Janji CINTA

Janji CINTA

BAB 1~ CINTA ADALAH ORANG YANG AKU CARI

"Hum, sekarang anak Mama udah cantik dan wangi."

Cinta tersenyum menatap putri kecilnya. Laura, balita berusia 18 bulan itu terlihat sangat menggemaskan dengan mengenakan dress berwarna pink dan bando berwarna senada.

Cinta kemudian menyiapkan segala keperluan Laura sebelum ia tinggal untuk bekerja. Begitulah rutinitasnya setiap pagi. Memberi makan, memandikan dan menyiapkan semua keperluan putri kecilnya itu kemudian ia titipkan pada mbok Darmi yang merupakan asisten rumah tangga di rumahnya

Kenapa ia titipkan pada mbok Darmi, sebab ia tidak mampu membayar jasa baby sitter. Padahal ia tinggal di rumah yang megah, papanya pun memiliki perusahaan besar, tetapi ia hanya seorang barista yang gajinya hanya mencukupi untuk kebutuhan Laura dan kebutuhannya sendiri. Belum lagi, ia akan memberikan sedikit dari gajinya pada mbok Darmi yang sudah menjaga putrinya disaat ia bekerja.

Miris memang, tapi begitulah keadaannya. Karena memiliki anak tanpa suami, namanya harus dicoret dari hak waris dan saudara tirinya lah yang kini menggantikan posisinya di perusahaan papa. Tapi ia bersyukur karena tidak diusir dari rumah. Biarlah ia diperlakukan dengan dingin dan acuh oleh papa, mama tiri dan saudara tirinya. Yang terpenting, putri kecilnya memiliki tempat tinggal yang layak.

Selesai menyiapkan segala keperluan Laura. Cinta kemudian membawa putri kecilnya itu keluar dari kamar dan mencari keberadaan mbok Darmi.

"Sudah mau berangkat kerja ya, Non?" tanya mbok Darmi yang kebetulan baru keluar dari dapur.

"Iya, Mbok. Titip Laura, ya?"

"Sip, Non." Mbok Darmi mengacungkan jempolnya kemudian mengambil alih menggendong Laura.

"Semua keperluan Laura sudah aku siapkan di kamar ya, Mbok. Pakaian ganti, popok, susu dan buburnya ada di atas meja," ucap Cinta.

"Iya, Non."

"Jangan rewel ya, Sayang." Cinta mengecup pipi chubby putri kecilnya, kemudian berpamitan pergi.

Dari lantai atas, papa Haris menatap kepergian anak semata wayangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dulu ia begitu memanjakan putrinya tersebut. Apapun keinginan Cinta akan ia penuhi. Namun, semuanya berubah saat Cinta kembali dari luar kota setelah lebih dari satu tahun tinggal di sana mengelola anak perusahaan. Cinta kembali dengan membawa bayi perempuan yang dinamainya Laura.

Marah, kecewa dan malu membuatnya menarik semua hak Cinta. Termasuk semua fasilitas yang selama ini digunakannya. Bahkan terkadang, ia memiliki keinginan untuk mengusir putrinya itu yang telah membawa aib, namun dalam hati kecilnya masih memiliki rasa tak tega. Terlebih Laura masih sangat kecil.

Ia pun mengizinkan Cinta dan Laura tetap tinggal, namun perlakuannya sudah tak sama lagi seperti dulu.

Setelah Cinta tak terlihat lagi, tatapan papa Haris berpindah pada Laura yang digendong mbok Darmi. Balita cantik nan menggemaskan itu tak mampu meluluhkan hatinya. Baginya Laura adalah aib keluarga yang sampai kapanpun tetap akan menjadi aib.

Papa Haris baru beranjak pergi setelah mbok Darmi membawa Laura menuju kamarnya Cinta.

Sementara itu di luar rumah...

Cinta berdiri di depan pagar menunggu ojek langganannya. Ia terkejut kala terdengar klakson mobil yang hendak keluar. Ia pun bergeser, mengalihkan pandangannya ke arah lain, sengaja menghindari pemilik mobil itu.

Tapi seperti biasa, Indri saudari tirinya itu tak akan membiarkan paginya tenang sebelum menyapanya dengan kata-kata yang menyakitkan.

"Hai anak kesayangan Papa. Ups, udah bukan anak kesayangan, ya?" Indri terkekeh sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. "Habisnya kamu gak jelas sih, makanya udah gak disayang lagi sama Papa. Gak punya suami tapi kok punya anak?" Ia tersenyum sinis menatap Cinta.

