya saat ingin kembali ke kamar namun nyonya Airin memanggilnya.
"Ada apa bu? aku lelah aku ingin tidur," jawab Nadine datar.
"Tidur? ayahmu baru saja dimakamkan Nadine kenapa kau bersikap lain hari ini?" bentak ibunya kesal.
"Apa ibu tidak tahu apa yang Nadira lakukan padaku hari ini?"
"Nadira? ada apa dengan Nadira?".
"Ibu bisa tanyakan langsung pada anak kesayanganmu ini, atau harus ku buka aibmu di sini wahai adikku?" Nadine berkata tajam seraya menarik tangan adiknya Nadira agar mendekat.
Nyonya Airin menatap dua beradik itu penuh tanya.
"Nadine ada apa ini?"
"Ibu harus tahu bahwa anak kesayanganmu ini adalah seorang ****** yang telah tidur dengan kekasih ku Daniel, mereka berhubungan badan di hadapanku bu, mereka menjijikkan, aku membenci mu Nadira," ucap Nadine dengan wajah marah seraya menjambak rambut Nadira.
Nyonya Airin terperangah mendengar ucapan putri sulungnya itu, perempuan paruh baya namun terlihat awet muda ini pun beralih menatap Nadira dengan raut penuh arti.
"Kami saling mencintai hanya saja kak Nadine tidak mau berpisah dengan Daniel, dia memilih ku daripada wanita sombong ini," jawab Nadira mulai melawan.
Nyonya Airin merasa sakit pada dadanya, ia tidak berkata apapun melainkan mendudukkan diri ke sofa yang berada di dekatnya, ibu dari dua saudara itu menarik napas dalam menetralisir pendengarannya.
"Ibu" Nadira membantu ibunya duduk.
Nadine melihat itu menjatuhkan airmatanya.
"Lihat, ibu bahkan tidak bisa marah pada wanita sialan ini, itu cukup membuktikan bahwa memang ibu hanya menyayangi Nadira saja, bahkan untuk hal sepenting ini, tidakkah ibu merasa ini aib? putri kesayangan mu ini berbuat mesum dengan kekasih kakaknya sendiri dihari yang sama dengan kematian ayah, apa itu patut dimaafkan?"
Nyonya Airin masih diam, lidahnya kelu ingin berkata sesuatu.
"Nadine" ucap nyonya Airin menatap gadis itu penuh arti.
"Apa bu? apa ibu masih ingin membelanya? aku gadis nakal tidak tahu sopan santun seperti yang biasa ibu katakan, tapi setidaknya aku bukan wanita rendahan seperti Nadira yang baik hati dan tidak sombong ini"
"Berhenti mencela ku kak, Daniel tidak benar mencintaimu jangan salahkan aku dalam hal ini, pria itu menginginkan ku hanya saja dia terjebak hubungan dengan mu," bela Nadira.
"Huh sekali ****** tetap ****** dasar adik tidak tahu diri," jawab Nadine tajam pada Nadira.
"Berhenti berdebat, apa kalian tidak menghormati kepergian ayah? Beliau baru saja dimakamkan"
"Nadira, suruhlah Daniel membawa orangtuanya kemari, kalian harus segera menikah, dan Nadine, ibu harap kau bisa mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan, ayo kita berdamai dengan kenyataan, bertengkar pun tidak ada gunanya sekarang, biar bagaimanapun Nadira adikmu, ****** ini adalah adikmu, berhenti bertengkar ibu sangat pusing sekarang, jangan sampai orang-orang tahu tentang ini terlebih wartawan, jaga nama baik ayahmu"
"Ck.... begitukah, baiklah ibu berkata seperti ini sama saja dengan mengusirku dari rumah ini, terus saja membela Nadira, iya aku rasa hanya Nadira putri ibu," jawab Nadine dengan suara lantang namun penuh arti.
Gadis yang dadanya bergemuruh ini melanjutkan langkah menuju kamarnya berada.
Menjatuhkan diri ke ranjang mewah itu Nadine menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.
Perempuan yang masih berpakaian serba hitam ini pun meraih ponselnya mengetikkan sebuah nama lalu menelepon.
"Rose kau dimana? carikan aku apartemen besar dengan fasilitas lengkap, aku tidak sudi tinggal bersama adik penghianat itu di rumah ini, aku menginginkannya sekarang, aku akan pindah malam ini juga!" perintah Nadine pada Rose sahabat dan asisten yang memegang kendali keuangannya.
'.......'
"Lakukan saja sesuai perintah, aku tidak menerima pertanyaan apapun"
💖💖💖
mampir juga ya di karyaku jika berkenan
semangat terus thor...