NovelToon NovelToon
Benih Pengikat Kaisar

Benih Pengikat Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Percintaan Konglomerat
Popularitas:98k
Nilai: 4.8
Nama Author: Puji170

Satu tahun menikah, tapi Sekar (Eka) tak pernah disentuh suaminya, Adit. Hingga suatu malam, sebuah pesan mengundangnya ke hotel—dan di sanalah hidupnya berubah. Ia terjebak dalam permainan kejam Adit, tetapi justru terjatuh ke pelukan pria lain—Kaisar Harjuno, CEO dingin yang mengira dirinya hanya wanita bayaran.

Saat kebenaran terungkap, Eka tak tinggal diam. Dendamnya membara, dan ia tahu satu cara untuk membalas, menikahi lelaki yang bahkan tak percaya pada pernikahan.

"Benihmu sudah tertanam di rahamiku. Jadi kamu hanya punya dua pilihan—terima atau hadapi akibatnya."

Antara kebencian dan ketertarikan, siapa yang akhirnya akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Malam itu, Kai baru saja pulang dari perusahaan. Hujan rintik-rintik membasahi jalanan, memantulkan cahaya lampu kota di aspal yang basah. Suara gemericik air bercampur dengan dengung mesin mobil yang melaju tenang. Namun, pikirannya jauh dari ketenangan.

Satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang—terus memenuhi benaknya.

Eka.

Sejenak, ia membayangkan wanita itu sudah berada di rumahnya. Menyambutnya, meskipun hanya dengan tatapan datar atau gumaman singkat yang seolah tak peduli. Ia belum sah menikahi Eka, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang menginginkan momen itu. Pulang ke rumah dan menemukan seseorang di sana.

Dulu, ia tidak pernah membayangkan hal semacam itu. Pernikahan baginya hanyalah omong kosong, sesuatu yang rapuh dan mudah hancur, seperti yang terjadi pada kedua orang tuanya. Tapi sejak bersama Eka—sejak terakhir kali mereka sarapan bersama—ada sesuatu yang berubah. Ia mulai menginginkan lebih. Menginginkan keluarga.

Kai menghela napas panjang, tatapannya kosong menembus jendela mobil.

"Eka," gumamnya tanpa sadar.

Dari kursi kemudi, Rendi meliriknya sekilas melalui kaca spion. Senyum kecil terbit di wajah pria itu. Jarang sekali ia melihat bosnya seperti ini.

"Pak, saya rasa Anda mulai menyukainya," ujar Rendi santai.

Kai mengalihkan pandangan, menatap lurus ke depan. Senyum yang sempat muncul di wajahnya seketika pudar.

"Fokus saja sama jalanan."

Nada suaranya datar, tapi di dalam hatinya, ada gejolak yang tak bisa ia abaikan.

Kai tahu Eka tidak mungkin jatuh cinta padanya begitu saja. Wanita itu ada di sisinya bukan karena perasaan, tapi karena alasan lain—mungkin kepentingannya sendiri. Namun, tetap saja, ada keinginan dalam dirinya untuk mencoba. Setidaknya, ia ingin tahu bagaimana caranya menyenangkan seorang wanita.

Sama seperti yang Rendi lakukan dengan mudah pada kekasihnya.

Sejenak, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Kai menatap jari-jarinya sendiri, lalu mendesah pelan.

"Hmm... Ren, aku mau tanya. Ini soal Kakek."

Rendi meliriknya lagi, kali ini dengan dahi berkerut. "Kakek, Pak? Apa yang ingin Anda tanyakan?"

Kai menelan ludah dengan kasar. Jari-jarinya mengepal di pangkuannya. Dalam hatinya, ia meminta maaf karena akan terdengar seperti cucu durhaka.

"Gini..." Ia berdeham, berusaha merangkai kata. "Kemarin Kakek bilang kalau dia sedang dekat dengan seorang wanita. Hubungan mereka terjalin karena suatu masalah, tapi sekarang Kakek berniat untuk menikahinya."