Cinta tak menanggapi. Ia menatap kearah lain dan berpura-pura tidak mendengar. Ia sama sekali tidak marah ataupun tersinggung statusnya di sindir, tapi yang membuatnya sedih adalah kenyataan bahwa ia memang bukan lagi anak kesayangan sang papa.

Jengkel tak dihiraukan. Indri sengaja menekan klakson beberapa kali agar Cinta merasa risih. Tapi saudari tirinya itu justru bersikap santai seolah tak mendengar apapun. Ia lantas melajukan mobilnya meninggalkan pelataran dengan perasaan kesal.

Siang ini ia ada pertemuan. Namun, ia berangkat pagi untuk melakukan perawatan di salon kecantikan langganannya terlebih dahulu, agar penampilannya lebih menarik. Semua itu untuk menarik simpati seorang pria yang merupakan rekan kerjanya. Terlebih saat mengetahui pria itu ternyata masih lajang, ia semakin bersemangat untuk mendekatinya.

Tak berselang lama. Ojek langganan Cinta pun datang. Mereka langsung berangkat menuju cafe tempat Cinta bekerja.

.

.

.

"Kok Cinta belum datang ya?" tanya Stev pada Sean pemilik cafe sekaligus sahabatnya. Sebenarnya ia dan Sean masih memiliki hubungan keluarga, tapi tidak terlalu dekat.

Kafe sudah mula ramai, tapi barista cantik tersebut belum juga datang. Meski ia juga sebagai barista di cafe itu, tapi pengunjung yang datang seperti tidak tertarik kalau bukan Cinta yang meracik minuman untuk mereka.

"Terjebak macet mungkin," jawab Sean tanpa menatap lawan bicaranya. Ia sibuk dengan gawainya. Namun, tingkah Stev yang terlihat gelisah itu membuatnya jadi tak nyaman. Ia pun menyimpan ponselnya dan menatap lelaki itu dengan lekat.

"Van, kamu udah benar-benar yakin kalau Cinta orang yang kamu cari?" tanya Sean.

Stev berdecak kesal. "Stev, panggil aku Stev kalau lagi di Cafe. Jangan sebut nama lain apalagi di depan Cinta!" tegasnya. Ia lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah kartu tanda pengenal, kemudian memperlihatkannya pada Sean.

"Ini kurang jelas apa lagi? Foto, nama, semuanya sama, kan? Cinta adalah orang yang aku cari." Ia lalu memasukkan kembali kartu tanda pengenal yang merupakan milik Cinta itu ke dalam dompetnya, yang selalu ia bawa kemanapun.

"Tapi, kenapa Cinta seperti gak mengenali kamu? Reaksinya saat pertama kali ketemu kamu juga biasa aja. Gak terkejut atau gimana gitu," ucap Sean.

Stev menekan pangkal hidungnya. Itulah yang tidak ia mengerti. Untuk mencari tahu, ia sampai kursus barista agar bisa bekerja di cafe yang sama dengan Cinta, yang kebetulan adalah cafe milik Sean.

"Tuh, orangnya udah datang." Sean menunjuk dagu ke arah pintu masuk.

Stev pun mengalihkan perhatiannya. Senyum mengembang di bibirnya melihat kedatangan Cinta.

"Hai Guys, maaf ya telat. Tadi jalanan agak macet," ucap Cinta.

"Santai aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Semangat kalian berdua." Sean pun meninggalkan kedua barista nya itu. Sejak tadi ia di tahan oleh Stev untuk menemaninya menunggu kedatangan Cinta.

"Belum laku kopinya, Kang?" kelakar Cinta ketika melihat grinder yang biasa digunakan Stev masih tampak bersih.

"Belum, Neng," balas Stev sambil tersenyum.

Keduanya pun tertawa bersama. Tak berselang lama, mereka berdua mulai sibuk melayani para pelanggan. Tak ada lagi candaan, yang ada mereka kewalahan meracik berbagai varian kopi.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

aku mampir Mak langsung minum kopi buatan cinta 😍🙏😁

2025-01-16

5

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

hadir otor wedeh gercep Oey bikin karya baru ...untung dah fans di sana ....JD ngak keutangan emak.......semangat pagi otorrrr

2025-01-16

3

Puji Ustariana

Puji Ustariana

kok bisa ya seorang dan seorang kakek tega sama anak dan cucunya, hanya karena sebuah kesalahan apa mungkin ini permainan mama dan saudara tirinya hihihi belum apa" udh curiga aja ney sama mama n saudara tirinya kata orang mah soudzon 🤭🤭

2025-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!