NovelToon NovelToon
SISA RASA “Kala Mantan Menggoda”

SISA RASA “Kala Mantan Menggoda”

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Balas Dendam / Wanita Karir / Teman lama bertemu kembali / Pihak Ketiga
Popularitas:77.6k
Nilai: 5
Nama Author: Five Vee

Marsha Aulia mengira, ia tidak akan pernah bertemu kembali dengan sang mantan kekasih. Namun, takdir berkata lain. Pria yang mengkhianatinya itu, justru kini menjadi atasan di tempatnya bekerja. Gadis berusia 27 tahun itu ingin kembali lari, menjauh seperti yang ia lakukan lima tahun lalu. Namun apa daya, ia terikat dengan kontrak kerja yang tak boleh di langgarnya. Apa yang harus Marsha lakukan? Berpura-pura tidak mengenal pria itu? Atau justru kembali menjalin hubungan saat pria yang telah beristri itu mengatakan jika masih sangat mencintainya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Apa Dia Melihat Marsha?

Chef Robby menatap penuh tanya ke arah Marsha yang sedang asyik menikmati buburnya. Sementara, Aldo telah pamit lebih dulu karena mendapat panggilan dari seseorang.

“Jadi, pak Revaldo itu teman kuliahmu?” Tanya Chef Robby kemudian. Sungguh ia di rundung rasa penasaran. Baru saja dekat dengan Marsha, sekarang gadis itu sudah ada yang mendekati.

Marsha meminum sisa teh yang rasa hangatnya mulai berkurang. Padahal ia mendapat bubur lebih dulu, namun justru Chef Robby yang selesai makan bersamaan dengan Aldo.

Bukannya Marsha lelet, namun gadis itu sengaja mengulur waktu, memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Chef Robby.

“Iya, Chef.” Jawab Marsha berusaha tenang.

Gadis itu bukannya hanya menjaga perasaan chef Robby yang sebulan terakhir dekat dengannya. Namun, ia juga menjaga hatinya untuk mengingat kembali masa-masa kuliahnya.

“Lalu, kenapa saat itu kamu tidak mengenalinya?” Tanya Chef Robby penanasaran.

“Itu, karena penampilan Aldo yang sekarang jauh berbeda dengan penampilannya dulu, Chef.” Marsha tersenyum. Ia teringat dengan wajah Aldo saat kuliah dulu. “Dia culun. Rambutnya selalu disisir rapi dan mengkilap. Pakai kacamata minus, dan baju yang selalu masuk ke dalam celana.” Gadis itu kemudian menatap Chef Robby.

“Bukankah, sekarang sangat berbeda? Rambutnya tidak lagi mengkilap. Tanpa kacamata, dan menggunakan setelan formal. Wajar jika aku tidak mengenalinya.”

Chef Robby menghela nafas pelan. “Jadi, dia bukan mantan kekasihmu, atau pria yang sedang mendekatimu saat ini?” Tanyanya kemudian.

Marsha menggelengkan kepalanya. “Tidak, Chef. Aku dan Aldo hanya berteman.”

Sementara itu, Aldo telah tiba di kantor Rafael. Ia meletakan sekotak bubur ayam di atas meja kerja atasannya itu.

Pria satu orang anak itu menghubungi, meminta di belikan sarapan dan membawanya ke kantor.

“Kenapa tidak tidur di dalam ruang istirahat?” Tanya Aldo pelan, saat mendapati sang sabahat sekaligus atasannya itu sedang terbaring di atas sofa.

Rafael pun mengangkat lengan yang menutupi wajahnya. Pria itu tidak benar-benar tidur.

“Ada ibu di rumah.” Ucap sembari bangkit. Padahal Aldo tidak bertanya sama sekali.

Sang asisten menghela nafas pelan. Ia kemudian mengambil kotak bubur dan meletakan di hadapan Rafael. Aldo juga mengambilkan sebotol air mineral dari lemari pendingin yang tersedia di ruangan itu.

“Tadinya, aku mau mampir langsung sarapan di tempat.” Ucap Rafael sembari membuka kotak bubur itu.

Ia kemudian mengaduk isi di dalamnya menjadi satu.

‘Aku lebih suka makan bubur di aduk, El. Rasanya lebih enak.’