Rendi mengerjap beberapa kali, mencoba memahami arah pembicaraan Kai. "Lalu, Pak?"

Kai menyandarkan kepalanya ke kursi, rahangnya mengeras, seolah sedang menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan atau tidak.

"Kalau seorang pria ingin menikahi wanita yang awalnya tidak memiliki perasaan padanya… kira-kira, gimana cara membuat wanita itu jatuh cinta?"

Rendi, yang baru saja akan menyalakan lampu sein, langsung menghentikan gerakannya. Ia menoleh sekilas, lalu tersenyum penuh arti.

"Kita masih ngomongin soal Kakek, kan, Pak?" tanyanya dengan nada menggoda.

Kai melotot. "Jawab saja."

Rendi tergelak kecil, lalu kembali fokus ke jalan. "Yah, kalau wanita itu awalnya nggak ada rasa, berarti harus ada usaha lebih. Nggak bisa cuma modal janji atau sekadar memberi sesuatu. Kadang, mereka cuma butuh diyakinkan."

Kai mengernyit. "Diyakinkan?"

"Iya." Rendi mengangguk mantap. "Wanita itu harus tahu kalau dia bukan sekadar pilihan sementara, tapi dia berharga dan diterima apa adanya. Nggak semua wanita jatuh karena uang, Pak. Kadang mereka jatuh karena seseorang cukup sabar untuk tetap tinggal."

Kata-kata itu membuat Kai terdiam lama. Tetap tinggal?

Apa ia bisa melakukan itu? Apa ia bisa meyakinkan Eka tanpa membuatnya merasa terpaksa?

Mobil terus melaju di bawah langit yang semakin pekat. Kai melirik ke luar jendela dan tiba-tiba matanya menangkap sebuah toko bunga di pinggir jalan. Tanpa pikir panjang, ia langsung berkata, "Kita beli bunga dulu."

Rendi, yang sedang fokus menyetir, refleks menoleh dengan alis terangkat. "Hah? Bunga?"

"Iya." Kai mengangguk mantap.

Rendi menyipitkan mata curiga, lalu sudut bibirnya perlahan terangkat. "Ohhh… jadi gini, ya. Bapak cucu yang baik mau bantuin Kakek buat dapetin nenek baru."

Kai, yang baru saja hendak melepas seatbelt, langsung menoleh tajam. "Diam kamu!"

Tapi sudah terlambat. Rendi sudah cekikikan sendiri sambil memarkir mobil. "Pak Kai, nggak nyangka saya! Bapak serius banget sampai turun tangan gini. Saya jadi terharu!"

Kai mendengus, membuka pintu mobil dengan kasar. "Kamu mau pindah benua lain?"

Tawa Rendi langsung mereda, tapi masih ada sisa geli di wajahnya. Ia buru-buru mengikuti Kai yang sudah berjalan ke arah toko bunga. Tapi, kebiasaannya untuk bercanda sulit dihentikan.

"Sepertinya bunga kamboja cocok untuk nenek baru, Pak Kai," celetuknya asal.

Langkah Kai terhenti. Ia berbalik perlahan dengan tatapan yang bisa membekukan neraka. "Apa kamu bilang?"

Rendi baru sadar akan blundernya. "Bu... bunga kamboja," gumamnya, langsung menutup mulut sendiri begitu menyadari arti bunga itu dalam budaya mereka.

Kai menghela napas panjang, lalu mengangkat telunjuknya, nada suaranya datar tapi penuh ancaman. "Malam ini kamu lembur tanpa gaji."

Rendi hanya bisa menelan ludah dan dengan menyesal menepuk-nepuk mulutnya.

***

Pintu rumah terbuka, dan Kai melangkah masuk dengan aura tegas layaknya seorang bangsawan. Posturnya tegap, langkahnya mantap, dan tatapannya tetap sedingin biasanya. Namun, ada sesuatu yang berbeda malam ini—kehangatan samar yang terselip di genggamannya. Sebuah buket bunga, mawar dan lily yang masih segar, batangnya terbingkai rapi dengan pita halus.

