Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berenang
Keesokan harinya
Tiba saatnya Nyonya Salsa dan Nazwa mengantarkan si kembar untuk latihan manasik haji. Nazwa baru saja selesai merapikan diri. Setelah itu, ia merapikan si kembar.
"Nany... " Panggil Anggi
"Iya, ada apa?"
"Nany cantik sekali pakai baju ini."
"Oh ya?"
"Iya, kayak bidadari." Sahut Anggun.
"MasyaAllah... kalian ini bisa saja. Kalau Nany bidadari berarti kalian juga dong. Ayo kita turun, Oma pasti sudah menunggu kita. "
"Ayo."
Nazwa membawa tas yang berisi baju renang dan perlengkapan mereka yang lainnya. Si kembar hanya menggendong tas yang berisi snack dan minuman.
"Oma... kita sudah siap. " Pekik keduanya.
Nampak Nyonya Salsa pun memakai gamis syar'i warna putih namun dengan model yang berbeda.
"Wah bajunya ternyata pas dia pakai kamu ya Wa. Kamu terlihat bersahaja memakainya."
"Terima kasih bu."
"Ah ya sudah ayo kita berangkat."
Sebelum mereka berangkat, Si kembar dan Oma berpamitan kepada Opa Zaki.
"Pi, Mami berangkat dulu ya."
"Iya Mi, hati-hati. Sudah Papi transfer tadi ya."
"Mami kan nggak minta."
"Nggak pa-pa, buat si kembar."
"Kemarin Rayhan sudah transfer juga."
"Ya sudah nggak pa-pa nanti biar buat bonus Nany nya anak-anak."
"Makasih Papi sayang."
"Jangan menggodaku Mi, kalau tidak mau perjalananmu batal." Bisik Opa.
"Ish... sudah tua! Jangan macam-macam." Balas Oma.
"Opa... jangan lama-lama ngobrolnya! Nanti kita telat." Sahut Anggun.
"Ah iya, maafkan Opa. Kalian hati-hati ya."
"Iya Opa."
Mereka akhirnya berangkat diantar Sopir.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di sekolah. Ternyata sudah banyak yang datang. Ada dua Bus besar yang akan membawa mereka. Mereka masuk ke dalam Bus dan mencari tempat duduk sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.
Beberapa orang tua murid masih sempat bertegur sapa dengan Oma. Mereka sangat menghormati Oma karena mereka tahu siapa Oma. Oma duduk dengan Anggi, sedangkan Nazwa dengan Anggun. Mereka duduk di kursi barusan kanan dengan posisi sejajar.
"Bu, itu yang jagain si kembar siapa? menantunya ya Bu?" Tanya seorang Ibu yang duduk berjejer di sebelah kursi Oma.
Oma mengulum senyum mendengar pertanyaan tersebut. Nazwa memang cantik, dan tidak terlihat seperti pengasuh si kembar.
"Bukan, dek."
"Oh saya kira Ibu barunya si kembar bu, cantik soalnya."
Oma kembali mengulum senyum.
"Huh... Nazwa. Dia memang cantik. Cocok sekali seandainya dengan Rayhan. Tapi Rayhan... huh anak itu entahlah." Batinnya.
Sebelum Bus berangkat, Anggi meminta kepada Oma untuk menelpon Papanya. Ia ingin meminta izin kepada Papa. Oma pun memberikan handphone nya kepada Anggi.
"Nggak diangkat, Oma."
"Papamu pasti sibuk, nanti juga telpon kalau sudah nggak sibuk."
Akhirnya Bus mereka jalan tepat pada jam 8.
Selama perjalanan ke Asrama haji Pondok Gede, mereka bersama-sama membaca shalawat. Anggun dan Anggi nampak bahagia bisa jalan bersama teman-temannya.
Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Semua anak memakai kalung pengenal seperti layaknya orang benar-bebar berangkat haji. Setelah itu mereka masuk ke dalam dipandu oleh guru-guru PAUD. Orang tua atau pendamping mereka mendampingi di sebelah pinggir agar mereka lebih berkonsentrasi menerima arahan dari guru. Oma tidak ketinggalan mengambil gambar dan video mereka sebagai dokumentasi.