Segala sesuatu yang pria itu lakukan, selalu berhubungan dengan Marsha.

“Lalu?” Tanya Aldo sembari duduk di seberang sang atasan.

Sebenarnya, Aldo sudah tahu jawabannya. Setiap kali sang nyonya besar datang berkunjung, Rafael pasti akan pergi ke kantor lebih pagi. Putra bungsu Haditama itu enggan tinggal bersama sang ibu terlalu lama, karena mereka hanya akan berdebat.

“Aku mengantuk, dan ingin merebahkan diri. Jadi, memilih langsung kemari. Lagi pula, ada dirimu. Sekali-kali biar datang ke kantor ini. Aku merasa, akhir-akhir ini, kamu begitu betah berada di hotel. Apa sudah menemukan calon istri disana?”

Aldo mencebikkan bibirnya. Bagaimana mau mencari calon istri, hari-hari pria itu di sibukkan dengan urusan pekerjaan yang Rafael limpahkan.

“Kalau bos mau membantu aku di hotel, aku pasti bisa sering-sering datang kemari. Aku juga sangat merindukan ruang kerjaku disini.” Jawab Aldo berterus terang.

Rafael memicingkan matanya. Dan sang asisten nampak tidak perduli.

“Sudahlah, bos. Nikmati sarapanmu.”

\~\~\~

Akhir pekan tiba.

Seperti biasa, Rafael akan membawa sang putri untuk ikut pergi bekerja dengannya. Di akhir pekan, pria itu hanya bekerja setengah hari. Karena itu, ia membawa serta Safa ke kantor.

Pagi-pagi sekali, ibu Miranda telah pergi meninggalkan kediaman sang putra. Wanita paruh baya itu akan menghadiri acara amal bulanan bersama rekan-rekan sejawatnya.

Kini di rumah itu tinggal Rafael, Sandra, Safa dan para pekerja.

“Kamu senang akan pergi bersama papa?” Tanya Sandra sembari menyisir rambut sang putri.

Surai hitam lebat itu Safa warisi dari sang ayah.

“Senang, mama.” Safa bertepuk tangan.

Setelah siap, Sandra membawa putri kecilnya ke luar dari kamar.

“Sudah siap?” Rafael baru saja tiba di ujung tangga. Ia pun meraup tubuh sang putri dan membawanya ke meja makan.

“Aku mau makan es klim di hotel, papa.” Ucap Safa sembari melingkarkan kedua lengan mungilnya pada leher Rafael.

“Iya. Nanti setelah dari kantor, papa akan membawamu ke hotel.” Ucap Rafael. Ia kemudian mendudukkan Safa di atas kursi khusus balita.

Seperti biasa, suasana di meja makan itu selalu didominasi oleh celotehan Safa. Sandra hanya menjadi penonton kedekatan Rafael dan gadis kecil itu.

“Ayo. Pamitan dulu sama mama.” Rafael mengangkat tubuh Safa, kemudian mendekatkan wajah gadis itu pada sang mama yang duduk di atas kursi roda.

“Apa kamu mau ikut?” Tanya Rafael saat hendak melangkah keluar dari ruang makan. Ia teringat akan ucapan sang ibu yang mengatakan jika Sandra bukanlah pajangan.

Sandra tergugu. Untuk pertama kalinya Rafael menawari dirinya ikut pergi bersama pria itu.

“Tidak, Raf. Aku di rumah saja. Hari ini, aku harus menyelesaikan dua desain.” Ucapnya penuh senyum.

Rafael menganggukkan kepalanya. Ia kemudian membawa Safa pergi.

Menjelang makan siang, Rafael menepati janjinya pada sang putri. Sejak sampai di kantor tadi, gadis kecil itu terus mengingatkan Rafael untuk makan es krim yang ada di hotel mereka.

“Kamu mau makan banyak es krim?” Tanya Rafael sembari menggendong sang putri menuju parkiran kantor.

Beberapa orang karyawan kagum melihat kedekatan Rafael dan putrinya.

“Mau banyak-banyak, papa.” Ucap Safa merentangkan kedua tangannya.

“Tidak boleh terlalu banyak. Nanti kamu bisa sakit.” Jelas Rafael. Mereka sudah berada di dalam mobil. Safa duduk di belakang, dengan kursi khusus balita.

