Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Jean telah sampai mengantar Shan ke kampus.
"Udah kan? Turun Lo sekarang!" Suruh Jean.
"Bukain pintunya" ucap Shan seraya melipat tangannya.
Jean sangat jengkel, ia menoleh kearah Shan dan mendapati gadis itu tersenyum manis kearahnya.
"Emang om Arya pernah bukain pintu buat Tante Sanara?" Tanya Jean mengingat ibunda Shan itu tidak manja.
"Tapi gue lihat om Wira itu sayang banget sama istrinya, dan gue selalu lihat om Wira bukain pintu mobil buat istrinya" jawab Shan.
Kepala Jean rasanya panas, ia pun segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Shan.
Terlihat beberapa teman-teman Shan menghampiri mereka.
"Haii Shan, sekali lagi selamat ya atas pernikahan Lo" ucap Meli.
"Shan... Ini Lo dapat suami modelan oppa gini dimana sih?" Laras tampak terpukau dengan ketampanan wajah Jean, dan proporsi tubuhnya yang tinggi, benar-benar sempurna pikirnya.
Jean hanya tersenyum kepada kedua teman baik Shan.
"Udah yuk masuk kelas" ucap Shan.
"Lo gak mau kenalin kita ke suami Lo Shan?" Tanya Laras.
"Iyah, kita kan pengen kenalan" ucap meli.
"Harus ya kalian kenalan?" Shan tampak kesal karena kedua temannya itu terus memperhatikan Jean dengan tatapan kagum.
"Gue Jean Arsa Anggasta, suami nya Shan" ucap Jean.
Mila dan Laras terlihat bersemangat ketika mereka mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Jean, dan jujur Shan merasa risih akan hal itu.
"Kenalin gue Laras Andira"
"Gue Meliany"
Jean berjabat tangan dengan mereka secara bergantian.
"Senang bertemu dengan kalian" ucap Jean.
"Wah andai Shan dan Raka jadi nikah, gue pasti bakal daftar jadi calon istri Lo kemarin" ledek Laras.
"Boleh gak gue minta nomor hp Lo?" Tanya Meli.
"Kalian ga ada niatan buat cerai?" Tanya Laras.
"Kutunggu duda mu mas Jean" ucap Meli sambil tertawa geli.
"Hehhhhhhh" teriak Shan dan membuat mereka terkejut.
Shan langsung berdiri membelakangi Jean.
"Kalian berdua udah gila ya? Godain suami gue didepan gue?"
Laras dan Mila spontan mundur dan Jean hanya tersenyum melihat Shan marah-marah.
Shan menarik lengan Jean dan membuka pintu mobil dan mendorong Jean masuk kedalam.
"Hati-hati suami ku, selamat bekerja" ucap Shan sedikit menunduk dari luar jendela mobil.
Jean hanya terpelongo melihat tingkah Shan.
Shan melihat kedua temannya yang masih memperhatikan Jean dengan centil.
"Bibit-bibit pelakor" ucap Shan pelan, dan hanya didengar oleh Jean.
"Lo kenapa?" Tanya Jean.
Shan mengarahkan 1 jari telunjuk nya di bibir Jean.
"Cium pipi gue cepetan" Shan mendekatkan pipinya ke kaca jendela mobil Shan.
"Ogah" tolak Jean.
"Cium cepetan" suruh Shan dengan memaksa.
"Lo kenapa sih?" Heran Jean.
"kontrak pernikahan ke lima" ancam Shan.
"Anjir Lo Shan" kesal Jean seraya menatap Shan yang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Mundur Lo" pinta Jean, Shan pun menurut.
Jean pun keluar dari mobil dan mencium pipi kiri Shan.
"Gantian yang kanan" ucap Shan.
"Lo modus ya?"
"Apa kamu mau dicium juga?? Aduh aku malu banget Jean" ucap Shan dengan nada agak tinggi.
Shan bertingkah seperti cacing kepanasan dan sangat agresif.