Aroma bunga itu bercampur dengan udara sisa hujan yang dingin, menyusup ke dalam ruangan mewah tempat ia berdiri.

"Selamat datang, Tuan!" Para pelayan membungkuk sopan, menyambut kepulangannya seperti biasa.

Namun, Kai tak menggubris mereka. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang seharusnya ada di sini. Wanita yang seharusnya ia temui malam ini.

Tapi… tidak ada.

Kai mengeraskan rahangnya. "Apa Eka datang?" tanyanya, suaranya terdengar datar—tapi bagi yang jeli, ada sesuatu di balik nada itu. Sebuah harapan kecil yang disembunyikan rapat-rapat.

Para pelayan saling bertatapan sebelum kepala pelayan akhirnya menjawab dengan penuh kehati-hatian.

"Maaf, Tuan… sejak sebulan lalu, Nona Eka tidak pernah datang ke sini. Apakah beliau akan tinggal di sini?"

Sekilas, tak ada perubahan dalam ekspresi Kai. Namun, di balik genggaman tangannya, batang bunga yang ia pegang mulai remuk, kelopak mawar yang semula sempurna kini mulai kehilangan bentuknya.

Ia mendengus pelan, tawa hambar meluncur dari bibirnya. Bodoh. Ia benar-benar terlalu bodoh.

Apa yang ia pikirkan? Bahwa setelah semua yang terjadi, Eka akan datang ke rumah ini dengan sendirinya? Bahwa setelah wanita itu memprovokasinya untuk menikah, ia akan dengan suka rela tinggal di sini, menerima konsekuensi dari perbuatannya?

Sial. Kai seharusnya tahu lebih baik.

Tanpa ragu, ia merogoh ponselnya, menekan nomor yang sudah ia simpan. Begitu terdengar nada tersambung, ia tak memberi kesempatan bagi suara di seberang untuk berbicara lebih dulu.

"Datang ke rumahku sekarang juga." Suaranya dingin, nyaris tanpa emosi, tapi ada ancaman terselubung di dalamnya. "Jika tidak, jangan harap aku akan ikut menemui bapakmu."

1
Siti Maisha
lanjut kak
Mamake Nayla
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Ismi Kawai
hem, aku mesem2
Hayurapuji: gemes ya
total 1 replies
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
ljuut
Queen kayla
jgn" ..adiknya yg di jdkan pengganti nadin
Ismi Kawai: bisa jadi nih
total 1 replies
Ismi Kawai
tapi trrnyata adit sayang jg ya sama nadin. hmmm
Hayurapuji: sayang dia cinta pertama kan
total 1 replies
Ismi Kawai
emang drama queen ya keluarga adit itu.
Suparmin N
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Hikmal Cici
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Nur Adam
lnjut
putrie_07
hemm😏😏😏😏
putrie_07
Eka namany seperti mantan suamiku wkwkwkw
Muji Lestari
knp Kao bodoh yaa harusnya si Nadin di undang ke desa
Hayurapuji: nadin lagi berjuang kak
total 1 replies
elis farisna
Luar biasa
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Jeng Ining
hadeuh Eka.. kok ga nanyain sekalian stts pernikahan kalian kmren..masa iya kamu mesti nyamper ke rmhnya si Adit itu, rugi tenaga rugi waktu rugi ongkos atuh😖
Jeng Ining
jgn² pria ini jg baru lepas perjaka, kok kaga tau mana yg pertma kali ngelakuin mana yg udh biasa ngelakuin🙄🙄🙄
Hayurapuji: bisa jadi ini kak
total 1 replies
Ismi Kawai
makin seruuuuu
Nur Adam
lnjut
Ema Elyna
lema kepada org bodo yg xade ape ape nya tpi tegas kepada org yg berkuasa itu la eka sungu bodo skip
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!