Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak sengaja mendegar
Mansion keluarga Atmadja
Pagi hari setelah sarapan, sepasang suami istri sedang bersantai di ruang keluarga. Karena Leo hari ini tak ada kerjaan jadi memutuskan untuk berada di rumah menemani istrinya tercinta. Dari sejak mereka pulang dari Jogja, mereka sama sekali belum mendapat kabar dari putri kesayangan mereka, Wulan yang biasanya selalu bersama anaknya itu merasa rindu, gak henti-hentinya Wulan memikirkan anaknya itu.
"Ayah, gimana ya kabar Zaazaa? Bunda kangen banget sama dia. Apa dia bahagia atau tertekan? sampai sekarang dia belum menghubungi bunda" Ucap Wulan yang menghawatirkan putri kesayangannya.
Leo yang sedang menikmati kopinya pun kini memperhatikan istrinya. Istrinya terlihat begitu gelisah, mungkin dia benar-benar menghawatirkan putrinya.
"Bunda yang tenang, do'akan saja disana putri kita baik-baik saja dan bahagia. Bila Zaazaa belum menghubungi bunda, coba bunda yang menghubungi Zaazaa duluan. Mungkin dia sekarang sedang fokus dengan keluarga barunya dan belum ada waktu untuk memberi kabar kita. Berfikir positif saja bun. Kita percayakan saja Azalea dengan Pak Damian" Jawab Leo sembari memberikan kalimat menenangkan.
"Iya, Yah." Jawab Wulan singkat.
Benar saja, Wulan memang belum pernah mencoba untuk menghubungi anaknya terlebih dahulu. Wulan tak mau mengganggu anaknya, takutnya Azalea sedang bersama suaminya. Bukan tak mau tapi, takut nanti Damian berpikir kalau Wulan tak bisa mempercayai Damian sebagai suami anaknya. Jadi sampai sekarang Wulan dan Leo hanya bisa menunggu kabar dari anaknya.
Sementara di kediaman Damian, tinggal Azalea dan Dina yang berada di rumah. Sedang Damian sudah berangkat bekerja.
"Zaa, kamu jenuh gak di rumah?" Ucap Dina pada Azalea.
"Biasa aja sih Din, cuma ya begini, bingung mau ngapain, gabut banget kan?" Jawab Azalea.
"Gimana kalau kita jalan-jalan ke mall aja Zaa, cuci mata gitu." Ucap Dina mengajak Azalea dengan gaya pringisnya sambil menaik turunkan alisnya dengan sedikit senyum menggoda.
"Emm,, boleh juga Din, siapa tau nanti ada yang bisa memanjakan mata, lidah, maupun badan kan? masalahnya kalau hati sudah ada yang menempati." Jelas Azalea dengan sedikit cekikikan. Azalea sedikit melupakan masalahnya dengan suaminya itu.
"Kalau begitu ayok sekarang aja, kamu pesen taxi dulu." Ucap Dina.
"Iya, tapi bentar, ganti pakaian dulu, aku juga harus minta ijin dulu sama papa kamu, masak cuma mau begini, jangan lupa juga tuh bawa dompet. haha" Jawab Azalea mengingatkan Dina.
Setelah Azalea menghubungi Damian dan mendapat ijinnya. Mereka berdua pun bersiap-siap, setelah mereka siap mereka turun bersama. Taxi yang sudah di pesan pun sudah menunggu di halaman depan.
Mereka menuju salah satu Mall yang ada di Kota. Sesampainya di Mall mereka melihat-lihat dengan berjalan bergandengan.
Saat mereka naik ke lantai 3 mall tersebut, tak sengaja Azalea melihat sosok wanita yang kemarin datang ke kantor suaminya. Wanita itu sedang berada di butik melihat-lihat pakaian, tapi yang aneh sih itu bukan pakaian tapi sarangan tahu. Kalian tau lah ya maksudnya sarangan tahu? hihi
Dina melirik sahabat sekaligus mamanya itu penasaran dan melihat arah pandang mata Azalea. Dina sempat berpikir sejenak karena ternyata Azalea melihat tante Vani, kekasih papanya. "Apa Zaazaa mengenal dia?" Batin Dina.
"Zaa, kamu lihat apa sih?" Tanya Dina memastikan padahal jelas-jelas Dina sudah tahu apa dan siapa yang Azalea lihat saat ini.
"Kamu kenal wanita yang berada di butik itu gak?" Ucap Azalea menanyakan seoarang wanita yang dia lihat.
"Iya kenal, setahu aku dia itu kekasih papa dulu, entah kalau sekarang, harusnya sih sudah bukan, apalagi papa sudah menikah sama kamu, ya walau dengan adanya sedikit kesalahan sih. hehe" Jelas Dina.