“Iya, papa.” Jawab gadis kecil itu.

Rafael tersenyum gamang. Safa adalah alasan kenapa ia dan Sandra menikah. Dan gadis kecil itu pula yang membuat Rafael tetap mempertahankan rumah tangga mereka sampai saat ini.

Dua puluh menit kemudian, mobil sedan mewah milik Rafael tiba di depan lobby hotel. Pria itu kemudian keluar lebih dulu. Lalu, mengendong Safa, dan membawanya serta.

“Selamat siang, pak.” Ucap seorang petugas valet, saat Rafael menyerah kunci mobilnya.

Dengan masih menggendong Safa, Rafael berjalan memasuki lobby. Beberapa Staff yang melihat pun menyapa dengan hormat.

“Papa, om Dodo.” Ucap Safa.

“Kamu mau bertemu om Dodo?” Yang di maksud Safa adalah Aldo.

Kepala gadis kecil itu mengangguk.

“Nanti, sampai di restoran kita hubungi om Dodo.”

“Oke, papa.”

Pasangan papa dan anak itu pun tiba di restoran. Rafael mendudukkan Safa pada kursi khusus balita yang telah di sediakan oleh seorang pramusaji.

“Bapak mau pesan apa?” Tanya pramusaji itu sembari menyodorkan daftar menu.

Rafael yang baru selesai mengirim pesan pada Aldo pun mengalihkan pandangannya. Ia kemudian menyebutkan makanan yang di pesannya.

“Es krimnya kalau makanan Safa sudah habis.” Ucap Rafael sembari mengembalikan daftar menu.

“Baik, pak.” Pramusaji itu undur diri.

“Sayang, kamu tunggu papa disini. Papa mau melihat para pekerja dulu.” Rafael memberikan ponselnya yang sudah menampilkan acara anak-anak pada sang putri.

“Oke, papa.”

Pria itu kemudian bangkit. Ia menghampiri pramusaji yang tadi, meminta untuk mengawasi Safa.

Setelah itu, Rafael melanjutkan langkah memeriksa keadaaan di restoran itu. Mulai dari membaca kritik dan saran para konsumen di papan saran. Kemudian berpindah pada tempat pembuatan minuman.

“Sejauh ini, kita belum mendapat kritikan dari konsumen, pak. Mengingat, beberapa Staff dapur pindahan dari cabang Bali.” Ucap Manager restoran yang menemani Rafael berkeliling.

Ah, ya. Mengingat cabang Bali. Ia belum pernah menyapa Staff yang datang dari pulau dewata itu.

“Apa di dapur sedang sibuk?” Tanya Rafael, mengingat sekarang menjelang makan siang.

“Sepertinya, belum pak. Apa bapak ingin berkunjung?” Tanya Manager itu lagi.

“Ya. Aku belum sempat berkenalan dengan Staff dari Bali.”

Rafael melangkahkan kakinya menuju dapur. Dari kejauhan sudah terlihat aktivitas di dalam tempat memasak itu.

Semakin mendekat, mata Rafael seolah menangkap sesuatu. Seorang wanita dengan Chef jaket di dalam dapur sana. Ia merasa tidak asing dengan perawakannya.

Langkah Rafael melebar. Jantung pria itu berdegup kencang. Apa mungkin wanita itu adalah kekasih hati yang selama ini di carinya?

“Table 10, out.”

Ya. Rafael tak salah lagi. Ia mengenali suara itu, meski mereka telah berpisah selama lima tahun.

“Cha-Cha. Itu kamu, sayang.” Gumamnya. Pria itu seketika mematung di tempat, tak jauh dari pintu masuk dapur.

“Pak. Ada apa?” Tanya sang Manager.

“Sejak kapan gadis itu— ucapan Rafael terhenti, ketika ia mendengar suara tangis sang putri.

Kepalanya pun memutar. Aldo datang menggendong Safa, yang sedang menangis.

“Ada apa?” Tanyanya meraih tubuh sang putri. Ia menatap penuh dendam pada sang asisten.

“Raf— pandangan Aldo tiba-tiba menangkap pergerakan Marsha di dalam dapur.

‘Astaga. Apa dia sudah melihat Marsha?’

“Katakan!!”