"Gue ga ada ngomong gitu anjir" bisik Jean.
"Yaudah deh kalau kamu maksa" Shan kembali menunggi kan nada suaranya.
"Sumpah gue cemburu" bisik Laras.
"Anjir Lo beneran?" Tanya Meli.
"Gak tau kayaknya gue jatuh cinta sama dia deh" ucap Laras.
"Astaga, itu laki orang ege" Meli meletakan punggung tangannya di kening Laras.
Shan berjinjit dan meletakan kedua tangannya pada dada bidang Jean. Lalu ia mencium pipi Jean.
"Udah ya sayang, sekarang kamu harus berangkat kerja"
Shan kembali membukakan pintu mobil dan mendorong Jean untuk masuk kedalam mobil.
"Cewek aneh" bisik Jean.
"I love you too sayang" ucap Shan dengan nada suara yang manja.
Jean dengan segera pergi dari kampus Shan.
Laras dan meli menghampiri Shan.
"Wah Lo keren banget Shan" puji meli.
"Keren apanya sih?" Shan merendah diri.
"Dapat suami modelan kayak Jean, gila bener tuh si Raka main dibelakang Lo sampe segitunya" ucap Meli.
"Itu artinya dia bukan jodoh yang terbaik buat gue" ucap Shan.
"Yang sabar ya, semoga Lo sama Jean langgeng terus" ucap meli.
Shan hanya tersenyum.
"Shan??" Panggil Laras.
"Iya ras kenapa?"
" Lo emang beneran suka sama Jean? Ya maksud gue, gue lihat di pernikahan Lo kemarin sepertinya kalian nikah secara terpaksa ya?"
"Ya gitu deh" Shan menolak untuk bercerita.
"Yaudah lah mau gimana lagi, sekarang Shan udah nikah. Kita doain aja yang terbaik buat mereka" ucap Meli.
"Thanks banget guys"
Meli terlihat merangkul Shan dan Laras dengan bahagia.
"Ayoo teman-teman ku kita masuk kelas sekarang" ajak meli.
***
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, akhirnya kelas Shan berakhir. Ia akhirnya bisa bernafas lega, presentasi nya berjalan dengan lancar. Sebenarnya ada hal yang membuatnya senang siang ini, banyak teman-teman kampusnya yang mengucapkan selamat atas pernikahan nya dan berharap Shan segera menggelar pesta pernikahan. Walaupun Shan harus berulang-ulang mendengar ucapan turut sedih juga atas peristiwa yang terjadi di acara akad pernikahan nya kemarin.
Ada yang memaki Raka, ada yang memuji sikap gentleman Jean yang memutuskan hubungan dengan tunangannya dan menikah dengan Shan, beragam komentar positif dan negatif yang ia dengar hari ini.
Shan menunggu Jean di halte, sedari tadi ia terus menghubungi Jean namun tak kunjung aktif. Mungkinkah Jean masih sibuk?
Sebuah mobil putih berhenti di hadapannya, kaca jendela nya terbuka.
"Non ayo pulang" ajak supir keluarga Anggasta.
Senyum Shan perlahan memudar. Shan dengan segera masuk ke dalam mobil itu.
"Ini Jean yang nyuruh yah pak?
"Oh bukan non... bu Amira yang nyuruh soalnya ini udah sore pasti non Shan sudah pulang kuliah"
Shan mengangguk sedikit kecewa. Namun apa yang ia harapkan? Jean menjemputnya? Pria tak berperasaan itu mana mungkin dengan sukarela menjemputnya pulang. Lagipula seharusnya memang begitu kan? Pernikahan ini hanyalah sandiwara, penuh kebohongan.
Setelah menghabiskan waktu 30 menit, akhirnya Shan sampai dirumah. Ia sempat bercengkrama sebentar dengan ibu mertuanya lalu pergi ke kamarnya.
