Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekarat?
Morgan ternyata sudah menemukan dimana Felyn, tetapi dia hanya memperhatikan dari jauh tidak mau membuat Felyn khawatir karena dia pergi dari rumah sakit.
Randi yang baru sampai langsung menghampirinya. "Eh, Morgan. Lo bener-bener…"
"Bikin lo kesal? Lo yang baperan, kenapa gue yang disalahin." sambung Morgan dengan sikap dinginnya.
Randi tidak jadi melanjutkan kata-katanya karena sudah dijawab duluan oleh Morgan, seperti apa yang ada di pikirannya bisa dibaca oleh Morgan.
"Btw, lo gak ke tempat Felyn sama Nadin? Kok malah di sini." tanya Randi.
Morgan menggeleng.
"Oh, lo takut Felyn khawatir."
"Itu lo tahu." ucap Morgan.
Randi kembali dipojokkan oleh Morgan, tetapi ia tidak bisa marah. "Ini anak beneran bikin kesel dah!" batinnya.
Morgan memperhatikan wajah Felyn yang begitu bahagia sehingga ia tidak tega menghampiri dan merusak kebahagiaan itu menjadi rasa khawatir padanya. Makanya dia tidak berani mendekat, supaya Felyn bisa terus tersenyum lebar seperti sekarang.
*Emang yang tahu segalanya tentang Felyn itu sebenarnya Morgan.
Saat Felyn baru saja merasakan kesenangan, tiba-tiba rombongan Meisa datang menghampirinya dan Nadin untuk menghentikan kesenangan itu.
Morgan yang melihat itu langsung bergegas berjalan menuju tempat Felyn dan Nadin berkumpul bersama rombongan Meisa.
Meisa langsung mendorong Felyn sampai hampir terjatuh, untungnya Nadin cepat menahan sehingga mereka baik-baik saja.
"Eh, Meisa! Lo kalau kurang kerjaan gak usah tiba-tiba dorong orang kayak gitu dong." kesal Nadin.
"Hei, burung beo diam aja deh. Ini urusan gue sama si kutu buku aneh yang belum selesai waktu itu." ucap Meisa dengan tatapan menantang.
Mira salah satu teman Meisa datang dan langsung memberikan sebotol minuman kepada Meisa. "Kasih ini aja Mei, biar pada sadar."
Beberapa orang kemudian berkumpul di antara mereka karena perdebatan Felyn dan Meisa, yang waktu itu juga sangat membuat heboh satu sekolah sehingga rugi rasanya jika mereka melewatkan pertengkaran ini lagi.
Eh, itu si Meisa cari gara-gara lagi sama si Felyn.
Felyn anak 11 ips 4 itu?
Iya, yang kemaren video nya sampai heboh di grup.
Oalah, yang rebutin cowo yang namanya Mogan itu?
Nah, betul tuh.
Liat tuh, kakinya si Felyn ternyata pake alat bantu loh.
Kasihan banget, kakinya ternyata masih belum sembuh.
Tapi, si Meisa cari gara-gara lagi gimana dong?
Udah liat aja, gak usah banyak omong!
Iya, biarin aja mereka bertengkar.
"Mau apa lagi sih Mei?" tanya Felyn.
Meisa tersenyum kesal. "Mau apa lagi kata lo? Lo gak mikir, hah?! Lo udah ngerebut Morgan dari gue, paham gak?!" Meisa meninggikan nada suaranya pada Felyn.
"Itu bukan salah gue. Kalau lo punya sikap yang lebih baik, mungkin aja Morgan bakal pilih lo." jawab Felyn.
"Hah, gak ada yang salah tuh sama sikap gue. Lo nya aja yang sok polos! Sok kutu buku! Sok cuek sama lingkungan lo. Padahal mah…." Meisa berhenti berbicara dan dilanjutkan temannya Mira dan Ana.
"Ih, sorry. Gue ngerasa jijik!" Mira dan Ana serentak menghina Felyn.
Nadin melangkah maju dan langsung memukul wajah Meisa dengan sangat keras. Itu menandakan bahwa Nadin sudah tidak tahan dengan apa yang dilakukan oleh Meisa pada Felyn.
"Jijik sama kita? Kita semua yang jijik sama kelakuan lo tahu gak?!" teriak Nadin dengan wajah kesal.
Betul tuh! Woooi, pindah sekolah aja lah!
Meisa gue jijik liat muka lo!
Meisa biang masalah, buat malu aja.
Kalau mau cari pacar gak usah di sini, mending berhenti sekolah aja!
Sana karaoke an aja! Bikin heboh aja di acara.
Semua orang langsung bersorak memberikan ujaran kebencian mereka kepada Meisa dan rombongannya, bahkan ada yang melempar gumpalan kertas dan sampah pada Meisa.
"Udah cukup, Meisa! Kalau lo masih mau orang menghargai lo, lo harus bisa menghargai orang lain." ucap Nadin.
Felyn mencoba menenangkan Nadin yang sudah naik darah. "Udah, Din. Biarin aja, gak usah kamu marah gini. Kita pergi aja!"
"Gak bisa, Fel. Mereka kalau makin dibiarin makin ngelunjak!"
