Dewasa 🤎
Jika aku boleh memilih...
Aku lebih suka
mencintai seseorang yang tidak mencintaiku.
Setidaknya, disitu aku mengetahui
bahwa aku benar-benar mencintainya
dengan tulus tanpa mengharapkan apapun.
~anonim~
Quote diatas menggambarkan perasaan seorang Farel kepada Nada.
Awalnya Nada hanyalah adik dari temannya, seiring waktu perasaan itu berubah menjadi cinta.
Kisah ini menceritakan perjuangan Farel mendapatkan cinta Nada, juga perjuangan mereka untuk dapat saling mengerti dan menerima. Saat Farel berhasil menikahi Nada, mereka berusaha mengerti arti kata pernikahan yang sesungguhnya.
Full of love,
Author ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Gallen
"Apa kamu mendengar gossip baru Nada?", tanya salah satu rekan kerjaku.
"Gossip apa?".
"Kamu ingat waktu kita rapat bersama sebelum pembuatan iklan, ada cowok yang lumayan cakep itu, yang duduknya diseberang kamu itu loh Nada. Nah gossipnya dia itu pacar putri pemilik perusahaan".
"Oooo...", jawabku datar, tidak perduli dengan gossip mengenai Gallen, meski aku akui memang dia bertampang paling lumayan dari deretan peserta rapat yang lain.
"Katanya mereka bertemu waktu kuliah diluar negri Na".
"Ooo...ok", jawabku lagi.
"Apa kamu mengenalnya Nada? Sepertinya waktu rapat kemarin dia ngeliatin kamu terus".
"Mmm... ya... sedikit. Dia seniorku saat kuliah, tapi aku hanya pernah melihatnya beberapa kali di kampus, hanya itu".
"Apa di kampus banyak cewek yang naksir dia? Dia kan lumayan cakep loh Na".
"Ya mungkin, entahlah, ga pernah perhatiin juga. Udah ah, ngomongin pacar orang loh ini, kan katanya dia udah punya pacar, terus kamu mau nyelip gitu mangkanya nanya-nanya?".
"Hahahaha.... ga lah, cuma iseng aja kepo Na", jawab temanku.
Selama aku bekerja menyelesaikan proyek iklan ini, aku hampir tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Gallen, biasanya komunikasi dilakukan melalui email, kalaupun ada komunikasi langsung, seniorku lah yang melakukannya, aku hanya tinggal menjalankan arahan yang seniorku berikan. Hingga menjelang proyek iklan itu berakhir.
Di hari pertama penayangan iklan, respon penonton cukup baik, dan grafiknya terus menaik menunjukkan ketertarikan penonton diluar ekspektasi kami. Beberapa influencer mengulas iklan ini bagaikan film pendek. Untuk merayakannya, kami semua yang terlibat dalam pembuatan iklan ini makan malam bersama.
Malam itu aku datang agak terlambat ke restoran, sesampainya disana parkiran mobil sangat penuh, petugas parkir memintaku untuk parkir di lahan kosong gedung sebelah, dari situ aku akan berjalan sedikit menuju restoran.
Makan malam berlangsung penuh keakraban, semua orang merasa puas dengan hasil iklan tersebut. Usai makan malam, kami semua berpamitan pulang.
"Ayo kita jalan bareng ke parkiran Na", ajak salah satu rekanku.
"Kamu pulang duluan aja, aku mau ke toilet dulu".
"Ya udah aku tungguin ga apa apa", ucap temanku.
"Tapi aku ga dapat parkir disini loh, aku harus jalan ke gedung sebelah lewat belakang".
"Ooo... ok baiklah, aku duluan ya", pamit temanku.
"Ya, hati-hati ya", ucapku sambil melambikan tangan.
Setelah aku keluar dari toilet aku berjalan ke arah parkiran mobilku, sepertinya hanya aku sendiri yang berjalan menuju parkiran gedung ini. Lalu aku mendengar suara orang sedang berkelahi dari arah parkiran mobil dekat mobilku. Semakin aku menuju arah mobilku, semakin jelas suara perkelahian itu, lalu kulihat sosok Gallen sebagai salah satu orang itu. Kulihat ia sedang baku hantam dengan seorang pria, dan ada seorang wanita yang duduk menangis dekat situ. Sebenarnya aku tidak mau mencampuri urusan orang lain, namun mereka berkelahi dekat mobilku, lagipula aku mengenal Gallen tapi tidak mengenal yang lainnya. Aku mendekati wanita yang duduk disitu, sepertinya ia terkena pukulan di wajah.
"Kak, kamu tidak apa apa?", tanyaku.
"Kak tolong pacarku memukuli aku", ucap wanita asing itu.
"Tunggu disini ya kak, aku cari pertolongan dulu".
