Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.
Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.
Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari bukti
Haira dan Mirza duduk bersejajar di samping rumah. Menikmati indahnya pemandangan yang ada di sekitar tambang batu bara. Menghirup sejuknya angin sore. Mereka bisa melihat kebahagian di wajah Kemal. Selama ini bocah itu jarang sekali tertawa, namun kali ini terus menunjukkan gigi putihnya. Apalagi saat Erkan mengajaknya naik excavator, dan itu adalah salah satu impian Kemal yang kini bisa terwujud.
"Apa daddynya Kemal orang Turki juga?" Mirza menyodorkan minuman kaleng di depan Haira.
Haira mengangguk pelan. Mengambil minuman itu lalu meneguknya. Tangannya melambai ke arah sang buah hati yang sedang asyik bermain dengan Erkan.
"Kamu masih istriku, kenapa bisa menikah?"
Haira menoleh lalu meninggalkan Mirza tanpa kata. Ia masuk ke dalam rumah untuk menghindari pertanyaan yang belum bisa dijawab.
Setelah Haira menghilang bersamaan dengan pintu yang tertutup, Aslan menghampiri Mirza.
"Aku nggak nyangka kamu dan Haira bertemu disini," cetus Aslan geleng-geleng.
Pasalnya, pencarian yang dilakukan Mirza hanya terbatas di satu negara, dan ia sendiri tak pernah berfikir jika Haira akan berlari sejauh itu.
"Iya, tapi dia sudah punya anak dari laki-laki lain." Mengucapkan dengan nada rendah. Menyesal karena dirinya yang dulu tak ingin memiliki anak dari rahim Haira, justru kini jatuh cinta pada Kemal.
"Maksud kamu?"
"Kemal adalah anak Haira dengan laki-laki lain."
Aslan mengelus dagu nya. Menatap Mirza dan Kemal bergantian.
"Kamu yakin Kemal anak orang lain?" tanya Aslan menyelidik.
Mirza mengangguk cepat, "Haira sendiri yang bilang seperti itu."
Aslan membelah terik matahari lalu menggendong Kemal dan membawanya duduk di samping Mirza. Ia memanggil beberapa orang untuk berdiri di depan Mirza dan Kemal. Berada di tengah-tengah orang tampan tak membuat Kemal takut, ia malah senang dengan mereka yang ramah padanya.
"Apakah Tuan Mirza dan Kemal mirip?" tanya Aslan pada mereka.
"Iya Tuan," Erkan yang menjawab tanpa berpikir seperti lainnya.
Beberapa mandor yang berjejer rapi itu mengangguk lalu menundukkan kepalanya. Meresapi setiap kata yang meluncur dari bibir Aslan.
Mirza menatap Kemal yang tersenyum ke arahnya.
"Aku yakin kalau Kemal adalah anak kamu."
Seketika, sekujur tubuh mandor-mandor itu bergetar hebat mendengar ucapan Aslan. Selama ini mereka sering memarahi Kemal tanpa alasan. Lalu, bagaimana jika yang diucapkan Aslan itu benar. Nasib mereka pasti akan berada di ujung tanduk.
Siapa sebenarnya Haira dan Kemal itu? Kenapa Tuan Aslan bilang itu anak Tuan Mirza? Gawat, aku bisa dipecat kalau sampai Kemal mengadu.
Mereka saling bertanya pada hatinya sendiri.
"Sekarang kamu pikir pakai logika. Kalau dia sudah menikah dengan orang lain dan punya anak, kenapa dia harus lari sejauh ini."
Kalau Kemal memang anakku, kenapa Haira harus berbohong.
Mirza mengepalkan tangannya dengan sempurna. Rahangnya mengeras menunjukkan kemarahannya yang membuncah.
"Erkan, kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan?" tanya Mirza kemudian.
"Baik, Tuan.“
Erkan mencabut beberapa helai rambut Mirza dan Kemal lalu memasukkannya ke kantong plastik, kemudian ia menghubungi seseorang untuk mengurus semuanya.
"Kemal…" teriak Haira dari depan. Menghampiri Kemal yang masih setia duduk di samping Mirza.
Mirza tersenyum kecil. Menyembunyikan amarahnya yang mulai membuncah akibat kebohongan Haira.
