NovelToon NovelToon
101 Days To Be Your Partner

101 Days To Be Your Partner

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:729.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Arrafa Aris

Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.

Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.

"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.

"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.

Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.

Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

QA Boutique ....

Lamunan panjang Quin seketika membuyar takala Al menegur seraya menghampirinya.

"Quin, sejak tadi aku perhatikan, kamu lebih banyak termenung. Apa kamu baik-baik saja?"

"No, Al," jawab Quin lirih. "Pagi ini, aku benar-benar shock setelah tahu siapa Damar sebenarnya. Rupanya dia itu anak Pak Alatas, pendiri Alatas Corp. Dan, tentu saja kantor tempat Damar bekerja, adalah perusahaan pria itu."

"What?! Serius?!" pekik Al. "Quin ... mengenai rumor tentang Damar sebelum mengalami kecelakaan, dia ..."

"Ya aku tahu, Al. Yang aku pikirkan kini adalah, melewati 60 hari yang tersisa. Biarkan semua berjalan apa adanya sehingga kontrak itu berakhir sesuai perjanjian."

"Seperti jebakan Batman, hahaha. Ibarat buah simalakama. Kamu sudah terlanjur terikat kontrak. Jalani serta lakukan saja tugasmu," canda Al.

"Ya, mau bagaimana lagi. Sudah seharusnya memang seperti itu," sahut Quin sembari memijat kening. "Oh ya, Al. Jika dia datang di jam makan siang, katakan saja aku nggak ada."

"Bagaimana caranya? Apalagi mobilmu ada di parkiran."

"Katakan saja aku dijemput oleh klien kita. Hari ini, aku nggak ingin diganggu!" tegas Quin.

"Oke, baiklah, kalau begitu aku ke bawah dulu," izin Al dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Quin.

Sepeninggal Al, Quin memilih ke galery. Memandangi koleksi pakaian yang terdapat di ruangan itu.

"Oh God, miris banget nasibku. Setelah dikhianati, kini malah dituduh sebagai bed partner-nya Damar. Sudah itu, dimusuhi oleh ART-nya. Lalu apalagi selanjutnya?" gumam Quin sambil tertawa mengejek dirinya sendiri.

.

.

.

"Pah, Mah, aku berangkat," izin Damar setelah selesai mengenakan sepatu.

"Damar!" panggil Nyonya Zahirah. Damar menghela nafas kemudian memutar badan.

"Apa sih, Mah?! Jika Mama ingin membahas tentang keputusanku tadi, aku rasa sudah cukup. Aku nggak mau Mama mencampuri urusan pribadiku!" tegas Damar kemudian berlalu begitu saja.

"Damar!"

"Mah, Biarkan saja. Apapun keputusan serta pilihan Damar, itu haknya," kata Pak Alatas.

"Kalian berdua sama saja! Papa selalu saja membelanya. Makanya dia jadi seperti itu. Ditambah lagi sejak dia memiliki asisten pribadi!" bentak Nyonya Zahirah.

"Papa rasa tidak ada yang salah dengan asisten pribadinya. Menurut papa dia gadis yang baik. Sudahlah Mah, biarkan saja. Lagian Damar bukan anak kecil lagi."

Mendengar jawaban dari Pak Alatas, Nyonya Zahirah bergeming. Akan tetapi, kekesalan masih saja bersarang di segenap raganya.

"Ayo kita berangkat sekarang," ajak Pak Alatas kemudian mengayunkan langkah meninggalkan Nyonya Zahirah.

Mau tak mau, Nyonya Zahirah terpaksa menurut sekaligus menyusul suaminya.

Sepeninggal Nyonya Zahirah dan Tuan Alatas, Bik Yuni dan Naira menuju ke kamar mereka sambil menggerutu kesal.

"Mah, gara-gara Quin, kita terpaksa kembali bekerja di rumah utama!"

"Setidaknya kamu bisa mengambil hati Nyonya Zahirah," sahut Bik Yuni.

"Tapi, tetap saja, aku belum bisa mendekati Damar, Mah. Ini semua karena Quin. Kenapa sih dia tiba-tiba hadir? Menyebalkan!" balas Naira merasa sangat kesal.

"Naira, jika kamu nggak mau Damar semakin dekat dengan gadis itu, kamu harus berusaha memenangkan hatinya," saran Bik Yuni.

"Aku sudah berusaha, Mah. Tapi, dia tetap acuh padaku. Dia lebih tertarik dengan gadis sialan itu!" maki Naira sembari meninju kasur.

.