Shan duduk di sofa dan memeriksa handphone nya, beberapa notifikasi dari group masuk ke handphone nya. Salah satunya dari group chat yang hanya ada dirinya dan kedua teman baiknya.
Tidak lama kemudian Jean datang, pria itu masuk begitu saja tanpa menyapa Shan yang duduk diruang santai.
"Kenapa dia? Dia gak mungkin marah sama gue kan? Ah tapi ngapain juga gue mikirin dia... Gak penting" batin Shan.
Sebelum makan malam Shan datang untuk membantu mertuanya memasak di dapur.
Amira sangat senang membantu Shan memasak, bahkan memberitahu Shan tentang apa-apa saja yang Jean suka dan tidak disukainya.
"Jangan terlalu banyak cabai, Jean gak suka pedas" bisik Luna pelan.
Shan berhenti memotong cabai dan menoleh kearah Luna.
"Apa Shan? Kenapa Lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Luna.
"Tanpa Lo kasih tau, gue juga udah tau" jawab Luna.
"Cih.. Lo tau apa emangnya tentang Jean?" Tanya Luna dengan menantang.
"Yang jelas gue lebih tau daripada Lo"
"Lo makin sombong ya setelah menikah sama Jean, Bersikap seolah-olah sok tersakiti" Luna memancing emosi Shan.
"Kayaknya itu bukan urusan Lo deh" Shan kembali melanjutkan memotong cabai.
"Apapun yang menyangkut Jean, gue bakal ikut campur. Tapi Gimanapun juga hubungan kalian itu hanya karena keterpaksaan pasti gak akan bertahan lama" ucap Luna.
Shan tersenyum miris mendengar perkataan Luna.
"Lo ngomong gitu karena cemburu ya sama gue?" Shan balik menusuk Luna dengan perkataan nya.
"Cemburu?? Gue? Sama Lo? Dihh.. Jean juga gak bakal nyentuh Lo jadi gue santai aja" ucap Luna dengan percaya diri.
"Dengar ya lun, yang namanya udah suami istri pasti bakal menjalani kewajiban mereka. Maksud gue Jean itu cowok dan normal kan kalau dia nyentuh gue, apalagi gue istrinya, terlebih lagi gue cantik dan gak pernah jual diri ke om-om. Meskipun kita gak cinta, tapi setiap hari selalu ketemu, satu kamar, satu ranjang, satu kamar mandi, dan.. ya maka terjadilah"
Luna sangat kesal, ia semakin mendekat ke Shan. Shan tidak mundur sedikitpun, Luna memegang pisau yang Shan pegang dengan maksud Luna ingin menyakiti dirinya sendiri namun Shan menghentikan tangan Luna. Luna berusaha menggores tangannya dengan pisau namun Shan menjauhkan tangan Luna hingga akhirnya telapak tangan Shan lah yang tergores pisau.
"Auuuuu" teriak Shan seraya mendekatkan pisau itu ke tangan Luna.
Darah segar mengalir dari tangannya, Amira, Hanin dan bik inem panik melihat darah bercucuran dari tangan Shan.
"Tante, aku udah bilang kan jangan ajak aku bicara kalau lagi motong sayuran" ringis Shan.
"Aduhh ini darahnya banyak banget" Amira sangat panik.
Hanin segera berlari untuk mengambil kotak p3k, Jean yang menuruni tangga terlihat bingung melihat bunda Hanin yang panik sedang membuka laci.
"Bunda kenapa?" Tanya Jean.
"Itu tangannya Shan berdarah" jawab Jean.
Jean yang penasaran mengikuti langkah Hanin masuk ke dapur. Dan memang benar Shan sedang menahan sakit. Tangannya benar sedang terluka.
"Kenapa ceroboh banget sih?" Kesal Jean.
Shan melirik Luna, Jean mengikuti arah mata Shan. Dan pandangan nya bertemu tatap dengan Luna.
"Biar Jean aja yang ngobatin ma" ucap Jean.