Aldo mengusap keningnya yang tiba-tiba berair. “Bi Rita menelpon.” Aldo menyerahkan ponsel Rafael pada pemiliknya. “Sandra jatuh di kamar mandi.”

1
Ranita Rani
kasian el,,,
Fitrinda Sumampouw
kenapa bersambung?
Author Amatir🍒: Kan masih on going kak. Lanjutannya, aku masih mengarang, kemudian mengetiknya..
total 1 replies
Muhammad Dimas Prasetyo
sakit apa ya Rafael..
Author Amatir🍒: Gangguan mental kak..
total 1 replies
mbok Darmi
kasihan rafael korban keegoisan ibunya jgn sampai sandra dan ibunya tau kl rafael punya penthause secara sembunyi untuk menyendiri dan memulihkan mental nya yg sakit, gimana marsha msh mau menolak rafael dan gengsi untuk memaafkan rafael bukan hanya kamu yg terluka rafael lebih menderita, dilihat sandra sdh pasrah dan mau berpisah cerai baik2 to mmg dasar ibunya rafael yg egois dan tdk mau berubah dan memahami rafael yg anak kandung itu sandra atau rafael kok aku jd curiga
Sunaryati: Benar benar memprihatinkan kehidupan Rafael, ibunya tak punya perasaan, anaknya dianggap boneka hidup yang akan menuruti kemauannya, ayo Marsha buka kembali hatimu agar Rafal sembuh total, Sandra juga tak egois karena dia juga menderita karena merupakan istri yang tak dianggap, itu juga merupakan hukuman atas kesalahan Sandra
total 1 replies
heng ky
ibunya egois sekali.. masak menutup mata tentang kesehatan anaknya sendiri.... ibu yang kejam
Noey Aprilia
Ksih liat sm ibunya yg egois....dia lbih mmntingkn prsaan orng lain drpd anknya sndri....pdhl dia jg tau apa dn spa yg bsa bkin anknya bhgia,tp mta htinya udh buta....
kl msti d slahkn,jls dia yg pling slah....
efvi ulyaniek
lanjutttttt....duh kasian
Yeni Astriani
lanjuttt thor
Noey Aprilia
Mngkn krna emaknya rafael udh biasa kli,sgla printahnya hrus d truti...
dia bhkn ga pduli anknya bhgia atw ga,bktinya skrng aja dia msh egois....
Dah lh....cpe bgt sm klkuannya dia,mndingn rafael kbur aja.....😔😔😔
Muhammad Dimas Prasetyo
ibu Miranda belum kapok anak nya menderita
Sri Endah B. A
Luar biasa
Ranita Rani
sakit smua
Sunaryati
Seorang ibu yang egis, tidak mengusahakan anaknya bahagia tapi malah menekannya, semoga Sandra segera melepas Rafael dan menyatukan dengan Marsha
mbok Darmi
ibunya rafael dan sandra sama2 egois ngga mikir sama sekali dgn beban hidup rafael, apakah yg ada dipikiran mereka anak hrs nurut sama ortunya bila tdk ada sedikitpun rasa kebahagiaan di rafael ttp dipaksa patuh, sandra juga egois dgn alasan anak dan lumpuh tdk laku lagi ttp mempertahankan pernikahan yg toxic kasihan rafael semoga mampu melewati semua, tegas lah rafael cukup sdh 5 thn kamu patuh tiba saat nya kamu juga memikirkan kebahagiaan mu jgn jd laki2 bodoh dgn dalih nurut sama ortu yg egois
Aramsa Aner
ibunya egois...
satukan Marsha dan Rafael Thor🙏🙏🙏
efvi ulyaniek
ibu nya nunggu rafael gila dulu baru dia nya sadar
mbok Darmi: itu pernah gila kan mungkin nunggu rafael mati
total 1 replies
Yeni Astriani
lanjuttt thor
icha amelia
lg thor dr pagi aku tungguin tp baru sekarang muncul
Naufal Affiq
betul kata om aldo,thor bisa minta tolong gak,buat marsha mau menjenguk rafael yg sedang sakit,biar rafael cepat sembuh/Smile//Smile/
Author Amatir🍒: Nanti aku hubungi Marsha dulu. Apa dia mau jenguk Rafael atau tidak 😅
total 1 replies
Diah Ani Pratiwi
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!