Lalu aku berlari sekencang mungkin menuju tempat penjagaan satpam di depan gedung ini.
"Pak tolong ada orang yang sedang berkelahi", ucapku sambil terengah-engah. Lalu 3 orang satpam mengikutiku berlari menuju tempat kejadian.
Mereka lalu melerai Gallen dan pacar wanita itu. Lalu aku menghampiri Gallen, berusaha menenangkannya, kulihat ia terkena beberapa pukulan di wajah juga.
Wanita asing itu menceritakan secara sekilas kejadiannya, lalu Gallen ikut menambahkan cerita kenapa ia bisa ikut terlibat didalamnya, ternyata ia melihat wanita itu sedang dipukul dan berusaha melindunginya. Para satpam membawa pasangan itu ke kantor satpam, untuk proses lebih lanjut. Melihat mereka sudah ditangani oleh satpam dan akan menuju kantor polisi, Gallen menolak untuk ikut campur lebih dalam, akupun hanya berdiri mematung disana tanpa ikut terlibat lebih jauh lagi.
"Len kamu ga apa-apa?", aku berjalan disampingnya memastikan ia baik-baik saja.
"Iya Na ga apa-apa", ia berkata sambil membuka mobilnya lalu mengambil tissue dan mengelap darah yang menetes dari pelipisnya.
Aku ikut membantunya membersihkan lukanya.
"Len sepertinya ini robek dan perlu dijahit, kalau ga darahnya ga akan berhenti Len. Ayo aku antar ke rumah sakit".
"Aku masih bisa nyetir sendiri kok Na, sudah malam kamu pulang aja".
"Mana bisa kamu nyetir sambil darahnya ngalir ke mata gitu, udah ayo aku antar ke rumah sakit", ucapku sambil menarik lengannya.
Ia mempertimbangkan usulan sebentar lalu berkata, "Maaf aku merepotkanmu Na".
"Ga repot Len, ayo mobilku disana", tunjukku ke arah 2 mobil disamping mobilnya.
Aku mengemudikan mobilku secepat mungkin ke rumah sakit terdekat, sesampainya disana aku langsung mengantar Gallen ke ruang IGD. Setelah mendapat pemeriksaan dari dokter, Gallen mendapat 4 jahitan di pelipisnya. Sambil menunggu Gallen menyelesaikan proses administrasi, aku memberi pesan kepada kak Farel.
"Kak maaf aku pulang agak terlambat, aku sedang mengantar Gallen ke rumah sakit, hanya luka ringan, nanti aku jelaskan di rumah ya kak. Ini sudah selesai, sebentar lagi aku pulang".
"Ayo Na, aku sudah selesai", ucap Gallen.
"Ok. Apa ada obat Len?".
"Obat salep aja Na".
Sambil menuju parkiran tempat kejadian tadi, aku dan Gallen mengobrol ringan selama perjalanan.
"Sekali lagi maaf ya Na jadi repot. Kamu dicariin suami kamu ya?".
"Ga apa-apa kak, aku juga tadi udah kasih kabar pulang terlambat kok".
"Ada-ada aja ya Len, bisa bisanya punya pacar gila gitu".
"Iya Na, sebrengsek brengseknya aku, aku ga pernah mukul cewek. Aku juga yakin kamu anggap aku cowok brengsek waktu kita putus dulu kan Na?".
"Yaaa.... sedikit", ucapku sambil tersenyum.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu Na?".
"Ya aku bahagia dengannya".
"Aku duluan sempat mencurigai kalau kak Farel menyukaimu, tidak menyangka kalau kamu akhirnya akan bersamanya sekarang".
"Ya begitulah. Bagaimana dengan kamu sendiri? Kapan akan menikah?".
"Akhir tahun ini rencananya Na".
"Semoga lancar ya Len".
Tidak terasa akhirnya kami sampai di tempat parkiran tadi.
"Terima kasih untuk malam ini ya Na".
"Sama-sama Len".
Kemudian sesaat setelah keluar dari mobil dan sebelum ia menutup pintu, ia berkata padaku,
"Entah status kita apa saat ini, teman kah, kenalan kah, atau mantan yang tidak akan bertegur sapa saat bertemu di jalan nanti, tapi aku senang kita bisa mengobrol layaknya seorang teman lama malam ini. Terima kasih Nada".
"Ya Len, semoga segalanya lancar untuk karir dan pernikahanmu nanti", ucapku tulus.
Kemudian kami saling melambaikan tangan, entah kami akan bertemu lagi atau tidak di masa depan, yang jelas aku cukup senang karena tidak ada perasaan apapun yang tersisa untuk Gallen, tidak ada dendam, tidak ada benci, tidak ada getaran apapun, aku juga bersyukur kami bisa mengobrol normal layaknya seorang teman lama malam ini.