"Kamu belum makan." Haira membawa sepiring nasi dengan lauk tempe.
Kemal tersenyum mengambil piring itu dan langsung melahap makanannya di depan Mirza.
Cairan bening kembali lolos membasahi pipi Mirza saat melihat itu. Makanan yang menurutnya tidak layak untuk anak kecil. Tapi harus diterima Kemal yang kemungkinan besar adalah putranya.
"Kemal, jangan dimakan!" Mirza merebut piring yang ada di tangan bocah itu lalu meletakkannya. "Nanti om ajak kamu makan di restoran."
Haira yang baru beberapa langkah menjauh itu terpaksa membalikkan tubuhnya lagi. Mengerutkan alisnya melihat sikap Mirza yang nampak posesif.
"Kemal sudah terbiasa makan itu, Tuan." Haira mengucapkan dengan tenang. Menatap Mirza yang berjalan ke arahnya.
"Mulai hari ini kalian tidak akan makan seperti itu lagi, ikut aku pulang," ujar Mirza serius. Hatinya sakit bak terhimpit batu besar melihat keadaan mereka yang sangat miris. Andai kata, ia seperti terbang di atas awan, sedangkan Haira dan Kemal tenggelam dilautan keruh dan mencari jalan keluar.
"Pulang ke mana, Om?" tanya Kemal polos.
Mirza menghampiri Kemal dan mengangkat tubuh bocah itu.
"Kita akan pulang ke rumah yang lebih mewah. Kemal akan tidur di kasur yang empuk. Memakai baju yang bagus juga makan enak."
"Apakah banyak mainan juga?" tanya Kemal lagi, matanya berbinar membayangkan apa yang diucapkan Mirza padanya.
"Iya, Om akan membelikan Kemal banyak mainan dan bagus-bagus."
Sekarang kamu sudah bertemu dengan Daddy mu, Nak. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.
Mirza meraih tangan Haira dan menggenggamnya. Mereka melangkah menuju mobil yang terparkir sedikit jauh dari rumah Haira.
"Lihat saja, dalam hitungan jam dia sudah menggoda pemilik tambang itu, aku yakin kalau Kemal juga hasil seperti itu."
Mirza yang mendengar ucapan itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah gerombolan ibu-ibu yang terlihat ngerumpi. Ia yang sangat lihai dalam berbahasa pun memahami apa yang mereka katakan.
Apa Haira menerima perlakuan buruk di sini?
Mirza hanya bisa berbicara dalam hati lalu melanjutkan langkahnya.
Mirza membukakan pintu mobil untuk Haira dan Kemal. Setelah mereka berada di dalam, ia menghampiri Erkan.
"Kamu cari tahu tentang siapa saja yang membenci Haira. Dan tanyakan pada mereka, sejak kapan Haira tinggal di sini."
"Baik, Tuan."
Mirza duduk di depan kemudi, membantu Haira memasang seat belt.
Kemal yang ada di belakang nampak kagum dengan isi mobil mewah itu. Ini pertama kalinya ia naik mobil sebagus itu.
"Ini mobil, Om?" tanya Kemal menekan-nekan jok yang terasa empuk.
Mirza melihat Kemal dari pantulan spion yang menggantung.
"Iya, dan nanti Kemal akan bisa naik mobil setiap hari."
"Horeeee…"
Kemal melompat-lompat kegirangan saat melihat Toni dari dalam.
Seperti perintah Mirza, Erkan dan Aslan mengumpulkan warga kampung. Mereka mencari informasi tentang Haira.
"Waktu itu dia ke sini sudah hamil, Tuan. Tapi tidak punya suami," cetus seorang wanita yang berbadan gendut yang tak lain adalah istri pak RT.
"Apa di sini ada yang baik pada Haira?" tanya Erkan kemudian. Mereka saling tatap dan mengangkat bahu. Pertanyaan Erkan dan Aslan seperti menyimpan banyak teka-teki.
"Tidak ada, Tuan." Haira itu tak pantas dibaikin. Asal-usulnya nggak jelas, mungkin juga anaknya itu hasil hubungan gelap."
"Baiklah."
Merasa informasi yang di
dapat itu sudah lengkap, Erkan berjalan sedikit menjauh. Entah apa yang direncanakan, tatapan sang sekretaris itu membuat semua warga menciut.
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