Arumi lengah, dia menganggap pernikahan yang dia bangun selama tujuh tahun ini baik baik saja, dia menganggap bahwa dia telah berhasil memenangkan hati suaminya, sikap dan tanggung jawab Yudha selama inilah yang membuatnya berfikir demikian.
Arumi tersadar ketika Yudha menemukan tambatan hati yang menurutnya mampu membuat hidupnya kembali bergairah.
Akankah Arumi mengijinkan suaminya mendua atau dia akan memilih berpisah, sungguh keduanya sama sama menghancurkan hatinya, terlebih untuk buah hati mereka!.
Mampukah Arumi mengiklaskan perjalanan hidup dan cintanya?
Mari kita ikuti kisah cinta mbak Arumi dalam HATI SUAMIKU BUKAN MILIKKU, yang penasaran dengan pertemuan awal mereka bisa baca kisahnya di IMPIAN DEKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Sulit
Tiga bulan kemudian....
Sejak kepergian istrinya Yudha terlihat semakin kurus, menjadi pendiam, suka marah tanpa sebab dan hobi ke club untuk mabuk.
Arti sudah lelah memantau adeknya, dibiarkanya saja sekarang toh dia udah besar ini udah bisa berfikir sendiri bukan. Kita harus terima lah konsekuensi setiap apa yang kita perbuat. Deka hanya manut saja keinginan istrinya karena dia merasa tak ada wewenang untuk terlalu ikut campur urusan rumah tangga adeknya.
Toh sekarang yang penting kan Arumi dan anak anaknya aman dan nyaman pastinya.
Malam itu Yudha mabuk berat salah satu sahabatnya pun membawa dia pulang ke apartemen istri mudanya, sayangnya ketidaksadaran Yudha membuat Desi sang istri malah merasa mendapatkan celah untuk mengambil alih apa yang dimiliki suaminya.
Tanpq Yudha sadari dia telah menandatangani surat kepemilikan hak toko nya kepada istri mudanya.
Desi tertawa lepas saat mendapatkan itu semua, " tinggal tunggu waktu saja bodoh. Maka aku akan menceraikanmu," ucap Desi ditelinga Yudha.
Sayangnya Yudha sudah tak mendengar apa yang Desi ucapkan, pengaruh alkohol yang dia minum sungguh dasyat rupanya hah Yudha Yudha bodoh sekali kamu.
Keesokan harinya...
Yudha bangun dari tidurnya dengan kepala yang sangat berat, Keadaannya sangat berantakan bau alkohol menyengat dari tubuhnya.
Yudha berdiri dibalik jendela yang ada diapartemenya, menatap kosong kesana. Bayangan sendu wajah Arumi kembali terlintas, celetukan celetukan Ditya yang menggemaskan bahkan senyuman Mawar saat bercanda ria dengannya pun hadir.
Hati Yudha kembali teriris ketika melihat foto-foto anak anaknya di galeri ponselnya. Sayangnya tak ada satupun foto istrinya yang dia ambil, karena saat itu dia memang tak menginginkan Arumi.
"Rum, mas kangen sayang kamu di mana?"gumam Yudha.
Yudha menghela napas dalam-dalam merebahkan lagi tubuhnya dikasur king sizenya. Mengotak atik ponselnya, mengirimkan sejumlah uang untuk Arumi agar anak-anaknya tak kekurangan suatu apapun.
"Dipakai ya Rum uangnya buat anak-anak juga. Maafkan masmu yang bodoh ini, yang suka menyepelekan kamu. Mas selalu berpikir kamu tak bisa makan tanpaku. Padahal tanpaku, kamu sanggup bertahan hidup, Mas minta maaf ya Rum. Kamu adalah wanita terbaik yang aku kenal." Sayangnya semua kata yang terucap itu tak bisa Arumi dengar. Pikiran Yudha kembali berputar ke sana ke mari memikirkan setiap kata yang dia lontarkan untuk Arumi saat mereka masih bersama.
Wanita pendiam itu selalu menjawabnya dengan lemah lembut. Bahkan saat aku marah dan berteriak padanya dia hanya diam dan tak berani mengeluarkan sepatah katapun. Jangankan menjawab, menatap wajahnya pun Arumi tak berani.
Saat Yudha menghacurkan perasaanya, wanita itu hanya menjawab "Apa mas yakin?" Ya, hanya kalimat itu yang Arumi ucapkan.
Pertanyaan yang terus terngiang di otakku, rasaya hatiku sesak Rum, aku paham sekarang bagaimana perasaanmu kala itu. Bodohnya aku terlalu mementingkan egoku, suara batin Yudha.
***
Setali tiga uang dengan Yudha, saat ini Arumi juga mengalami masa sulitnya. Para tetangga telah mengunjingkanya janda penggoda suami orang. Padahal dia keluar rumah pun jarang.
Paling hanya beli sayur atau antar jemput Ditya sekolah, kalau masjid Ditya sudah bisa pergi dan pulang sendiri karena dekat kan.
Arumi hanya bisa pasrah akan gunjingan itu, tapi tak dipungkiri dia juga merasakan sakit dihatinya.
Hari ini Ditya marah dan berteriak pada ibu ibu yang menggunjingkan bundanya. Dengan keberanianya Ditya mengatakan bahwa ibunya bukan janda.
Dia memiliki Abi, dasar ibu ibu lemes mereka pun bertanya dimana abinya, dengan tegas Ditya mengatakan bahwa Abinya sedang bekerja untuknya.
Untuk membelikanya mainan dan membayar sekolahnya. Harti ibu mana yang tak tersayat mendengar pembelaan putranya padanya dan suaminya.
Tangis Arumi pecah, seketika dia mengingat betapa bodohnya dia jika terus bertahan dikompleks ini.
Lingkunganya tak bagus untuk putranya, tidak seperti saat mereka tinggal di Samarinda. Masyarakatnya tak sekepo disini.
Ditya merajuk, dia tak mau bicara dan makan, duduk sendiri dikamar, Arumi yang melihat putranya tertekan bun kasihan.
"Abang masih marah?" tanya Arumi.
"Kenapa mereka jelek jelekin bunda, Ditya ga suka bunda!" ucap Ditya dengan nada emosinya.
"Ga papa yang penting bunda kan ga seperti itu," jawab Arumi pelan.
"Ditya kangen sama Abi bunda Ditya mau ketemu abi, Ditya mau kasih tau sama semua orang bahwa Ditya punya Abi, tidak seperti yang mereka katakan," ucap Ditya dengan emosi yang menggebu lagi.
"Maafin bunda ya bang, bunda egois telah misahin kalian dari Abi, harusnya bunda lebih sabar ngadepin Abi, harusnya bunda bertahan untuk kalian" jawab Arumi lagi.
"Ditya ga mau tinggal disini bunda, mereka semua jahat sama kita," ucap Ditya lagi..
"Sabar ya sayang, bunda coba deh nanti cari kontrakan yang jauh dari sini," ucap Arumi mencoba membuat tenang perasaan putranya.
Tak dipungkiri bahwa saat ini hati Arumi teriris perih, dia menyadari bahwa keegoisanya menjauhan anak anaknya dari abinya adalah kesalahan besarnya. Disisi lain dia juga ga sangup terus berada disisi pria yang telah menyakiti perasaanya.
Bersambung...