Setelah itu mereka melakukan kegiatan sesuai arahan guru. Meski berpanas-panasan mereka sangat antusias. Namun tak jarang di antara mereka yang tantrum karena capek berjalan. Oma dan Nazwa mengkhawatirkan Anggi karena ia tidak boleh terlalu capek. Namun ternyata Anggi baik-baik saja.
"Menyenangkan sekali ya bu?"
"Iya Wa. Saya ada niat mau membawa si kembar umroh. Tapi mungkin nanti tunggu Papa mereka nggak sibuk."
"MasyaAllah, pasti menyenangkan bisa berumroh bersama keluarga bu."
"Semoga kamu nantinya juga ditakdirkan untuk sampai ke tanah suci Makkah menjadi tamu Allah."
"Amin, Terima kasih do'anya bu."
"Iya, sama-sama."
Setelah acara latihan manasik selesai, mereka beristirahat. Anggi dan Anggun langsung menghampiri Oma dan Nany.
"Ayo kalian minum dulu."
"Capek ya?"
"Seru Oma." Sahur Anggun.
"Capek sedikit." Sahut Anggi.
Mereka minum susu oat dan makan coklat hitam yang sudah dibawakan. Ada juga buah-buahan yang dibawa untuk mereka. Anggi memang harus banyak mengkonsumsi buah alpukat untuk kesehatan jantungnya.
Akhirnya setelah mendapatkan sertifikat pelatihan manasik haji cilik, mereka kembali ke dalam Bus untuk melanjutkan perjalanan ke kolam renang. Perjalanan dari pondok gede ke kolam renang sekitar 30 menit. Mereka menuju salah satu kolam renang terbaik.
Sampai di parkiran mereka pun turun. Lalu mereka berbaris untuk antri masuk ke dalam. Setelah sampai di dalam, Nazwa membantu si kembar untuk berganti pakaian renang. Sedangkan Oma menunggu mereka di salah satu kursi tunggu dan menjaga barang-barang mereka. Nazwa juga berganti pakaian yang lebih santai untuk mendampingi mereka berenang.
"Sudah siap, nih."
"Nany nggak ikut renang?"
"Nany jaga di samping saja ya, kan sudah ada Bu guru juga."
"Iya Nany."
"Anggi aman kan?"
"Aman Nany, Anggi senang mau renang. zlatan dokter berenang itu olahraga yang bagus untuk jantung."
"Bagus, yuk mulai renangnya."
Sebelum berenang, mereka melambaikan tangan kepada Oma.
"Renangnya jangan jauh-jauh ya!"
"Iya Oma."
Mereka pun turun bergabung dengan temannya yang lain ke kolam renang yang sangat dangkal. Namun jika semakin ke tengah kolam itu semakin dalam. Beruntung si kembar bisa berenang, meski Anggi tidak terlalu mahir. Namun karena Nazwa khawatir, ia pun terpaksa turun ke kolam renang untuk menjaga keduanya.
"Nany, aku mau main seluncuran seperti yang lain."
"Jangan ya, Nany takut kamu sulit bernafas."
"Tapi itu seru Nany. Lihatlah, adek berseluncur di sana."
"Tapi kata Oma tidak boleh, gi."
"Ya sudah, Anggi ngambek. Mau naik saja."
Sepertinya Anggi sedang merajuk. Ia pun naik ke pinggiran kolam. Namun saat berjalan di pinggiran kolam, kakinya tergelincir ke kolam dewasa yang kedalamannya mencapai 4 meter. Sontak Nazwa berteriak.
"Anggi..... "
Yang lain sontak melihat ke arah Nazwa.
Nazwa langsung naik dari kolam anak. Lalu segera turun ke kolam dewasa untuk menyelamatkan Anggi. Oma pun panik melihat Anggi yang tercebur di kolam dewasa. Ia hampir saja kehilangan nafas, beruntung Nazwa menyelamatkannya dan membawanya ke pinggiran kolam. Sedangkan penjaga kolam sedang berjaga di sebelah pojok. Namun tiba-tiba Anggi sesak nafas.
Oma dan yang lain langsung menghampiri mereka.
"Anggi... "
"Huh huh huh... sakit Nany. "
"Tolong menjauh, Anggi sesak nafas. Ujar Nazwa.
"Bagaimana ini Wa?"
Nazwa merobek baju renang Anggi lalu mendudukkannya.
"Air putih bu."
Oma segera menyodorkan air putih dalam botol bekal Yang dibawa.
...****************...