.

.

Kedatangan Damar ke butik, seketika membuat Al terkejut.

"Damar," sebutnya lirih dengan raut wajah gusar. "Quin ...."

"Aku tahu dia pasti berada di atas. Jangan katakan dia nggak ada. Ini masih pagi, Al. so, nggak mungkin dia keluar kan? Mobilnya juga ada di parkiran," sela Damar cepat kemudian menuju ke lantai dua.

Al bergeming mendengar ucapan itu. Ingin membantah pun tentu tak mungkin. Karena Damar benar adanya.

Sesaat setelah berada di depan ruangan kerja Quin, Damar tak langsung menyapa melainkan memandangi gadis itu yang sedang fokus menggambar.

"Quin."

Quin menghentikan gerakan pensil ditangan. Kini pandangannya tertuju ke depan. "Damar," ucapnya lirih seraya beranjak.

Tak menyangka jika pria itu akan datang lebih cepat dari yang ia duga. Ingin menyalahkan Al, tentu tak mungkin.

"Kenapa kamu kemari dan nggak langsung ke kantor?" tanya Quin begitu ia berdiri di hadapan Damar. "Kembalilah ke kantor."

Damar menggeleng. "Quin, tentang ..."

"Aku sudah mendengar semuanya tadi," sela Quin cepat sambil menghela nafas.

"Bisakah hari ini kita menghabiskan waktu bersama? Hanya kita berdua."

"Maaf, aku nggak bisa. Hari ini aku akan sangat sibuk," tolak Quin.

"Kamu harus mau karena kamu masih terikat kontrak. Aku nggak menerima penolakan!" tegas Damar.

Sejenak Quin bergeming. Menempelkan kening ke dada Damar lalu berucap lirih, "Please, jangan memaksaku Damar. Hati serta pikiranku masih belum tertata dengan sempurna."

"Kamu harus menurut," desak Damar seolah memaksa.

"Jika aku menolak?" Kini Quin menatap wajah Damar.

"Aku akan menambah kontrak itu, 30 hari lagi sebagai hukuman. Aku nggak bercanda, Quin!" tegas Damar.

"Lakukanlah semau yang kamu inginkan. Meski kamu menambah 30 hari lagi, tetap saja nggak akan merubah apapun. Karena di surat perjanjian itu, sudah aku tanda tangani dan nggak bisa diubah lagi," jelas Quin dengan wajah sendu.

Seusai bertutur, Quin mengambil tasnya lalu meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Damar tertunduk lesu mendengar penjelasan berkelas dari gadis itu.

Sadar jika Quin sudah tak berada di ruangan itu, Damar ikut menyusul. Seketika perasaannya menjadi cemas jika gadis itu menghilang lagi tanpa kabar.

...----------------...

1
Memyr 67
ternyata nyonya zahira nyonya goblog. sudah 91 hari tapi tidak tau apapun tentang asisten pribadi anaknya.
Nanik Winarni
Luar biasa
Memyr 67
pasangan ibu dan anak bodoh. bi yuni dan naira. mimpi ketinggian. tapi biar saja, biar merasakan sakitnya sewaktu jatuh.
Memyr 67
hmmmh alur lambat ya?
Memyr 67
janji gombal angga. bilang sebelumnya, yg terakhir dengan kinara, malah diulang lagi
Memyr 67
kalau nyonya zahirah cerdas, selidiki donk quin. kalau berhubungan dengan harta, pelayan setia bisa tidak jujur juga.
Memyr 67
angga nggak mau jujur sih. nikmati saja kebohonganmu ke quin sampai entah kapan.
Memyr 67
mampir. awal yg menarik
min hana
tes
Ayu Wulansari
Luar biasa
Siti Masitah
quin..seperti ani ani tanggung
Memyr 67: aha ahahahhh setuju aq
total 1 replies
Siti Masitah
lepas dari biawak di tampung buaya...hadeeh ..quin..quin
Siti Masitah
bangke
Siti Masitah
pembokat gk tau diri
Ade Salamah Alam
thor maaf aku baru nemu novel nya..novel nya bagus tp maaf nih mau nanya aku yg salah atau memang dr part 45 langsung lloncat part 78 part 46-77 nya engga ada?
Dewi Dama
Luar biasa
Ria Pohan
perempuan kl sdh kecewa, sulit untuk percaya. kok gitu tah????!!!
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Nurlaila Hasan
kereen,,
Bu Dewi
berasa kurang, anak2 nya blm besar dan bgm pertemanan anak2 mereka...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!