Azalea memandang sahabatnya itu, dia tahu benar dengan apa yang Dina ucapkan, namun Azalea juga membenarkan, tapi ya apa harus diperjelas.
Hhaahhh,,
Azalea membuang nafas...
"Kemarin, saat aku ke kantor mengantarkan bekal untuk Om Damian, wanita itu datang, dan,,,, entah lah Din,, mungkin lain kali aja aku ceritanya." Ucap Azalea yang urung menceritakan perihal wanita itu saat berada di Kantor suaminya kemarin.
"Tapi, sebentar, dia bersama siapa Din? Kok sepertinya mereka mesra sekali." sambung Azalea.
"Ayo coba kita mendekat Zaa." Ajak Dina yang langsung menarik tangan Azalea supaya mengikuti Dina.
Mereka berdua masuk ke dalam butik itu, namun wanita yang bernama Vani tak tahu jika ada Azalea dan Dina.
"Bagaimana yang ini Om? Warna merah atau yang hitam?" Tanya tante Vani pada lelaki yang usianya lebih tua dari tante Vani.
"Kamu memakai yang mana saja pun sangat cantik sayang, yang penting kan g*yanganmu dan cara mem*askan Om di ranjang. Tapi, sepertinya kamu lebih sexy kalau memakai yang warna merah." jawab lelaki itu dengan sedikit berbisik.
Azalea dan Dina yang menguping pun saling pandang dan bergidik ngeri. Bukan mereka tak paham maksud kedua orang tersebut tapi, apa mereka ini pasangan yang sah? Tapi, kenapa tante Vani memanggil laki-laki paruh baya itu dengan sebutan "Om", wah fix, mereka bukan pasangan pada umumnya.
Tapi, yang ada dalam pikiran Azalea kini kenapa wanita yang bernama Vani ini masih berhubungan dengan Damian. "Apa Om Damian tau kalau tante Vani berada di sini dengan lelaki lain?" Batin Azalea.
"Sayang, Om ke toilet sebentar ya, nanti kamu tunggu di depan butik ini saja, kamu bayar sendiri ini kartunya." Ucap laki-laki itu sembari memberikan kartu debit pada tante Vani. Tante Vani pun menerimanya dengan senang hati.
Drrtt Drrtt Drrtt,,
tiba-tiba ponsel tante Vani berdering.
[Halo sayang,, ]
Azalea yang mengajak Dina untuk segera keluar dari butik itu pun urung setelah mendengar panggilan tante Vani untuk orang yang berada di seberang telepon sana. Mereka akhirnya pun menguping lagi.
•••••
[Kamu tenang saja, nanti aku kirim uangnya buat kamu, kamu tau sendiri kan, Damian itu cinta mati sama aku, aku mau minta apa aja pasti dikasih, tenang saja, dia gak akan berani memutuskan aku]
•••••
[Ah dia aja yang b*doh, di belai aja dia gak mau, apalagi buat tidur bareng, yang penting ATM kita ngalir terus, ya udah aku tutup dulu, tunggu sebentar uangnya akan aku transfer]
Tut! Tut!
Setelah menutup telepon, tante Vani gegas membayar barang yang dipilihnya tadi.
Sementara Azalea dan Dina langsung segera keluar dari butik itu.
"Ternyata papa masih ada hubungan dengan wanita itu, das*r wanita ular, aku harus segera memberi tau papa soal ini, enak saja papa dijadikan mesin ATM dia, sungguh licik." Dina benar-benar emosi saat ini.
Azalea hanya diam saja.
"Ayo Zaa, kita cari tempat makan aja dulu, gara-gara emosi aku jadi laper kan. Huhh,, aku benar-benar gak terima kalau begini. Aku kira papa sudah gak ada hubungan sama tante Vani, huhh,, sungguh,, aku gak habis pikir, apa sih yang dilihat papa dari wanita itu, menjij*kan sekali." Menggerutu sendiri dengan langkah yang lebar.
Azalea yang tangannya ditarik Dina pun sedikit kepayahan. Harusnya Azalea juga merasa emosi bukan?
"Pokoknya kamu harus menjadi satu-satunya wanita yang menjadi pasangan papa Zaa, setelah ini aku harus meminta penjelasan papa. Enak saja papa mempermainkan kamu. Aku gak Terima." Ucap Dina yang masih bersungut-sungut.
Entah Azalea harus senang atau sedih. Namun, Azalea membenarkan perkataan Dina.
Azalea juga tak mau jika dirinya diduakan oleh suaminya. Azalea pun tak tega jika suaminya hanya dimanfaatkan oleh wanita seperti Vani yang habya dijadikan mesin ATM saja. Azalea berharap nanti suaminya akan memilih dirinya dan meninggalkan wanita tersebut.