Betul itu! Jangan kasih ampun!
Udah usir aja dari sekolah, susah kali.
Entah, guru-guru itu gak ada yang hukum dia padahal buat masalah gini terus.
Apa di sogok pake uang sama orang tuanya.
Eh, gak lah. Yayasan sekolah kita lebih kaya kali dari kita semua.
Meisa tampak marah dan ia menyiramkan minuman yang ada di tangannya tadi ke arah Felyn. Minuman tersebut masih panas, kalau terkena wajah pasti akan melepuh dan memerah.
Awas, itu kayaknya air panas!
Eh, itu Morgan bukan?
Iya, itu si Morgan.
Felyn menutup matanya dan berusaha menghindar. Tetapi, siraman air itu tidak terkena ke Felyn karena Morgan datang dan langsung memeluk Felyn sehingga punggungnya lah yang terkena minuman panas itu.
Semua orang terdiam dan langsung menatap kearah Felyn dan Morgan. Felyn membuka matanya dan sadar bahwa ada yang memeluknya, saat ia membuka mata ternyata orang tersebut adalah Morgan.
Ih, si Morgan cepet banget larinya.
Iya, untung masih sempat kalau gak si Felyn tadi tuh yang kena.
Ish, kasihan. Itu air panas loh, entar sakit punggungnya.
Tapi kalau kena Felyn tadi lebih parah lagi.
Iya, wajahnya nanti rusak.
Fix, itu pasti sakit banget dan berbekas.
Jelaslah, aduh si Meisa bikin ulah lagi!
"Morgan? Kamu....kamu ngapain?" tanya Felyn langsung panik.
Morgan menatapnya serius. "Kamu gpp?"
"Morgan, seharusnya aku yang nanya kayak gitu. Kamu…"
"Felyn, aku nanya ke kamu!"
"Aku yang seharusnya nanya, Morgan! Kamu kena air panas loh itu." Felyn terlihat semakin panik dan tidak bisa berpikir jelas.
Pihak-pihak tertentu mulai datang, termasuk penulis Sisin dan Leon yang sangat shock melihat apa yang terjadi di depan mata mereka.
"Astaga, kok bisa mereka ngelakuin itu?" tanya Sisin dengan wajah khawatir.
"Bisa lah, anak sekarang kalau sudah soal perasaan kayak gini." jawab Leon.
Ada apa nih ribut banget?
Pak, ada orang gila di sini!
Meisa, pak. Nyiram Morgan pake air panas.
Ih, gak ada lagi otaknya kurasa.
"Morgan, itu air panas. Kamu kena tadi." ucap Felyn.
"Felyn, I am fine. I'm seriously." jawab Morgan.
Walau Morgan sudah mengatakan bahwa dia baik-baik saja, tetapi Felyn masih saja panik dan takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Morgan.
"Morgan…"
"Aku tidak merasakan apapun, Fel."
"Mana mungkin kamu gak ngerasain sakit, itu air panas!"
"Aku serius. Aku gak ngerasain apapun, Fel. Kamu jangan panik gini!" Morgan berusaha menyakinkan Felyn kalau dia benar-benar baik-baik saja saat ini.
Orang-orang yang ada di sana mulai merasa ada yang aneh dengan Morgan, karena ia terlihat baik-baik saja walau terkena siraman air panas dari Meisa.
Aneh, kok dia kayak biasa aja?
Ih, iya ya. Kayak gak ada yang sakit gitu.
Aneh banget, padahal itu sakit banget loh.
Iya, apalagi kena air panas gitu.
Tapi kok si Morgan gak ngerasa sakit?
Apa dia mati rasa?
Ih, gak mungkinlah. Jangan ngadi-ngadi!
Sstt, diam-diam!
Tuh, dia aja bilang gak ngerasa sakit.
Berarti bener, kalau dia mati rasa?
Ada-ada aja, mana ada orang yang kayak gitu emangnya vampir?
Wkwk, terlalu banyak nonton film.
"Leon, kamu tahu apa yang terjadi sama anak itu?" tanya Sisin.
Leon memperhatikan Morgan dengan saksama dan mulai berpikir apa yang terjadi pada Morgan. "Kalau ini seperti apa yang aku pikirkan, anak itu kondisinya sekarat."
Penulis Sisin terkejut dengan pernyataan Leon, karena dia melihat dengan jelas bahwa Morgan terlihat baik-baik saja.
"Tapi...kamu liat dia baik-baik saja, kan?"
"Yang dikatakannya benar. Dia tidak bisa merasakan sakit, dia tidak bohong." jawab Leon pada Sisin.
Melihat hal itu, Randi yang sudah tahu kondisi sebenarnya Morgan pun langsung menghampiri Morgan.
"Morgan, ayo balik ke rs!" usul Randi sambil menarik tangannya.
Morgan memberontak. "Tidak mau."
"Morgan, kondisi lo sekarang…"
Saat Randi baru akan berbicara, tiba-tiba Leon yang merupakan seorang dokter langsung menghampiri Morgan dan memeriksa denyut nadi di tangannya.
BERSAMBUNG...