"Oh iya Jean, ini kotak p3k nya" ucap Hanin.
"Hati-hati ngobatinnya Jean, awas kalau Shan kesakitan" Amira memberikan peringatan.
"Siapa suruh ceroboh" ucap Jean yang diikuti lirikan kesalnya pada Shan.
Jean dengan segera menuntun Shan untuk membersihkan darah di tangannya terlebih dahulu lalu menghentikan pendarahannya.
"Bilang apa si Luna?" Tanya Jean.
"Gak bilang apa-apa" jawab Shan ketus.
Jean menekan luka di tangan Shan dengan pelan namun berhasil membuat gadis itu mengeluarkan suaranya.
"Aduhhh sakit banget ini" teriak Shan.
"Jean kamu bisa pelan dikit gak sih?" Teriak Amira dari dapur.
"Ini pelan kok ma, menantu mama aja yang lebay" teriak Jean.
Shan menatap Jean kesal.
"Lo pasti bakal belain Luna kan?"
"Buat apa gue belain dia?"
"Namanya juga cinta, yang terlihat salah pasti bakal di bela lah"
"Kalau Lo yang bener, gue bakal belain Lo" ucap Jean dengan nada suara yang lembut.
Shan menatap wajah Jean yang sedang fokus memberikan obat di tangan Shan. Terlihat sangat tampan apabila dilihat sedekat ini, Shan jadi ingin bercerita.
"Tadinya dia pengen ngelukain dirinya sendiri, terus gue cegah eh malah kena tangan gue" ucap Shan dengan kesal.
"Terus Lo buat seolah-olah dia yang salah?"
"Iyalah, kalau dia yang kena dia pasti juga bakal mengeluarkan banyak alibi buat nyalahin gue" kesal Shan.
Jean hanya tersenyum mendengar ocehan Shan.
"Dihh senyum-senyum, jangan sampai salah kasih obat Lo" ucap Shan.
"Sebelumnya kalian cerita apa?" Tanya Jean penasaran.
"Lo beneran mau denger? Tapi sumpah gue malu, soalnya gue bohong" Shan tersenyum malu.
Jean semakin penasaran dengan ceritanya, setelah memberikan plaster luka. Jean duduk di samping Shan dan bersiap mendengarkan ceritanya.
"Cerita aja" ucap Jean.
Shan pun menceritakan apa yang ia bilang ke Luna beberapa menit yang lalu. Mendengar itu Jean terkekeh, namun ia juga kesal.
" Lo bilang gitu ke dia?"
Shan mengangguk dengan malu.
Disisi lain, Luna yang sedang duduk minum susu sangat cemburu melihat kedekatan mereka hingga wanita itu tersedak.
"Kenapa sih lun? Minum nya pelan-pelan" ucap Amira sambil menepuk-nepuk punggung Luna.
Luna hanya menatap sinis mereka berdua.
"Dasar cewek aneh" ledek Jean.
"Sorry, habisnya gue kesal"
"Dia itu gak perlu Lo ladeni lagi lah, anggap aja rumput yang bergoyang"
"Mana bisa gue anggap dia rumput yang bergoyang soalnya rumah Lo ini bukan hutan"
Jean kembali terkekeh.
"Serah Lo deh"
Handphone Jean kemudian berbunyi notifikasi masuk tertera di layar handphonenya.
Shan memalingkan wajahnya kearah lain, karena sesuai kontrak pernikahan yang kedua menghormati privasi satu sama lain.
Jean kemudian mengernyitkan dahinya, ia lalu mendekat kepada Shan.
"Ini akun Instagram temen Lo ya?" Tanya Jean.
Jean mengarahkan handphone nya kehadapan Shan.
"Ngapain dia follow Lo?"
***
Endingnya kayak terlalu maksa sih Thor, harus nya buat Ampe ratusan episode Thor... sayang banget Thor 😭 bakal kangen Ama jean and Shan huhuhu /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/